LIPUTAN9.ID – Perbedaan bukan merupakan sesuatu yang jelek dan disikapi jelek pula, melainkan sebuah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya. Allah perintahkan agar manusia saling mengetahui satu sama lain dan saling memberi agar ada kedamaian diantar mereka bukan malah sebaliknya saling membenci dan menghacurkan.
Ketika salah satu kelompok atau golongan membenci kelompok lain apalagi menghacurkan sangat mungkin dalam dirinya ada sikap ketidak adilan, kurangnya bersyukur, rakus harta atau kepentingan dan lainnya yang dapat menumbuhkan kebencian dan niatan untuk merebut, menghacurkan atau menguasai. Oleh karena itu kesadaran menjadi sesama, kesadaran saling membutuhkan dan saling membantu sangat perlu ditumbuh kembangkan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berujung pada perdamaian.
Demikian materi khutbah yang singkat ini, semoga kita bisa mejadikan dan memposiiskan diri untuk menjadi anusia yang pandai membuat stimulant dan solusi untuk kemaian masyarakat dan bangsa didunia ini dengan beberapa hal yang dilakukan; Pandai Berdamai dan Mendamaikan Peperangan, Pandai Memaafkan Orang Lain, Pandai dan Senang Memberi Pertolongan, Pandai MenjauhiPerbuatan Zalim, Pandai Mengajak Musyawarah Mencari Solusi.
Semoga Allah memudahkan dan memberi kekuatan serta semangat kepada kita untuk bisa melakukan usaha maksimal dan total dalam membentuk dan mengembangkan sikap dan perilaku yang membuat kedamaian dimuka bumi iani.
Khutbah Pertama
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْـدُ.
قَالَ اللهُ تَعَالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
وَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Hadirin sidang Jumat rahimakumullah,
Marilah kita bersyukur kepada Allah dengan melangitkan kalimat Tahmid sebagai manifestasi dari pujian kita kepada Allah Swt. atas segala limpahan nikmat, rahmat, serta keberkahan yang kita terima setiap saat yang terkadang tanpa harus keluar keringat, Semoga kitab isa dan selalu berusaha menjadikan diri menjadi orang yang selalu bersyukur kepadaNya amin. Shalawat dan salam marilah senantiasa kita sanjungkan kepada baginda Rasulullah Muhammad Saw. Semoga kita kelak mendapatkan syafaatnya. Amin.
Selanjutnya, Khatib berwasiat pada diri khatib pribadi dan kepada segenap jamaah, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt dengan taqwa yang sebenar-benar taqwa. Marilah kita menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; memperbanyak berbuat baik, menghormati perbedaaan yang dianugerahkan kepada kita, serta senantiasa menjaga nikmat perdamaian dan kerukunan yang terlimpah kepada bangsa-bangsa dinunia ini.
Sidang Jumat Rahimakumullah,
Perbedaan bukan merupakan sesuatu yang jelek dan disikapi jelek pula, melainkan sebuah anugerah terindah yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya. Allah perintahkan agar manusia saling mengetahui satu sama lain dan saling memberi agar ada kedamaian diantar mereka bukan malah sebaliknya saling membenci dan menghacurkan.
Ketika salah satu kelompok atau golongan membenci kelompok lain apalagi menghacurkan sangat mungkin dalam dirinya ada sikap ketidak adilan, kurangnya bersyukur, rakus harta atau kepentingan dan lainnya yang dapat menumbuhkan kebencian dan niatan untuk merebut, menghacurkan atau menguasai. Oleh karena itu kesadaran menjadi sesama, kesadaran saling membutuhkan dan saling membantu sangat perlu ditumbuh kembangkan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berujung pada perdamaian.
Kemuadian apa yang dimaksud perdamaian itu? menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti perdamaian dunia adalah penghentian permusuhan antar negara-negara di dunia. Untuk bisa hidup sejahtera, tentunya setiap negara perlu mengedepankan perdamaian. Dalam hal ini, perdamaian berkaitan dengan harmoni, kebahagiaan, keadilan, dan kebebasan. Gus Dur juga berpendapat tentang perdamaian : perdamaian bukanlah sesuatu yang pasif, tetapi aktif dan dinamis. Untuk itu, syarat utama perdamaian adalah keadilan.
Dari kedua definisi perdamaian bis akita pahami bahwa: jika perdamaian disepakati oleh bangsa-bangsa didunia iani maka akan dapat menjauhkan dari konflik atau perang, menjaga dan meningkatkan kestabilan ekonomi, terciptanya kestabilan politik, menciptakan keadilan yang merata, menciptakan kesejahteraan dan kebaikan-kebaikan yang lain.
Untuk itu kita sebagai bangsa haruslah ikut andil dalam menciptakan perdamaian sejauh kemampuan kita karena merupakan kewajiban dan juga merupakan kesepakan nilai bangsa Indoesia yang termaktub dalam UUD 1945. (Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.)
Selanjutnya bagaimana AL-Qur’an mengajarkan perdamaian dalam berbangsa dan bernegara agar dapat menjalani kehidupan denga naman dan nyaman serta tentram, beberapa hal pandangan al-Qur’an:
Pertama, : Pandai Berdamai dan Mendamaikan Peperangan
Ketika seseorang atau suatu bangsa mampu mengontrol nafsu-nasfu lawwamah atau nafsu yang jahat seperti nafsu serakah, nafsu amarah, maka dia akan menjadi manusia yang lebih dewasa dan tenang dalam menjalani dihup dan menyelesaikan masalah yang muncul dalam kehidupannya.
Peperangan antar bernegara dan sebangsanya biasanya dipicu oleh beberpa hal, seperti: Perbedaan kekuasaan, Perebutan sumber daya, Perbedaan ras, budaya, dan agama dan Perbedaan kepentingan antari ndividu atau kelompok. Sebagai bangsa yang baik dan mengamalkan ajaran agamanya khusunya agama Islam diperintahkan Allah untuk pandai berdamai dan mendamaikan orang atau bangsa yang bertikai atau berperang agar dapat hidup tentram dan nyaman sebagimana Allah firmankan dalam Al-Qur’an:
وَاِنْ جَنَحُوْا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
“Tetapi jika mereka condong kepada perdamaian, maka terimalah dan bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” QS. Al-Anfal/8 : 61
Kedua, Pandai Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Tiadak ada manusia yang tak pernah berbuat salah, namun jangan sampai kita selalu berbuat salah dan berusaha untuk memperbaiki dihari ke depannya dan meminta maaf kepada yang disakiti atau dizolimi. Ketika seseorang atau suatu bangsa bersalah kepada kita, maafkan dia dan ingatkan di agar tidak berbuat hal yang sama untuk kedua kali aplagi ketiga kali. Hal ini menjadi penting agar seseorang atau sebuah bangsa memahami bahwa apa yang dilakukan itu telah menyakiti hati orang atau bangsa lain.
Memberikan maaf kepada orang lain atau bangsa lain merupakan sikap terpuji yang dicintai Allah Ta’ala. Sifat memaafkan adalah sifatnya para ahli surga dan mendapat pahalanya tidak terbatas dan itu diperintahkan Allah sebagai mana Allah sampaikan dalm Al-Quran.
وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۚفَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ
“ Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat) maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim.” QS. Asy-Syu’ara: 40
Ketiga, : Pandai dan Senang memberi pertolongan,
Manusia adalah mahluk sosial, karenanya tidak mungkin nyaman dan ternteram untuk hidup sendirian dan juga pasti membutuhkan bantuan orang atau bangsa lain. Kesadaran ini menjadi penting agar manusia merasa tidak hidup sendiri akan tetapi merasakan adanya keindahan dalam hidup. Ketika seseorang menolong orang lain atau bangsa lain, disaat yang berbeda dia akan ditolong oleh yang pernah menolong atau orang lain. Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada orang lain.
Ketika sebuah bangsa atau masyarakat sudah menunjukan sikap pandai menolong, maka dimasyarakat tersebut akan muncul rasa damai, rasa aman dan tenteram sehingga kehidupan mereka menjadi terasa indah dan menyenengkan. Karena itu marilah kita berusaha menjadi orang yang senang dan pandai menolong orang lain terutama dalam hal kebaikan-kebaikan sebagai mana perintah Allah dalam Al-Qur’an:
وَتَعاوَنوا عَلَى البِرِّ وَالتَّقوىٰ ۖ وَلا تَعاوَنوا عَلَى الإِثمِ وَالعُدوانِ
“Dan, tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa; dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. (QS AL-Maidah/5:2)
Keempat, Pandai Menjauhi Perbuatan Zalim
Pengertian Zalim menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI, pengertian zalim adalah tidak memiliki belas kasih. Dengan artian seorang individu atau kelompok yang menyakiti perasaan orang lain secara lahir maupun batin. Sifat zalim ini termasuk dalam sifat tercela yang dibenci oleh Allah SWT. Oleh karena itu, setiap umat Islam harus berusaha menjauhi sifat zalim.
Lebih tegasnya berbuat zalim adalah perbuatan yang bisa menyakiti, membuat orang lain tidak nyaman dan dirugikan baik fisik maupun non fisik. Tegasnya bahwa Ketika kita menzaimi orang lain pasti akan menimbulkan emosi, kemarahan, dendam dan lain sebagainya dan bahkan dalam sekala besar bisa menimbulkan peperangan antar bangsa. Untuk itu sebagai muslim yang baik dan berniat mendorong perdamaian dan kenyamanan harus pandai menjauhi perbuatan zalim dalam bentuk apapun, Allah berfirman:
فَمَنِ افْتَرٰ ى عَلَى اللّٰهِ الْكَذِبَ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
“Maka barang siapa mengada-adakan kebohongan terhadap Allah setelah itu, maka mereka itulah orang-orang zalim.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 94)
Kelima, : Pandai Mengajak Musyawarah Mencari Solusi
Dalam pergaulan masyarakat atau bangsa, terkadang timbul perselisihan dengan berbagai macam masalah. Ada yang mudah selesai ada pula yang sulit diselesaikan bahkan malah berkembang menjadi pertikana atau peperangan. Ketika masalah dibarengi dengan emosi dan kesombongan akan sulit diselesaikan baik secara perorangan maupun masyarakat ataupun bangsa. Untuk itu salah satu bentu penyelesaiannya dalah dengan bermusyawarah mencari solusi dari permasalahan yang terjadi sehingga menjadi baik dan nyaman yang tentunya diawali dengan kesadaran untuk menyelesaikan masalahnya.
Untuk menyelesaikan maslaha yang berkembang terkadang juga memerlukan pihak ketiga untuk menyelesaikan dengan pertimbangan yang lebih baik dan seimbang. Untuk itu sebagai ummat Islam harus memiliki dan mengembangkan kemampuan untuk bermusyawarah mencari solusi masyarakat agar dapat hidup damai, indah dan menyejukkan. Allah berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” QS. Ali Imran/3: 159
Hadirin sidang jum’ah yang dimulyakan Allah,
Demikian khutbah yang singkat ini, semoga kita bisa mejadikan dan memposiiskan diri untuk menjadi anusia yang pandai membuat stimulant dan solusi untuk kemaian masyarakat dan bangsa didunia ini dengan beberapa hal yang dilakukan:
- Pandai Berdamai dan Mendamaikan Peperangan,
- Pandai Memaafkan Orang Lain,
- Pandai dan Senang Memberi Pertolongan,
- Pandai MenjauhiPerbuatan Zalim,
- Pandai Mengajak Musyawarah Mencari Solusi,
Semoga Allah memudahkan dan memberi kekuatan serta semangat kepada kita untuk bisa melakukan usaha maksimal dan total dalam membentuk dan mengembangkan sikap dan perilaku yang membuat kedamaian dimuka bumi ini. sehingga kita dimasukan kedalam kelompok pecinta permaian yang mendapatkan ampunan serta rahmat serta kasih sayang Allah di tahun ini dan tahun depan serta di akhirat nanti, amin amin ya Robbal ‘aalamiiin.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، أَمَّا بَعْدُ.
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ .اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ، رَبَّنَا اٰتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Materi khutbah Jum’at dengan tema Khutbah Jum’at: Perdamaian dalam Perspektif Al-Qur’an ini, dalam bentuk PDF dapat di Download dengan KLIK disini
KH. Ahmad Misbah, M.Ag., Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Tangerang Selatan, Banten