Tiap menit media sosial kita dibanjiri para pendakwah dengan ciri Jenggot panjang, jidat hitam, peci kopyah dan megang microphone, tangan kanannya menerima secarik kertas, tertulis pertanyaan dari jama’ah, lalu dijawab langsung tanpa lihat referensi ( rujukan ), seperti di luar kepala. Jawabannya lugas, jelas dan dimengerti, meski jawabannya berdasarkan ayat Qur’an dan hadits Rosulullah S.a w tapi tidak nerap antara ayat dengan persoalannya, tidak akur hadits dengan pertanyaannya. Asal ayat dan hadits bisa disampaikan, salah atau benar itu nomor 10.
Saya sebagai pelihat dari fenomena tersebut melihatnya sebagai komersialisasi agama untuk cuan konten, diendorse oleh hadirnya jama’ah yang disetting seolah banyak, didukung oleh viewer ribuan akun, entah akun darimana dan isinya manusia atau siluman, pokoknya banyak ribuan. Seolah pendakwah dihadiri ribuan jama’ah, dan memancing decak kagum kita, begitu hebatnya. Biar salah asal tampil, begitu kira-kira.
Namanya pendakwah kadang bukan ulama, ya pasti kewajibannya hanya menyampaikan walau satu ayat. Jika memang begitu prinsipnya harusnya konsisten sesuai ayatnya, sesuai haditsnya. Tapi yang sering saya lihat pendakwah tersebut menghukumi orang lain berbuat bid’ah, menghukumi syirik, memvonis salah dan sesat. Temanya apa tapi ujungnya membid’ah-membid’ahkan amalan muslim lainnya. Giliran direspon mereka dan muhibbinnya bilang ” ahli bid’ah kelojotan ” atau ” ahli bid’ah wal jama’ah masuk neraka”.
Mereka ini siapa ? mereka yang belajar singkat tentang Islam dengan menghafal banyak hadits dan ayat, tetapi tidak paham, sebab yang diterima mereka itu hanya teksnya. Kenapa mereka belajarnya singkat ya karena yang diajarkan itu bukan pemahamannya atau ilmunya, kalau belajar ilmunya makan waktu lama, inilah yang kita sebut orang bodoh jadi pendakwah dan mendadak menjadi ahli fatwa, mudah mulutnya bilang itu haram, itu bid’ah, itu syirik, itu kafir.
Kanjeng Nabi S.a.w telah bersabda terkait nanti di akhir zaman ada pendakwah bodoh yang tampil jadi ahli fatwa. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairoh R.A.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهَا سَتَأْتِي عَلَى النَّاسِ سِنُونَ خَدَّاعَةٌ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ. (رواه أحمد)
Artinya: Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya akan datang kepada manusia tahun-tahun penipuan, di dalamnya orang yang berdusta dipercaya sedang orang yang jujur didustakan, orang yang berkhianat diberi amanah, sedang orang yang amanah dikhianati, dan di dalamnya juga terdapat al-ruwaibidhah.” Ditanya, “Apa itu al-ruwaibidhah wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Yaitu orang bodoh yang berbicara (memberi fatwa) dalam urusan manusia” (HR Ahmad).
Lalu, apa sikap kita ? Sikap kita jelas hindari dakwah-dakwah pembodohan tersebut, jika ada masalah, dan jika ada persoalan datanglah pada ulama yang tinggal di pesantrennya, datanglah pada ustadz alumni pesantren. Saya pastikan mereka tidak asal fatwa, tidak asal ucap menentukan hukum, pasti cari rujukan di kitab madzhab, yang diambil adalah fatwa ulama madzhab. Kenapa kok carinya ke madzhab, kenapa bukan ke al-Quran dan hadits, karena di madzhab sudah ada Al-Qur’an, sudah ada Hadits, sudah ada qoul sahabat Nabi, sudah ada ijtihad para tabiin dan tabi’ tabiin yang oleh Nabi S.a.w sebagai generasi terbaik, itu artinya sambungan paham agamanya melalui generasi yang bersanad-sanad itu.
Mari kita pahami hadits Kanjeng Nabi Muhammad S.a.w ini.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مسعود رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ( خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ يَجِيءُ أَقْوَامٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ، وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ ) .
Artinya: dari Abdullah bin Mas’ud R.a dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Nabi menjelaskan bahwa ” sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian yang mengikuti mereka, kemudian yang mengikuti mereka. Maka akan datang orang-orang yang sumpahnya mendahului kesaksian salah seorang dari mereka, dan sumpahnya mendahului kesaksiannya ” ( H.R Bukhori Muslim).
Merujuk penjelasan Imam Nawawi R.a begini tentang maksud hadits di atas.
قال النووي رحمه الله :
“الصَّحِيحُ أَنَّ قَرْنَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الصَّحَابَةُ ، وَالثَّانِي : التَّابِعُونَ ، وَالثَّالِثُ : تَابِعُوهُمْ” انتهى من ” شرح النووي على مسلم
Imam Nawawi menjelaskan bahwa kata قرني adalah masa dimana Nabi s.a.w dan sahabatnya hidup, kemudian lafadz الذين يلونهم itu dimaksud generasi setelah sahabat yaitu tabiin, dan lafadz berikutnya الذين يلونهم itu dimaksud generasi tabi’ tabiin.
Era tabi’ tabiin ini era lahirnya Madzhab, seperti Madzhab Hanafi, Madzhab Maliki, Madzhab Syafi’i dan Madzhab Hambali. Dari keempat madzhab ini kemudian disebarluaskan oleh murid muridnya secara sanad yang terus menerus tanpa putus. Karena Madzhab itu isinya syari’at Islam yang sudah tafshil dijelaskan secara ijtihadi dan qiyasi oleh para Imam Mujtahid Muthlaq.
Kesimpulannya, jauhi pembodohan atas nama kajian Sunnah, karena sesungguhnya hanya kedok untuk menarik orang agar mengikuti aliran dan paham mereka, yang oleh ulama menyebutnya ” dlollun mudlillun ” sesat menyesatkan. Pegangan teguh kita itu ilmu, dan yang memiliki ilmu agama itu ya ulama, isinya ulama itu kiai, Ajengan, Mama, Aang, Romo Yai, Mbah Yai, Tengku dan atau Tuan Guru. Wa Allahu a’lam bi al-Showabi
KHM. Hamdan Suhaemi, Pengajar Pesantren Ashhabul Maimanah Sampang Susukan Tirtayasa Serang, Wakil Ketua PW GP Ansor Banten, Ketua PW Rijalul Ansor Banten, Sekretaris komisi Haub MUI Banten, dan Sekretaris Tsani Idaroh wustho Jam’iyah Ahlith Thoriqah Mu’tabaroh An-Nahdliyah Jatman Banten.