Jakarta | LIPUTAN9NEWS
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama selenggarakan Peringatan Hari Santri di Plaza PBNU hari Senin, 21 Oktober 2025. Acara peringatan hari Santri dihadiri oleh Rais ‘Aam PBNU, KH. Miftachul Akhyar, Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf, Sekjen PBNU, Drs. H. Saifullah Yusuf, dan segenap pengurus Syuriyah, Tanfidziah PBNU serta ratusan Nahdliyyin.
Dalam tauhjihahnya, Rais ‘Aam PBNU KH. Miftachul Akhyar menguatkan apa yang disampaikan oleh Ketua Umum PBNU dalam sambutannya tentang tagline peringatan Hari Santri tahun ini, yaitu; “Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan”.
Rais ‘Aam menyampaikan, nilai-nilai perjuangan sebagaimana dimaksud dalam tagline peringatan Hari Santri tahun ini, “Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan”, adalah melanjutkan juhud dan jihad yang terus menerus (mutawashil) untuk memenangkan masa depan. Capaian yang kita dapatkan di masa depan sangat tergantung dari usaha maksimal yang kita persiapkan hari ini.
Momentum peringatan Hari Santri sejatinya memperingati perjuangan kaum santri dan pesantren. Bagaimana mereka berjuang untuk bangsa dan negara, dulu, kini hingga dimasa depan.
Penting mencatat sebuah peristiwa dan sejarah kita sendiri dalam upaya melestarikan atau melanjutkan spirit kebaikan-kebaikan yang telah kita rengkuh melalui perjuangan.
من لا تاريخ له لا حاضر ولا مستقبل له
Artinya: “Orang yang tidak mencatatkan sejarahnya sendiri, maka tidak ada masa depan baginya”.
Sejarah kalau tidak kita jaga dan tidak diperingati akan lupa dan bisa jadi mudah diambil orang.
Al-Qur’an menjelaskan tentang pentingnya mengingatkan atau menceritakan tentang kisah atau sejarah:
فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ
Artinya: “..Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir” (QS. Al-A’raf, [07]: 176)
Dalam ayat lain disebutkan:
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Artinya: “Semua kisah rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu (Nabi Muhammad), yaitu kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu. Di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi orang-orang mukmin”. (QS. Hud [11]: 120)
Dan masih banyak ayat-ayat lain yang menceritakan agar kita dapat mengambil Ibrah dari peristiwa ataupun kisah umat terdahulu.
Penting menceritakan sejarah dan kisah perjuangan para Nabi, para Rasul dan perjuangan orang-orang shaleh terdahulu. Bagaimana mereka merasakan pahit getirnya perjuangan menyebarkan agama Islam. Termasuk bagaimana perjuangan para santri terdahulu. Kita tahu dalam sejarah, misalnya tidak ada resolusi Jihad yang dipelopori oleh santri dan para Kiai, maka mungkin tidak akan ada bangsa ini.
Rais ‘Aam PBNU KH. Miftachul Akhyar menjelaskan tentang pengertian atau takrif santri;
بِشَاهِدِ حَالِهِ هُوَ مَنْ يَعْتَصِمُ بِحَبْلِ اللهِ اْلمَتِيْنِ وَيَتَّبِعُ سَنَّةَ الرَّسُوْلِ اْلاَمِيْنِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلاَ يَمِيْلُ يُمْنَةً وَلاَيُسْرَةً فِىْ كُلِّ وَقْتٍ وَحِيْنٍ
Artinya: “Santri berdasarkan peninjauan tindak langkahnya adalah orang yang berpegang teguh dengan al-Quran dan mengikuti sunnah Rasul serta teguh pendirian dalam setiap waktu dan keadaan”.
Jadi santri itu adalah mereka yang selalu berpegang teguh pada pendiriannya, tidak mudah goyang, tidak mudah patah arang, dan tidak mudah putus asa berhenti ditengah jalan. Santri harus selalu istikamah mengikuti jejak langkah Kiainya, mengikuti al-Quran dan sunah Nabi. Dalam diri santri harus memiliki pegangan dan bekal yang kuat.
Peringatan hari Santri ini akan menimbulkan mentalitas semakin kokoh dan teguh pendirian. Tidak mudah patah, apapun yang ia hadapi.
Imam Ibn Atha’illah As-sakandari menjelaskan:
مَتَى أعْطاكَ أَشْهدََكَ برَّهُ. وَمَتَى مَنَعَكَ أَشْهدََكَ قهَرَهُ. فهَوُ فِي كلِّ ذَلِكَ مُتَعَرِّفٌّ إِلَيْكَ وَمُقْبِلٌ بوِجُودِ لُطْفِهِِ علَيْكَ.
Artinya: “Ketika Dia memberimu, Dia telah menunjukkan kepadamu kebaikan-Nya. Ketika Dia tidak memberimu, Dia menunjukkan kepadamu kekuasaan-Nya. Pada semua itu, Dia memperkenalkan diri-Nya kepada-Mu dan mendatangimu lewat kelembutan-Nya (kasih sayang-Nya”
Jiwa-jiwa santri itu selalu selalu kuat dalam semua situasi dan kondisi, baik pada saat menerima nikmat dari Allah ataupun saat ditunda/terjegah belum menerima nikmat. Keduanya menjadi motivasi untuk terus melangkah dan berjuang.
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda:
عَجِبْتُ لأمرِ المؤمنِ ، إنَّ أمرَهُ كُلَّهُ خيرٌ ، إن أصابَهُ ما يحبُّ حمدَ اللَّهَ وَكانَ لَهُ خيرٌ ، وإن أصابَهُ ما يَكْرَهُ فصبرَ كانَ لَهُ خيرٌ ، وليسَ كلُّ أحدٍ أمرُهُ كلُّهُ خيرٌ إلَّا المؤمنُ
Artinya: “Sungguh aku kagum urusan orang mukmin. Sesungguhnya seluruh urusannya itu baik, dan hal itu tidak dimiliki kecuali oleh seorang mukmin. Apabila dia mendapatkan nikmat dia bersyukur dan itu baik baginya. Dan apabila dia mendapatkan musibah dia sabar dan itu baik baginya.” (HR. Muslim)
Santri ketika dalam kondisi dan situasi yang tidak enak ia tetap bersabar. Tapi sabar bukan berarti diam, tapi terus berjuang. Begitupun sebaliknya, ketika mendapatkan nikmat ia bisa mensyukurinya, baik bersyukur dengan lisan, hati, ataupun bersyukur dengan anggota tubuh, dengan cara menjalankan segala perintah Allah dan menjauhinya larangannya.
Gedung PBNU, 21 Oktober 2024 M/19 Rabiul Akhir 1446 H
KH. Abdul Muiz Ali, Pengurus Lembaga Bahtsul Masail PBNU dan Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat