BANTEN | LIPUTAN9NEWS
Setelah sekian lama tak berproduksi, Teater Studio Indonesia (TSI) akhirnya kembali menampilkan garapannya pada 20 November 2025 pukul 20.30 WIB-Selesai di Aula Sjadzily Hasan Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanudin Banten. Aula tempat pertunjukkan malam itu terisi penuh mereka yang hadir menyaksikan.
Seolah bangkit dari abu kematiannya, tampilan pentasnya kali ini sangat berbeda dari pentas-pentas TSI di masa-masa sebelum vakum selama bertahun-tahun paska mangkatnya Nandang Aradea, yang merupakan penggerak pertama TSI, yang umumnya bertema-bermaterikan Bambu dan Tanah, tapi di pentas kali ini, di mana TSI dipimpin Oman Abdurrahman, menghadirkan drama musikal yang dipadukan dengan multimedia demi memenuhi kebutuhan perkembangan zaman.
Pentas teater yang riang dan menghibur itu merupakan Program Inovasi Seni Nusantara Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia dengan tema: Pengembangan Seni Peran pada Teater Tubuh dan Multimedia Berbasis Teater Rakyat Banten di Sanggar Teater Studio Indonesa (TSI), dengan menampilkan pertunjukan teater: “Eksperimentasi Tubuh Musikal Ngubrug Sambil Jalan-Jalan” yang disutradarai Taufik P. Pamungkas, yang berkolaborasi dengan Orkes Efek Rumah Dinas, Gesbica, Kelompok Pantomim asuhan Aam Fatih, dan TOPS. Adapun tim pelaksananya adalah: Giri Mustika Roekmana, M.Sn, Ahmad Fauzi, M Pd, DR. Wahid Abdul Kudus, M.Pd, Dinar Sugiana Fitrayadi, M.Pd, Ahmad Supri Fadhil, Selviana, dan Nabiela Putri Apriliani.
Kehadiran pentas teater musikal itu tentu saja menggembirakan dan memberikan angin segar bagi kerja teater di Banten, terutama bagi mereka yang masih ada di TSI, mengingat TSI sendiri sudah tidak produktif. Dengan bantuan dan fasilitasi dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia melalui pelatihan dan workshop berkala-berkelanjutan, diharapkan akan kembali menghidupkan TSI dan kembali berproduksi. Tentu saja yang tak kalah penting ke depan adalah manajemen dan penataan sanggar TSI agar nanti pelaksanaan dan peng-agendaan program-programnya bisa berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Sudah maphum bagi kita, bahwa manajemen sanggar teater mencakup pengelolaan terpadu yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian segala aspek, baik artistik maupun non-artistik, untuk mencapai produksi pertunjukan yang efektif dan efisien serta berkelanjutan.
Dengan mengangkat tema dan materi pentingnya mencintai dan mempromosikan kebudayaan daerah, yang pada akhirnya, menjadi kebudayaan nasional Indonesia itu sendiri, pentas drama musikal yang dipadukan dengan visualisasi multimedia malam itu cukup membuat yang hadir terhibur dan antusias. Kegembiraan anak-anak dari kelompok pantomim ketika menggerakkan tubuh mereka dengan riang, lincah, dan berirama telah sanggup pula menambah keselarasan dan kepaduan dengan gubahan musik serta nyanyian orkesnya. Ditambah pula beberapa gerak dan adegannya diambil dari permainan atau dolanan rakyat Banten, hingga menampilkan khazanah multikultural Banten; ada Sunda Banten, ada Jawa Banten, ada Betawi hingga budaya yang kental unsur adaptasi budaya Tionghoa-nya.
Drama musikal yang juga memasukkan unsur dan pengaruh (sentuhan) teater rakyat Ubrug Banten itu juga akan dapat mengkampanyekan pertunjukkan teater yang dekat dengan masyarakat. Teater kemudian bisa dihadirkan dengan kebutuhan aspirasi yang dirasakan dan menjadi persoalan kehidupan keseharian masyarakat (orang) banyak, sehingga pertunjukkan teater kemudian menjadi dekat dengan rakyat, meski dengan sentuhan atau pun tampilan kekinian. Teater rakyat umumnya memang sebagai sarana hiburan sekaligus medium (wasilah) pendidikan yang mudah dipahami oleh banyak orang, selain menjadi media untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan bahasa daerah, serta menjalankan fungsi komunikasi dan integrasi sosial melalui interaksi langsung antara para pemain dan para penontonnya.
Tak hanya itu saja, teater rakyat juga sanggup berperan sebagai media penyampai pesan-pesan moral konstruktif bagi kebaikan hidup bersama, menyampaikan kritik sosial dengan jalan humor atau banyolan yang acapkali seolah menertawakan diri sendiri, namun maksudnya seringkali sindiran halus, agar yang disindir dan dikritiknya bisa menerima tanpa harus tersinggung.
Ke depan, sanggar Teater Studio Indonesia (TSI) memang berencana untuk menggalakkan workshop dan pelatihan teater, yang dalam hal ini diantaranya adalah menggali dan ‘mengaktualkan’ kembali warisan dan khazanah seni-budaya (kearifan lokal) Nusantara, termasuk di dalamnya teater rakyat, semisal Ubrug Banten, sesuai-sejalan dengan konteks dan kebutuhan (penerimaan) masyarakat dan keadaan-perkembangan dunia saat ini. Sudah tentu pula dengan melakukan riset dan kajian secara intens, mendalam serta berkelanjutan. Karena itu, dibutuhkan dukungan banyak pihak, terutama melalui kementerian dan lembaga-lembaga yang terkait, untuk menyukseskannya.
Sulaiman Djaya, Peminat Kajian Kebudayaan























