فى آداب المتعلم فى دروسه وما يعتمده مع الشيخ والرفقة وفيه ثلاثة عشر نوعا من الآداب.
Tentang adab seorang pelajar dalam belajarnya dan pedoman dalam berinteraksi dengan gurunya serta teman-temannya. Bab ini mencakup tiga belas macam adab.
الاول ان يبدأ بفرض عينه فيحصل اولا اربعة علوم :
Pertama, hendaknya ia memulai dengan mempelajari ilmu yang bersifat fardu ‘ain, yaitu dengan menguasai empat ilmu terlebih dahulu:
علم الذات العالية، فيكفيه ان يعتقد انها موجودة قديمة باقية منزهة عن النقائص متصفة بصفات الكمالات
Ilmu tentang Dzat (Allah) yang Maha Tinggi. Cukuplah baginya untuk meyakini bahwa Allah itu ada, qadim (ada tanpa permulaan), kekal, suci dari segala kekurangan, serta disifati dengan segala sifat kesempurnaan
وعلم الصفات، ويكفيه ان يعتقد ان الذات العالية متصفة بالقدرة والارادة والعلم والحياة والسمع والبصر والكلام، وان زاد براهينها من الكتاب والسنة فهو كمال العلم،
Ilmu tentang sifat-sifat Allah. Cukuplah ia meyakini bahwa Dzat yang Maha Tinggi (Allah) memiliki sifat qudrah (kuasa), iradah (kehendak), ‘ilm (pengetahuan), hayat (kehidupan), sama‘ (pendengaran), bashar (penglihatan), dan kalam (berbicara). Jika ia menambah pemahamannya dengan dalil-dalilnya dari Al-Qur’an dan sunnah, maka itu akan menyempurnakan ilmunya.
الثالث علم الفقه، ويكفيه ما يتقن به طاعته من طهارة وصلاة وصيام، وان كان له مال تعلم ما يجب عليه فيه، ولا يقدم على امر حتى يعلم حكم الله تعالى فيه،
Ilmu fikih. Cukuplah ia mempelajari aturan-aturan yang dibutuhkan untuk menunaikan ibadahnya, seperti tata cara bersuci, shalat, dan puasa. Jika ia memiliki harta, maka ia juga harus mempelajari aturan-aturan yang berkaitan dengannya. Ia tidak boleh mendahului untuk melakukan suatu perkara sebelum mengetahui hukum Allah tentangnya.
العلم الرابع علم الاحوال والمقامات ومخادع النفوس ومكايدها وما يجرى مجرى ذلك.
Ilmu tentang keadaan dan maqamat (tingkatan spiritual), ilmu tentang tipu daya hawa nafsu, jebakan-jebakannya, serta hal-hal yang berkaitan dengannya.
وقد ذكر ذلك كله الامام الغزالى فى بداية الهداية، والسيد عبد الله بن طاهر فى سلم التوفيق رحمهما الله تعالى
Keempat ilmu tersebut semua telah disebutkan oleh Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayat al-Hidayah dan oleh Sayyid Abdullah bin Thahir dalam kitab Sullam at-Tawfiq. Semoga Allah merahmati keduanya.
والثانى ان يتبع فرض عينه بتعلم كتاب الله العزيز فيتقنه اتقانا جيدا، ويجتهد فى فهم تفسيره وسائر علومه فانه اصل العلوم وامها واهمتها،
Kedua, setelah menyelesaikan fardu ‘ain, hendaknya ia melanjutkan dengan belajar Kitab Allah yang Maha Mulia (Al-Qur’an) dan menguasainya dengan baik. Ia harus berusaha memahami tafsirnya serta ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengannya, karena Al-Qur’an adalah sumber utama ilmu dan yang paling penting di antara semuanya.
ثم يحفظ من كل فن مختصرا يجمع فيه بين طرفيه من الحديث وعلومه والاصولين والنحو والصرف، ولا يشغله ذلك كله عن دراسة القرآن وتعهده وملازمته وردا منه كل يوم، وليحذر من نسيانه بعد حفظه، فقد ورد فيه احاديث تزجر عنه،
Kemudian, ia hendaknya menghafal ringkasan dari setiap cabang ilmu yang mencakup berbagai aspek, seperti hadis dan ilmu-ilmunya, ilmu ushuluddin dan ushul fiqh, ilmu nahwu dan sharf. Namun, semua itu tidak boleh membuatnya lalai dari mempelajari Al-Qur’an, , menjaga, dan membacanya sebagai rutinan setiap hari. Ia harus berhati-hati agar tidak melupakan hafalan Al-Qur’annya, karena ada hadis-hadis yang memperingatkan tentang kelalaian dalam hal ini.
ويشتغل بشرح تلك المحفوظات على المشايخ، وليحذر من الاعتماد فى ذلك الكتب ابتداء بل يعتمده فى كل فن من هو احسن تعليما له واكثر تحققا فيه، ويراعى فى المشايخ الدين والعلم والشفقة وغيرها،
Ia juga harus belajar penjelasan dari hafalannya kepada para guru dan tidak langsung bergantung pada buku sejak awal. Bahkan dalam setiap bidang ilmu, hendaknya ia belajar kepada guru yang paling ahli dalam mengajarkannya dan paling mendalami ilmunya. Ia harus memperhatikan kualitas guru, seperti ketakwaan, keluasan ilmu, kasih sayangnya kepada murid, dan sifat-sifat baik lainnya.
وليأخذ من الحفظ والشرح ما يمكنه ويطيقه حاله من غير اكثار ممل ولا تقصير مخل بجودة التحصيل
Dalam belajar, ia hendaknya mengambil porsi hafalan dan pemahaman yang memungkinkan baginy dan sesuai dengan kemampuannya, tanpa berlebihan hingga merasa jenuh dan tanpa gegabah yang dapat menghambat pemahamannya secara mendalam.
والثالث ان يحذر فى ابتداء امره من الاشتغال فى الاختلاف بين العلماء وبين الناس مطلقا فى العقليات والسمعيات فانه يحير الذهن ويدهش العقل،
Ketiga, pada awal pencarian ilmu, hendaknya ia berhati-hati agar tidak sibuk dengan perbedaan pendapat di antara para ulama maupun perdebatan antara manusia dalam masalah ilmu-ilmu yang bersumber dari akal rasional dan dan ilmu-ilmu dari syariat. Hal itu hanya akan membingungkan pikirannya dan mengacaukan akalnya.
بل يتقن اولا كتابا واحدا فى فن واحد وكتبا فى فنون ان كان يحتمل ذلك على طريقة واحدة يرتضيها له شيخه، فان كانت طريقة شيخه نقل المذاهب والاختلاف ولم يكن له رأي واحد قال الغزالى فليحذر منه فان ضرره اكثر من النفع به،
Sebaliknya, ia harus terlebih dahulu menguasai satu kitab dalam satu bidang ilmu secara mendalam. Jika mampu, ia boleh mempelajari beberapa kitab dalam berbagai bidang, tetapi tetap harus mengikuti satu metode yang ditetapkan oleh gurunya. Jika gurunya hanya menyampaikan berbagai pendapat dan perbedaan pendapat tanpa menetapkan satu pendapat baginya, maka imam Al-Ghazali memperingatkan agar menjauhi guru semacam itu, karena dampaknya lebih banyak merugikan daripada menguntungkan.
وكذلك يحذر فى ابتداء طلبه من المطالعات فى تفاريق المصنفات، فانه يضيع زمانه ويفرق ذهنه بل يعطى الكتاب الذى يقرؤه او الفن الذى يأخذه كليته حتى يتقنه، وكذلك يحذر من تنقل من كتاب الى كتاب من غير موجب، فانه علامة الضجر وعدم الفلاح،
Demikian pula, pada awal pencarian ilmu, ia harus menghindari membaca berbagai kitab secara acak, karena hal itu hanya akan membuang waktunya dan mengacaukan pikirannya. Sebaliknya, ia harus memberikan perhatian penuh kepada kitab atau bidang ilmu yang sedang dipelajarinya hingga benar-benar menguasainya. Ia juga harus menghindari kebiasaan berpindah-pindah dari satu kitab ke kitab lain tanpa alasan yang jelas, karena itu adalah tanda kebosanan dan ketidakberhasilan dalam belajar.
واما اذا انتهى وتأكدت معرفته فالاولى ان لا يدع فنا من العلوم الشرعية الى نظر فيه، فان ساعده القدر وطول العمر على التبحر فيه، والا فكان قد استفاد منه ما يتخلص به عن عروة الجهل بذلك العلم، وليعتن من كل فن بالاهم، ولا يغفل عن العمل به الذى هو المقصود بالعلم
Namun, jika ia telah mencapai pemahaman yang kuat, maka sebaiknya ia tidak meninggalkan satu bidang ilmu syar‘i pun tanpa pernah mempelajarinya. Jika takdir dan usia memungkinkan, ia dapat mendalami berbagai ilmu, tetapi jika tidak, setidaknya ia telah memahami dasar-dasarnya agar ia selamat dari terjerumus dalam kebodohan mengenai ilmu tersebut. Ia harus memprioritaskan ilmu yang paling penting, dan tidak lupak untuk praktikan dan pengamalan ilmu, karena itulah merupakan tujuan utama dari ilmu.
Bersambung >
Agus Amar Suchaemi AlBarbasy (Gus Amar), Nyantri di Lirboyo Alumni IKAHA (UNHASY) Tebuireng Jombang.