Jakarta, Liputan9 – Pendidikan Dai Penggerak Nahdlatul Ulama (PDPNU) telah menyelesaikan pendidikan kader penggerak angkatan pertama, dalam rentang waktu selam tiga bulan. Pada hari Senin, 16 September 2019 sebanyak 50 Kader PDPNU angkatan pertama resmi dikukuhkan oleh Ketua Lembaga Dakwah PBNU (LD-PBNU) KH. Agus Salim HS, di lantai 8 Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Kramat 164 Jakarta Pusat.
KH. Agus Salim, dalam sambutannya berpesan kepada seluruh peserta Pendidikan Dai Penggerak Nahdlatul Ulama (PDPNU), agar memahami Islam dari berbagai aspek, yaitu aspek Syariah, Thoriqoh, dan Hakikat. Dengan menguasai dan mengamalkan semua aspek tersebut, maka para dai penggerak NU akan mudah diterima masyarakt, lembut, santun, dan berkahlak dalam berdakwah. Jika dalam berdakwah hanya fokus pada aspek syariat saja maka akan keras, radikal dalam menyampaikan dakwahnya, dengan menggabungkan ketiganya, maka akan tercipta dakwah yang ramah.
“Selain itu para dai, pendakwah, penceramah, harus sudah selesai dengan dirinya. Maksudnya, sudah selesai dengan urusan kebutuhan dirinya (artinya pemuka agama itu harus kaya), seperti para sahabat Rasulallah, sahabat Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Mereka semua adalah contoh juru dakwah yang telah selasai dengan dirinya. “Man Arafa Nafsahu Fakod Arafa Rabbahu, Man Arafa Rabbahu Fakod Jahila Nafsahu”. KH. Agus Salim menambahkan.
Selanjutnya, Direktur PDPNU, Gus Imaduddin dalam sambutannya juga menyatakan bahwa Dai Penggerak Nahdlatul Ulama, maknanya ialah para dai yang telah menyelesaikan dan dinyatakan lulus dalam PDPNU, harus menjadi Kader penggerak dakwah untuk dirinya, keluarganya, dan umat dilingkungannya masing-masing. Gus Imad mengatakan, bahwa “Dai Penggerak NU itu harus jemput bola dan membentuk simpul-simpul dakwah agar dakwah NU dapat menyebar samapi pada lapisan masyarakat paling bawah. Karena saat ini masih banyak dari warga NU yang amaliahnya NU, namun fikrah dan harakahnya bersebrangan dengan NU. Inilah tantangan dan tugas kader-kader PDPNU sekarang dan di masa yang akan datang.
Dalam acara pengkuhan tersebut, para peserta diberi pembekalan oleh Habib Salim Sholahuddin bin Salim Jindan dan Dr. KH. Moh. Bukhori Muslim, Sekretaris LD-PBNU. Habib Salim, memotivasi peserta bawa menjadi dai itu harus berani dan kuat mental, apalagi menyandang label dai Nahdlatul Ulama. Sekarang saya sampaikan bahwa yang mengakui Habib, dan keberadaan para Habaib di Indonesia pertama kali adalah Nahdlatul Ulama. Maka sudah seyogyanya para Habaib berhidmah berjuangn untuk umat dan bangsa melalui Nahdlatul Ulama.
Sementara KH. Bukhori Muslim, mengajak semua kader alumni PDPNU utk terus belajar dan bekiprah di dunia dakwah dengan memperkuat aqidah ahli Sunnah waljamaah. Banyak sekali tantangan, peluang, dan permintaan dari NU, khususnya Lembaga Dakwah PBNU. Jadi bagi kader dai penggerak NU, harus mampu menjawab tantangan dan kebutuhan dunia internasional terhadap dai dari Nahdlatul Ulama. Beliau, menjelaskan.
Pengukuhan Pendidikan Kader Dai Penggerak Nahdlatui Ulama (PDPNU) disempurnakan dengan pembekalan yang disampaikan oleh Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj. Belia menyampaikan “Bahwa Nabi Muhammad SAW, diberi tugas oleh Allah SWT, membangun masyakat yang secara peradaban itu, Ummiyyin, (buta huruf), dan dari segi theology Dlalalim mubin (Sesat sesesat-sesatnya). Di tengah masyarakat yang tidak punya peradaban tersebut yang dilakukan pertama kali oleh Rasulalah adalah menyampaikan Al Quran. Karena masyarakat kala itu jahiliyah, maka banyak sekali tuduhan kepada Nabi Muhammad sebagai tukang syair banhkan dukun. Hal tersebut berlangsung terus sampai masuk islamnya salah satu Umar, yaitu Umar bin Khattab”. Beliau menjelaskan.
Terakhir, acara Pengukuhan Pendidkan Dai Penggerak Nahdlatul Ulama (PDPNU) di tutup dengan doa dan baiat yang di pimpin langsung oleh KH. Agus Salim, Ketua Lembaga Dakwah PBNU. (ASR)