Bangkalan, LIPUTAN 9 NEWS
Akhir-akhir ini beredar video sikap dan pendapat Kiai dari Malang (Kiai Ahmad Fatih Syuhud) terkait konflik nasab yang masih belum usai ini, beliau menyebutkan bahwa selama tidak ada kitab sezaman yang menyebutkan leluhur Habaib Ba’alawi maka tesis Kiai Imad adalah “benar”, tanpa mengurangi rasa hormat dan tadhim saya kepada beliau, jika beliau memang mau mengkaji secara kritis, obyektif dan ilmiah, ada 1 mata rantai yang hilang dari kesimpulan beliau, kesimpulan beliau hanya menjelaskan kembali algoritma pemikiran Kiai Imad dan para muhibbinnya selama ini, berikut adalah urutan mata rantai logika mereka:
- Kiai Imad meminta syarat kitab sezaman
- Para Habaib tidak memberikan syarat yang diminta Kiai Imad
- Kiai Imad yaqin bahkan haqqul yaqin bahwa nasab Ba’alawi rungkad dan para Muhibbin Kiai Imad bersorak riang gembira
Mengapa saya katakan ada mata rantai logika yang hilang? Karena seharusnya sebelum beralih ke mata rantai kedua untuk kemudian mencari kitab-kitab sezaman yang disyaratkan Kiai Imad, kita harus kritis dan bertanya:
“dalam ilmu nasab, apakah kitab sezaman merupakan syarat mutlak dan satu-satunya untuk mengkonfirmasi sebuah nasab?“
Ssetelah membaca beberapa kitab nasab khususnya kitab-kitab yang menjadi rujukan utama Kiai Imad dan para jagoannya dalam masalah ini (Muqoddimat fi ilmil ansab, Rasail fi ilmil ansab, Al-Kafi Al-Muntakhab dll), saya berani menyimpulkan bahwa dalam hal ini terdapat 2 kubu:
- Para pakar ilmu nasab dalam kitab-kitab itu yang sama sekali tidak mensyaratkan kitab sezaman untuk menkonfirmasi kebenaran suatu nasab, kitab nasab adalah salah satu turuq (cara) untuk mengkonfirmasi nasab tapi bukan satu-satunya karena masih ada beberapa opsi lain termasuk Assyuhrah wal istifadhoh (kemasyhuran dan reputasi sebuah nasab).
- Kiai Imad dan kawan-kawan yang mengatakan bahwa kitab sezaman merupakan syarat mutlak bagi keabsahan suatu nasab, jika tidak maka nasab tsb dipastikan palsu, fiktif dan terputus
Kiai Imad sendiri tentu bukan orang bodoh, meski punya pendapat yang beda sendiri dan “agak laen” (age’ laen) dari para ulama pakar nasab di dunia ini, beliau tidak ingin terlihat tanpa dalil di depan para pendukungnya, demi itu beliau bahkan pernah mengadakan live yutub satu jam lebih bersama Gus Aziz Jazuli untuk membahas syarat kitab sezaman andalannya ini. Channel tersbeut bisa di klik disini.
Dalam live itu Kiai Imad ngalor ngidul berusaha menguatkan pendapatnya bahwa kitab sezaman merupakan syarat mutlak, beliau berdalil dengan kitab “Muqaddimat fi Ilmil ansab” karya pakar nasab asal Iraq Syaikh Khalil Ibrahim Al-Dailami, beliau berusaha meyakinkan bahwa penulis kitab itu sependapat dengannya terkait syarat kitab sezaman. Sayangnya setelah menyimak live Kiai Imad itu juga statement beliau dalam tulisan berikut ini. Silahkan klik linknya disini.
Saya justru semakin yaqin haqqul yaqin bahwa syarat tersebut hanyalah syarat yang diada-adakan oleh Kiai Imad tanpa rujukan dari kitab nasab manapun!
Tadi malam setelah mengisi acara seminar di Ponpes Sidogiri, saya sempatkan membaca kitab “Muqoddimat fi ilmil ansab” karya Syaikh Khalil Ibrahim, yang menjadi rujukan Kiai Imad. Saya juga hatam membaca prinsip-prinsip dasar ilmu nasab yang ditulis oleh beliau dalam kitab nasabnya yang lain yaitu “Durus fil ilmil ansab”, ada banyak sekali point dalam kitab beliau yang sangat bertentangan dengan pendapat Kiai Imad selama ini, salah satunya adalah ketika di point ke 10 halaman 96 beliau mewanti-wanti jangan sampai kita menuduh suatu nasab (Tha’n fil nasab) hanya karena sebuah nama yang tidak disebutkan dalam kitab tertentu:
١٠ . الطعن في نسب بعض القبائل بحجة أن جدهم الذي يرتبطون به لم تذكر له كتب الأنساب عقب ، فليس كل من لم تذكر له كتب الأنساب ذرية ليس بمعقب
dan akhirnya datang sebuah kejutan tak terduga, meskipun bukan anak sholeh dan nggak sholeh-sholeh amat, tadi malam Allah memberi saya rezeki berupa kontak WA dari Syaikh Khalil Ibrahim penulis kitab “Muqoddimat fi ilmil ansab” yang selama ini menjadi andalan Kiai Imad ! Masyaallah tabarakallah.
برسول الله و البدوي * و رجالٍ من بني علوي
Tanpa banyak babibu, setelah memperkenalkan diri saya langsung bertanya tentang “konflik nasab” ini kepada beliau, berikut adalah isi percakapan wa saya dengan beliau ( + tranlsatenya ):
Ismael Alkholilie:
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته سيدي
معكم محمد اسماعيل الخليلي محبكم و قارئ كتبكم من إندونيسيا
“Assalamualaikum wr wb Siidi, saya Muhammad Ismail Alkholili pecinta anda dan pembaca kitab-kitab anda dari Indonesia“
Syaikh Khalil Ibrahim :
وعليكم السلام….حياك وبياك
Ismael Alkholilie :
سيدي عندي سؤال و استفسار
عندنا في اندونيسيا الآن أناس يشككون و يطعنون في نسب السادة آل باعلوي بحجة ان جدهم عبيد الله بن احمد بن عيسى غير مذكور في كتب النسب القديمة و يستدلون بما في كتابكم مقدمات في علم الانساب
أفيدونا سيدي
“Siidi saya punya pertanyaan: di Indonesia sekarang ini ada beberapa orang yang meragukan dan membatalkan nasab para Sadah Ba’alawi dengan Hujjah leluhur mereka Ubaidillah Bin Ahmad Bin Isa tidak disebutkan dalam kitab-kitab nasab terdahulu, dan mereka berdalil dengan kitab anda “Muqoddimat fi ilmil ansab”. Mohon penjelasannya terkait masalah ini.
Syaikh Khalil Ibrahim:
الشهرة المستفيضة للسادة ال باعلوي فاقت كثير من الانساب وعمود النسب شرط كمال
“Syuhroh Istifadhoh (kemasyhuran reputasi) para Sadah Ba’alawi telah mengungguli banyak nasab yang lain, sedangan disebutkannya Amud Nasab hanyalah syarat kesempurnaan (bukan syarat sah)“.
Ismael Alkholilie :
إذاً نسب السادة آل باعلوي ثابت سيدي ؟ و لو كان عمود نسبهم غير مذكور في كتب النسب المعاصرة له أو الأقرب زمانا له ؟
“Jadi menurut anda nasab para Sadah Ba’aalwi valid siidi ? Meskipun Amud nasab mereka tidak disebutkan dalam kitab sezaman atau yang mendekati?“
Syaikh Khalil Ibrahim:
نعم , هؤلاء اهل مدرسة الوسطية الحقيقية
“iya, mereka adalah pembawa ajaran islam moderat yang sesungguhnya“
Ismael Alkholilie:
ماشاء الله نعم هؤلاء ساداتنا و شيوخنا رغم أنوف الحاقدين سيدي و هل عرفتم هؤلاء السادة آل باعلوي سيدي ؟
“Masyaallah mereka adalah para guru kami terlepas dari komentar para pembenci, apakah anda mengenal mereka para Sadah Ba’alawi Siidi ?“
Syaikh Khalil Ibrahim:
وهل يخفى القمر هم الدعاة الذين شرقوا وغربوا
“apakah rembulan terlihat samar ? Mereka adalah para dai yang telah menyebarkan ilmu di barat dan timur dunia“.
Ismael Alkholilie:
نعم جزاكم الله خيرا سيدي على هذا الجواب الشافي
عندنا في اندونسيا ضجة كبيرة بسبب هذا الطعن لهؤلاء السادة من قبل رجل يدعي أنه يفهم علم الأنساب و نستأذن منكم ان ننشر جوابكم هذا لجيمع الإخوان و الأصحاب
“Baik Jazakallah khair atas jawabannya Siidi, di masyarakat kami sekarang ada kegaduhan yang disebabkan pembatalan nasab para Sadah Ba’alawi oleh seseorang yang mengaku paham ilmu nasab, saya meminta izin untuk menyebarkan jawaban anda ini untuk para teman dan sahabat“.
Syaikh Khalil Ibrahim:
اربع في امتي من امر الجاهلية لايتركوهن ومنها الطعن في الانساب …اي الطعن بدون علم
“(menukil hadits) 4 kebiasaan Jahiliah yang masih belum ditinggalkan dalam ummatku, salah satunya menuduh suatu nasab tanpa dasar ilmu“.
Dan untuk kesekian kalinya, Kiai Imad harus menerima pahitnya sebuah realita, seorang ulama pakar nasab yang kitabnya dijadikan hujjah oleh beliau untuk menguatkan tesisnya justru “mengkonfirmasi” keabsahan Nasab Ba’alawi.Sebelumnya sudah ada Sayyid Mahdi Raja’i (ulama pakar nasab asal Iran) dan Syaikh Ibrahim Al-Hasyimi (ulama pakar Nasab asal Saudi) yang sama-sama mengitsbat Ba’alawi dan mementahkan syarat kitab sezaman yang dibuat-buat oleh Kiai Imad ini.
Syaikh Ibrahim bahkan dengan tegas berkomentar: “permintaan syarat seperti itu adalah sebuah kebodohan kuadrat, andai kita terapkan syarat itu dalam ilmu nasab maka niscaya kita akan membatalkan semua nasab yang ada di muka bumi ini“.
Kiai Imad sepertinya sudah kehabisan “jerami” untuk ia gapai ketika perlahan mulai tenggelam dan tak punya pegangan, padahal ekspektasi dan harapan pendukungnya kepada beliau begitu tinggi, demi itu beliau sampai harus membangun narasi-narasi lain untuk mendukung tesisnya yang -katanya- ilmiah itu tapi ternyata hanya dibangun diatas asumsi dan ilusi (yang satu persatu mulai dimentahkan oleh para penulis kitab-kitab rujukan beliau sendiri).
Tapi panjenengan semua para Muhibbin Kiai Imad tak perlu khawatir, Kiai Idola kalian tak akan berubah pendirian, bukankah beliau dengan teguh (atau lebih tepatnya ngeyel) pernah berkata: “andaikan ulama sedunia berfatwa, mengitsbat karena suatu hal, bahwa Ba’alawi adalah keturunan Nabi, saya Imaduddin Utsman tidak akan percaya“.
Terakhir beliau men-syarah-i sendiri dawuhnya itu: “saya kan bilang “karena suatu hal”, seperti Syaikh Ali Jum’ah mengitsbat Ba’alawi karena pertemanan beliau dengan Habib Umar Bin Hafidz“.
Ya pada intinya siapapun, ulama manapun, sealim apapun, yang mengakui Nasab Ba’alawi (termasuk Syaikh Ali Jum’ah, Syaikh Ibrahim Al-Hasyimi, dan terakhir Syaikh Khalil Ibrahim) jangan harap akan diterima oleh Kiai Imad. Mereka pasti akan dianggap sebagai orang yang berfatwa tidak jujur karena ”suatu hal” yang bertentangan dengan hati nurani mereka (betapa mulianya hati Kiai Imad sampai se-husnudzon itu kepada para ulama-ulama itu).
Kalian juga masih bisa berbesar hati, karena meskipun dukungan ulama pakar nasab tidak didapat. Dukungan pakar dangdut dan pakar bahasa semut berhasil kalian rebut (tak ada daging, kerupuk-pun jadi ! Keprok atuh).
Sekali lagi bela sungkawa sedalam-dalamnya untuk para pendukung Kiai Imad, kalian tidak salah, kalian hanya mengidolakan sosok yang salah. Selamat menikmati tulisan ini dan selamat gemetaran untuk kesekian kalinya.
Ismael Amin Kholil, adalah Dai dan Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Assalafi Al Kholili Kepang, Kemayoran, Kecamatan Kota Bangkalan.