Bogor | LIPUTAN9NEWS
Perdebatan tentang isu nasab di WAG, FB dan media sosial mulai terasa jenuh, baik yang pro maupun yang kontra Ba’Alwi. Seiring akan melunaknya perdebatan nasab yang selalu diwarnai caci maki, tudingan, sumpah serapah dari netizen diakar rumput sejurus kemudian muncul tokoh seakan-akan tidak ingin menjadikan polemik nasab ini terhenti.
Menurut Katib JATMAN Kabupaten Bogor Ahmad Suhadi ada sebagian orang menuduh bahkan tuduhan malah berasal dari kelompok yang nasabnya dinafikan yaitu pro Ba’alwi dengan menuduh bahwa dibelakang kiai Imaduddin cs ada kekuatan besar yang sengaja ingin merusak citra habaib yang selama ini telah berusaha berdakwah amar Maruf Nahi Munkar karena kekuatan besar tersebut tidak suka dengan keturunan Rosulullah SAW.
“Aneh memang, tuduhan semacam itu bukan perkara baru terhadap orang yang ingin meluruskan setiap kesalahan yang dilakukan para habaib. Seakan-akan mereka adalah kelompok orang yang menjadi panitia sorga bahkan bisa seenaknya menentukan si pulan bin si pulan walaupun bersalah jika cinta habib akan masuk sorga dan mendapatkan syafaat Rosul, bahkan jika habib maksiat tidak usah ditegur,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima media, Selasa (01/01/24)
Ahmad Suhadi juga mengatakan, polemik Nasab yang sudah dua tahun ini ketika dituduh ada aktor dibelakang kiai Imaduddin cs, justru anehnya terlontar dari petinggi PBNU.
“Bahkan ada Muhibbin habib yang jadi petinggi PBNU setiap hari tidak henti-hentinya menyerang Kiai Imaduddin cs dengan tuduhan yang tidak masuk akal. Mungkin dia dalam menyerang Kiai Imaduddin cs tidak menggunakan akal, kami tidak tahu?,” ucap Ketua Ikatan Mubaligh-mubalighoh Nusantara (IMMAN) DPD Kabupaten Bogor itu.
Kata dia, dengan makin masifnya oknum pengurus PBNU memutar balikan fakta para habib-habib yang seyogyanya harus diberikan teguran, malah mendapatkan dukungan penuh dari oknum elit PBNU.
“Seakan-akan para habib tidak ada yang bersalah. Hal ini adalah indikasi polemik nasab tidak ingin dihentikan. Kalau perlu harus ada yang korban, waliyadzubillah,” pungkasnya. (Ai)