Jakarta, LIPUTAN 9 NEWS
Bersikap adil dalam pengertian yang sederhana adalah seimbang dan tidak berat sebelah. Wujud dari keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya, atau memberikan sesuatu sesuai dengan haknya. Sikap adil merupakan bagian dari akhlak yang sangat terpuji dalam agama Islam. Banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an dan Assunnah yang memerintahkan bersikap adil dan sederhana dalam berbagai hal, antara lain:
۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat”. (QS. An Nahl 16:90)
Orang-orang yang senantiasa bersikap adil dan sederhana dalam berbagai aktifitasnya dicintai oleh Allah s.w.t dan dicintai oleh sesama umat manusia. Keadilan dan kesederhanaan itu hendaknya diterapkan dalam berbagai hal, termasuk dalam menerima dan menyampaikan Amanah, adil dalam perilaku, adil dalam menetapkan hukum dan menerapkannya dalam berbagai aktifitas. Setiap orang muslim harus berusaha untuk menegakkan keadilan dan kebenaran dengan sungguh-sungguh, sehingga terwujud di tengah Masyarakat. Dengan memiliki sikap adil dan sederhana, maka otomatis akan menolak segala perbuatan yang dzalim, keji dan munkar. Karena itu, sikap dan perilakunya tidak berpihak kepada hawa nafsu dan tidak berpihak pada kemewahan duniawi. Dengan sikap seperti ini, seseorang akan memperoleh keridhoan dari Allah s.w.t, sehingga ia akan memperoleh kemuliaan dan kenikmatan yang luhur. Dalam salah satu hadits, Nabi s.a.w bersabda:
ان المقسطين عندالله على منابر من نور الذين يعدلون في حكمهم واهليهم وما ولوا (مسلم)
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bersikap adil itu berada di atas mimbar-mimbar cahaya di sisi Allah, yaitu orang yang bersikap adil dalam menetapkan hukum terhadap keluarganya dan orang-orang yang menjadi tanggungjawabnya”. (HR. Muslim)
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari disebutkan ada tujuh golongan yang akan mendapatkan perlindungan Allah, Ketika tidak ada lindungan selain lindungan-Nya. Dari tujuh golongan itu, disebutkan yang paling pertama adalah pemimpin yang adil. Keadilan dan kesederhanaan harus melingkupi berbagai aspek antara lain:
- Bersikap adil kepada Allah s.w.t yaitu dengan jalan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya, selalu bersyukur dan bersikap sabar.
- Bersikap adil dalam menetapkan hukum terhadap sesama manusia dengan memberikan sesuatu yang sesuai dengan haknya masing-masing.
- Bersikap adil kepada keluarga, kepada isteri, kepada anak-anaknya dan kerabat yang lain.
- Bersikap adil dalam perkataan dan pernyataan dengan tidak memberikan kesaksian palsu, tidak berkata dusta, dan tidak menyuarakan kebathilan.
- Bersikap adil dalam keyakinan dengan jalan mempercayai suatu kebenaran dan mempraktekkannya serta tidak menyampaikan pujian atau rasa simpatik terhadap sesuatu yang tercela.
Sikap sederhana merupakan wujud dari sikap adil, yaitu mengambil jalan pertengahan atau moderat dan tidak bersikap ekstrim. Dengan demikian maka orang itu tidak akan terjebak dalam sikap yang berlebihan, karena sikap seperti itu adalah sangat tercela. Sikap mederat identik dengan sikap itiqomah, sebagai sikap yang paling utama. Akhlak tersebut menempatkan pelakunya pada ketentuan yang ditetapkan Allah dan tidak melanggarnya. Sikap mederat dan istiqomah akan mengantarkan seseorang untuk melaksanakan segala kewajibannya dengan sungguh-sungguh dan tidak pernah mengabaikannya. Istiqomah adalah sikap yang mengantarkan manusia, bisa menjaga diri dari segala sesuatu yang tercela.
اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَۚ * اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ الْجَنَّةِ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۚ جَزَاۤءً ۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap istikamah, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih. Mereka itulah para penghuni surga (dan) kekal di dalamnya sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. Al Ahqaf 46:13-14).
Dr. KH. Zakky Mubarok Syamrakh, MA., Dewan Pakar Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)