Mewasdapai propaganda sesat HTI tentang khilafah
Banyak klaim gerakan yang mengatasnakan penegakan khilafah ‘ala manhajin nubuwah fase kedua. Seperti isyarat dalam hadits Imam Ahmad bahwa setelah fase mulkan ‘addhan dan jabbariyun, kepemimpinan akan kembali ke manhaj nabawi sebagaimana era khulafaur rosyidien. Ini tidak dipungkiri lagi kebenarannya dan ini sudah menjadi khobar nubuwah. Hanya saja tidak sedikit gerakan-gerakan politik yang mendompleng khobar nubuwah ini. Sebenarnya apa isyarat Rosul terkait khilafah ini?
Dalam salah satu sabdanya beliau menegaskan:
“Sungguh akan saling membunuh tiga orang di sisi perbendaharaan kalian. Mereka semua adalah putra mahkota khalifah (penguasa). Tapi tak seorangpun diantara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian munculah bendera hitam dari arah timur lantas mereka memerangi kalian (orang Arab) dengan suatu peperangan yang belum pernah dialami oleh kalian sebelumnya. Maka jika kalian melihatnya (kemunculan kholifah) berbaiatlah walaupun dengan merangkak diatas salju karena dia adalah khalifah Allah al-Mahdi (Riwayat Tsauban)
Dalam isyarat ini jelas bahwa khalifah akan muncul hampir bersamaan dengan huru-hara perebutan tahta kerajaan. Menurut beberapa pakar tahta ini adalah tahta kerajaan yang menguasai tanah suci. Jadi sebutan putra mahkota kholifah adalah sebutan untuk putra mahkota raja (kholifah : raja). Sebab kholifah yang akan membangun kekhifahan ‘ala manhajin nubuwah sebagaimana khulafaur rosyidin disebut Rosulullah dengan “kholifah Allah al-Mahdi”.
Siapakah kholifah Allah al-Mahdi yang akan membangun kekhalifahan ‘ala manhajin nubuwah?
Simak hadits Rosulullah : “Sungguh bumi ini akan dipenuhi kedzaliman dan kesemena-menaan. Dan apabila kedzaliman dan kesemena-menaan telah penuh maka Allah akan mengutus seorang laki-laki yang berasal dari keturunanku, namanya seperti namaku, dan nama bapaknya sama seperti nama bapakku. Maka ia akan memenuhi bumi dengan keadilan dan kemakmuran sebagaimana telah dipenuhi sebelumnya oleh kedzaliman dan kesemena-menaan” (Shahih al-Jami, 5073)
Kapan kehalifahan itu akan turun untuk membebaskan manusia dari kedzaliman dan membangun kehidupan dengan kemakmuran dan keadilan? Serta dimana pusat pemberangkatannya?
Dalam sebuah hadits diceritakan :” Wahai Ibnu Hawalah, jika engkau melihat kekhalifahan turun di bumi al-maqdis (Baitul Maqdis) maka itu pertanda telah dekatnya berbagai guncangan, kegundahan, dan peristiwa-peristiwa besar. Bagi umat manusia kiamat lebih dekat bagi mereka daripada dekatnya telapak tanganku dengan kepalamu ini ” (HR. Abu Dawud)
Isyarat nubuwah bahwa kekhalifahan ‘ala manhajin nubuwah dibawah Imam Mahdi (yang berasal dari dzurriyah Rosul) meliputi seluruh dunia lintas teritorial negara.
” Kalian akan memerangi semenanjung Arabia, lalu Allah akan menaklukannya untuk kalian, setelah itu Persia, dimana Allahpun akan menaklukannya untuk kalian, kemudian Romawi dimana Allah akan menaklukannya untuk kalian, kemudian kalian memerangi dajjal dimana Allah akan menaklukannya untuk kalian” (HR. Muslim, Ahmad, Ibnu Majah)
Ini mempertegas akan kemunculan kembali khilafah ‘ala manhajin nubuwah ditangan dzurriyah Rosul sebagai Imam Mahdi yang akan berhadapan dengan dajjal dan akan memimpin dunia. Bukan dalam konteks lain
Maka hentikan klaim pejuang Islam untuk meneggakkan sistem Islam (khilafah). Apalagi disertai tudingan liberalis, sosialis, sistem kufur, toghut dan lain-lain terhadap yang berbeda. Siapa kita jika dibandingkan dengan para sahabat Rosulullah. Sahabat Rosulullah saja diminta tetap taat, tidak melakukan bughot, tidak membuat pemerintahan baru, tidak mengganti sistem. Padahal dengan jelas Rosulullah menerangkan bahwa mereka akan menjumpai pemerintahan/sistem, yang mengganti sistem pemerintahan khulafaur rosyidien (yang ‘ala manhajin nubuwah) dengan model kerajaan atau dinasti.
Ini menunjukkan bahwa sistem itu ijtihadi bukan tauqifi, tapi membangun keadilan dan kemakmuran itulah yang tauqifi. Bersambung !!
KH. Khotimi Bahri, Syuriah PCNU Kota Bogor, Ketua Komisi I MUI Kota Bogor, Penasehat Barisan Kesatria Nusantara (BKN), dan Staf Pengajar Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Napala Bogor.
Comments 1