Jakarta, LIPUTAN 9 NEWS
Pada tanggal 31 Juli 2024 Ahmad Baso mengunggah postingan berisi manuskrip kuno dengan keterangan bahwa naskah tersebut menkonfirmasi keabsahan nasab ba’alawi.
“Sanad Ba’alawi Imam Ibnu Hajar Al-Haytami, referensi otoritatif mazhab Syafi’i di lingkungan NU, dan Juga pengukuhan atas nasab ba’alawi hingga ke baginda Rasulullah Saw,” tulis Ahmad Baso pada awal postingan di akun Facebook pribadinya.
Ahmad Baso mengatakan, ini alasan PBNU harus segera membentuk Wali Songo Ba’alawi Center. Katanya, ini referensinya.
“Ini naskah Mu’jam karya Imam Ibnu Hajar al-Haytami (abad 16) koleksi Perpus Al-Azhar Kairo tentang guru-guru beliau di antaranya dari kalangan ulama Ba’alawi, sekaligus pengukuhan akan validitas keabsahan nasab mereka ke Baginda Rasulullah SAW. Dalam naskah ini disebut nama Abdullah min abihi Ahmad min abihi Isa. Dalam versi lain naskah ini di Tarim, tertulis Ubaidillah min abihi Ahmad min abihi Isa,” tulis Ahmad Baso.
Menurut Ahmad Baso, ini reefrensi otoritatif dalam periwayatan ilmu dan nasab ba’alawi. Lalu, Baso mengatakan jangan tertipu halusinasi orang yang tertipu dengan abad 5, 6, 7, 6, dan seterusnya.
“Karena Imam Ibnu Hajar menulis periwayatan sanad ini seperti periwayatan hadis Nabi dari satu generasi ke generasi berikutnya, dari abad ke abad periwayatan anak dari bapak, sambung-menyambung tanpa putus hingga ke Baginda Nabi. Riwayat sanad ilmu dan nasab dari gurunya ini, Abdullah bin ABu Bakr al-Aydrus, banyak bertebaran di Tarim seperti dijumpai Imam Ibnu Hajar yg juga sempat ke Malabar, basis mazhab Syafi’i di India itu …..Artinya, Imam Ibnu Hajar datang langsung dari Mesir ke Yaman memperoleh sanad otentik ini.. bukan qila waqala,” ungkapnya.
Kemudian, Ahmad Baso mengaitkan data tersebut dengan menyampaikan, bahwa pedoman bahtsul masail dalam lingkungan NU seperti diputuskan dalam Muktamar dan Munas NU menyebutkan bahwa dalam ranah perbedaan pendapat dalam kalangan mazhab Syafi’i, yang jadi pegangan setelah generasi Imam an-Nawawi (abad 13) adalah Imam Ibnu Hajar al-Haytami bila ada perselisihan pendapat di kalangan ulama Syafi’i.
“Demikian pula dalam perkara nasab ba’alawi ini. Yang jadi pegangan warga NU dan juga kalangan syuriyah NU di manapun adalah yang mu’tabaroh atau kitab otoritatif Imam Ibnu Hajar penulis Kitab Tuhfatul Muhtaj ini. inilah ar-ruju’ ilal-haq,” jelasnya.
Selanjutnya, Ahmad Baso mengatakat bahwa sanad dan nasab ini pula yangg dibawa oleh Kanjeng Sunan Gunung Jati Ba’alawi Azamatkhan dari Mekah-Madinah ke Jawa.
“Karena disebut dalam naskah-naskah Banten riwayat Maulana Hasanuddin al-Banteni (asli!, 3 naskah di PNRI; 4 naskah di Leiden), beliau seperguruan (rencang hamba sapaguron) dengan Syekh Zakariya al-Anshari, guru Imam Ibnu Hajar al-Haytami. Karya-karya Ibnu Hajar banyak ditulis ulang di Nusantara, dan kitab beliau, Tuhfatul Muhtaj, diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa. lahul Fatihah, barakah,” tutup Ahmad Baso.
Sayangnya postingan ini sudah tidak bisa dilihat lagi dalam akun Ahmad Baso. Manuskrip yang di upload juga tidak dapat di unduh kembali. Postingan tersebut saat ini sudah di take down, disembunyikan, atau di mode pribadi. (ASR)