Jakarta | LIPUTAN9NEWS
Aktivis Nahdlatul Ulama (NU), Muzakki Kholis, menyuarakan pentingnya pemanfaatan budaya lokal, khususnya budaya Betawi, sebagai media pemberdayaan masyarakat di tengah persoalan kemiskinan di Jakarta.
Dalam pernyataannya, Muzakki menyoroti Langkah pelarangan pemerintah Provinsi DKI Jakarta terhadap penggunaan ondel-ondel oleh masyarakat Betawi, termasuk dalam aktivitas mengamen. Ia menilai, selama tidak ada penyalahgunaan, kegiatan semacam itu tidak seharusnya mendapat intervensi berlebihan dari pihak pemerintah.
“Ondel-ondel adalah produk budaya masyarakat Betawi asli. Semua masyarakat Betawi berhak menggunakan media budaya dan seni ini untuk berbagai kepentingan yang baik, termasuk untuk mencari nafkah,” ujar Muzakki.
Menurutnya, mengamen dengan ondel-ondel adalah dampak dari masalah sosial yang lebih besar, yaitu kemiskinan dan pengangguran. Ia pun mempertanyakan sejauh mana pemerintah telah berhasil mengatasi persoalan tersebut.
Muzakki juga mengingatkan Al-Qur’an surat Asy-Syu’ara, yang berarti “para penyair”, sebagai bentuk legitimasi peran budayawan dalam kehidupan umat. Ia menambahkan bahwa Nabi Muhammad SAW kerap memanggil para penyair untuk membangkitkan semangat pasukannya sebelum berperang.
“Media budaya boleh digunakan untuk apapun, termasuk untuk kepentingan dakwah dan infrastruktur agama. Bahkan dalam sejarah, Khalifah Harun Ar-Rasyid yang termasyhur pun menggunakan Abu Nawas seorang penyair, budayawan dan Komedian sebagai medium komunikasi dengan rakyat,” lanjutnya.
Sebagai penutup, Muzakki memberikan saran kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar lebih memberdayakan potensi budaya Betawi. Ia menekankan pentingnya menjadikan budaya sebagai media untuk mencapai kemakmuran rakyat dan menciptakan harmoni di tengah keberagaman Jakarta sebagai kota metropolitan.
“Kearifan pemimpin akan lebih baik ketimbang sekedar menegakkan keadilan,” pungkasnya.