Jakarta, Liputan9 – Ajaran Islam mengarahkan umatnya agar senatiasa berbuat baik di mana pun mereka berada dan dalam situasi apapun. Manusia muslim dibentuk ajaran agamanya agar bersikap istiqomah, konsisten dalam mengamalkan dan menegakkan kebenaran.
Rasulullah Muhammad s.a.w. berpesan kepada setiap orang muslim agar menjadi manusia yang mandiri. Mereka harus sanggup bersikap istiqomah di tengah-tengah pergolakan dunia dan gelombang peradaban asing. Berbagai macam perubahan dalam dunia modern dan penemuan-penemuan baru dalam bidang sains dan teknologi, tidak boleh memengaruhi manusia muslim sehingga terjerumus dalam sikap dan perbuatan yang tercela. Berbagai perubahan, penemuan baru di bidang sains dan teknologi juga kemajuan-kemajuan yang luar biasa di bidang komunikasi itu, hendaknya dimanfaatkna umat Islam untuk meningkatkan amal dan perbuatan yang terpuji serta peningkatan kecerdasan bagi sesama umat manusia.
Sebagai umat muslim, kita pantang membebek, mengikuti pendapat dan perbuatan orang lain secara latah, tanpa mengetahui argumennya dan tanpa memahami manfaat atau madharatnya. Rasul s.a.w. bersabda:
لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَحْسَنَّا وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا (رواه الترمذي)
“Janganlah kamu menjadi orang-orang yang ikut-ikutan saja (membebek), yang berkata: “ Jika orang lain berbuat baik, maka kami pun berbuat baik. Tetapi kalau orang lain berlaku dzalim atau jahat, kami pun berbuat dzalim atau jahat. Akan tetapi teguhkanlah pendirianmu. Kalau orang banyak berbuat baik, hendaklah kamu berbuat baik, dan sebaliknya kalau mereka berbuat jahat maka janganlah kamu ikuti mereka”. (HR. Tirmidzi, No: 1930 ).
Al-Qur’an al-Karim membimbing umat manusia kepada jalan yang lurus, mengarahkan kepada petunjuk yang lebih baik dan utama. Dengan bimbingan itu, maka manusia akan memiliki kecerdasan yang tinggi, sehingga memiliki pedoman hidup yang pasti dan terlepas dari keraguan. Allah berfirman:
إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرٗا كَبِيرٗا
“Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (Q.S. Al-Isra, 17: 9).
Sebagai umat yang memiliki kecerdasan, pasti dapat memisahkan dan membedakan antara yang baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela. Dengan kemampuan itu manusia muslim akan dapat memilah dan memilih segala macam pemikiran, perbuatan dan tingkah laku umat manusia. Mereka akan mengikuti yang baik dan meninggalkan yang buruk. Dalam al-Qur’an ditegaskan bahwa orang-orang mukmin tidak dibiarkan begitu saja, sehingga dapat diseleksi siapa diantara mereka yang memiliki kualitas yang baik dan siapa pula yang rendah dan hina.
Gambaran sebagaimana disebutkan di atas dapat dipahami dari salah satu ayat al-Qur’an, berikut ini:
مَّا كَانَ ٱللَّهُ لِيَذَرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ عَلَىٰ مَآ أَنتُمۡ عَلَيۡهِ حَتَّىٰ يَمِيزَ ٱلۡخَبِيثَ مِنَ ٱلطَّيِّبِۗ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُطۡلِعَكُمۡ عَلَى ٱلۡغَيۡبِ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَجۡتَبِي مِن رُّسُلِهِۦ مَن يَشَآءُۖ فََٔامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦۚ وَإِن تُؤۡمِنُواْ وَتَتَّقُواْ فَلَكُمۡ أَجۡرٌ عَظِيمٞ
“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia memisahkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya diantara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar”. (Q.S. Ali Imran, 3: 179)
Agama Islam menunjuki umatnya ke jalan yang baik, menuju kehidupan yang lebih maju dan memperoleh kemakmuran yang tinggi serta memiliki kecerdasan yang dibanggakan. Kemajuan sains dan teknologi juga kemajuan dalam bidang komunikasi, jika dimanfaatkan secara baik akan mendatangkan kemajuan yang terpuji, kehidupan yang islami dan kemakmuran umat disertai dengan ridha-Nya. Sebaliknya segala isme atau faham juga aliran-aliran yang menyesatkan umat, yang mengarah kepada kehidupan yang tercela akan diberantas sampai ke akar-akarnya.
Keimanan yang teguh, ketakwaan yang berurat dan berakar, serta pengetahuan yang tinggi merupakan pertahanan yang amat potensial bagi setiap diri manusia dalam menghadapi berbagai macam tantangan yang merusak dan mengarahkan kepada kehinaan. Ilmu pengetahuan merupakan pondasi yang sangat penting dalam membentuk manusia mandiri dan sukses, Allah berfirman:
ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ
“Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran pena, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. Al-‘Alaq, 96:3-5).
Sungguh amat berbeda antara orang-orang yang berilmu dan mereka yang bodoh, yang diliputi kegelapan. Mereka yang berilmu akan menjalani kehidupannya dengan kebaikan. Sebaliknya orang-orang bodoh akan menjalani kehidupannya dengan ketidakpastian, berjalan dalam kegelapan dan terombang-ambing dalam keraguan:
أَمَّنۡ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيۡلِ سَاجِدٗا وَقَآئِمٗا يَحۡذَرُ ٱلۡأٓخِرَةَ وَيَرۡجُواْ رَحۡمَةَ رَبِّهِۦۗ قُلۡ هَلۡ يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (Q.S. Al-Zumar, 39: 9).
Oleh: Dr. KH. Zakky Mubaraka, MA., (Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama)