• Latest
  • Trending
  • All
  • Politik
Kang Dedi Mulyadi (KDM) Gubernur Jawa Barat

Algoritma KDM Berani Melawan Oligarki Perspektif Islam

September 27, 2025
Penyarahan Beasiswa kerjasama YBM PLN dgn IA JATMAN utk Mahasiswa S2 dan S3 UNUSIA di PP Pasulukan Al-Masykuriyyah, Kamis (13/11/2025).

Gandeng YBM PLN, JATMAN Berikan Beasiswa Mahasiswa S2 dan S3 UNUSIA

November 13, 2025
Masjid

Khutbah Jumat: Fiqih Dakwah Era Digital di Masjid Jamik Al-Amin Bondowoso

November 13, 2025
Ahmadi Kadong

Ahmadi Madong Tegaskan Komitmen Kawal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Sosial

November 13, 2025
Imam Jazuli

Nasaruddin, Nusron, dan Zulfa, Masuk Radar Calon Kuat Muktamar NU Ke-35 Tahun 2026

November 12, 2025
Sulaiman-Djaya

Gerindra, Golkar dan Pengkhianatan Kebangsaan

November 12, 2025
Di-NU-NU-kan

PCNU Kabupaten Bekasi Siap Gelar Konfercab 2025 di Ponpes Siraajul Ummah

November 12, 2025
Pangdam V/Brawijaya Buka Seminar KEK Tembakau Dorong Ekonomi Madura Bangkit (Foto: Dok. KAMURA)

Pangdam V/Brawijaya Buka Seminar KEK Tembakau Dorong Ekonomi Madura Bangkit

November 12, 2025
JATMAN Serahkan Laporan Kagiatan Pelantikan dan Rakernas I kepada Kementerian Agama

JATMAN Serahkan Laporan Kagiatan Pelantikan dan Rakernas I kepada Kementerian Agama

November 12, 2025
Dua Perda Baru Jadi Langkah Nyata DPRD Bekasi Perkuat Pemerintahan dan Kepedulian Sosial

Dua Perda Baru Jadi Langkah Nyata DPRD Bekasi Perkuat Pemerintahan dan Kepedulian Sosial

November 12, 2025
KH. MH. Bahaudin atau Gus Baha

PWNU DKI: Penamaan Gedung Gus Dur itu Bukan Sekedar Plakat, Tapi Pengingat Nurani

November 12, 2025
  • Iklan
  • Kontak
  • Legalitas
  • Media Sembilan Nusantara
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Tentang
Friday, November 14, 2025
  • Login
Liputan9 Sembilan
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
Liputan9 Sembilan
No Result
View All Result
Home Artikel Opini

Algoritma KDM Berani Melawan Oligarki Perspektif Islam

Oleh: Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA

liputan9news by liputan9news
September 27, 2025
in Opini
A A
0
Kang Dedi Mulyadi (KDM) Gubernur Jawa Barat

Foto: Kang Dedi Mulyadi (KDM) Gubernur Jawa Barat (Foto: Ist. MSN)

503
SHARES
1.4k
VIEWS

BONDOWOSO | LIPUTAN9NEWS
Terus terang, saya termasuk salah satu orang yang terpukau dan kagum terhadap keberanian KDM dalam memberantas para mafia dan cukong yang berkeliaran di kota Bandung. Tidak hanya itu, beliau juga, berani melakukan perbaikan internal dalam pemerintahannya sendiri, yang tidak becus mengurus pemerintahan di Bandung Jabar

Yang teranyar, saat terjadi demonstrasi besar besaran diseluruh negeri, KDM dengan gagah berani menerobos ditengah tengah puluhan ribu para demonstran yang hendak membakar gedung pemerintahannya sendirian tanpa pengawalan sama sekali kendati sempat mendapat lemparan dari demonstran yang melukai pelipis mukanya.

Well, itu tidak membuatnya menjadi gentar bahkan dengan penuh keyakinan dan keberanian beliau mengajak diskusi bersama ditengah kerumunan, terakhir beliau mentraktir mereka semua makan nasi goreng yang jualan disekitar gedung sate kota Bandung.

Mengutip tulisan Herimirhan dalam tulisannya yang mengatakan bahwa Jawa Barat adalah provinsi dengan populasi terbesar di Indonesia, kaya akan budaya, dan diberkahi bentang alam yang memukau. Namun, semua potensi itu tidak akan bermakna tanpa sentuhan kepemimpinan yang berpihak pada rakyat.

BeritaTerkait:

Melawan Privatisasi

KDM dan Ekologi Global Perspektif Islam

KDM dan Nilai Kebangsaan untuk Negeri

KDM Guru Bangsa Perspektif Ibnu Athaillah

Di tengah pusaran birokrasi yang kerap lamban dan elitis, sosok Kang Dedi Mulyadi (KDM) hadir sebagai anomali yang membangkitkan harapan. Ia tidak hanya memimpin dengan tangan, tetapi juga dengan hati. Ia tidak sekadar membangun jalan, tetapi juga membangun rasa.

Apa yang dilakukan KDM dalam membenahi persoalan sosial, budaya, dan lingkungan di Jawa Barat tidak lepas dari algoritma Kang Dedi Mulyadi (KDM) yakni pola kerja sistematis yang didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan, keberanian moral, dan pendekatan kultural.

Dalam dunia digital, algoritma dipahami sebagai sistem yang menuntun hasil. Maka dalam konteks KDM, algoritma ini adalah cara kerja khas yang menghasilkan perubahan sosial yang terasa nyata dan membumi. Hal ini didasarkan Pertama. Politik Berpihak, Bukan Berjarak.

KDM memilih jalur politik yang tidak elitis. Ia menjemput suara rakyat dari akar rumput, bukan dari balik meja. Saat banyak pemimpin memagari diri dengan protokoler ketat, ia justru memilih menyatu dengan masyarakat. Ia datang ke desa-desa, menyapa petani, menengok orang tua jompo, hingga menolong anak-anak yang kesulitan sekolah.

Di balik semua itu, KDM sedang menanam benih kepercayaan: bahwa negara tidak boleh hadir hanya saat kampanye, tapi harus senantiasa ada bersama rakyat. Kehadiran fisik KDM dalam menyelesaikan persoalan menjadi terapi sosial bagi warga yang selama ini merasa jauh dari penguasa. Ia tidak segan duduk bersila di lantai, mendengarkan curhat warga hingga larut malam, atau menyaksikan sendiri bagaimana rumah warga ambruk karena tidak mampu memperbaikinya. Inilah bentuk kepemimpinan partisipatif yang jarang dimiliki pemimpin modern.

Kedua. Narasi sebagai Infrastruktur Kesadaran. Berbeda dengan gaya populis yang sekadar memburu simpati sesaat, KDM membangun narasi yang otentik. Video-videonya di media sosial bukan hasil skenario, tapi dokumentasi langsung dari realitas. Ia menghadirkan kisah-kisah haru tentang kemiskinan, ketimpangan, sekaligus potret ketangguhan masyarakat kecil. Ini menjadi algoritma naratif yang membentuk kesadaran kolektif: bahwa pembangunan bukan hanya soal beton dan aspal, tapi juga tentang martabat manusia.

Dengan cara ini, masyarakat tidak hanya menjadi penonton, tapi ikut terlibat dalam proses transformasi. Media sosial menjadi jembatan antara ruang kekuasaan dan suara hati rakyat. Lewat narasi yang dibungkus nilai-nilai empati, KDM menciptakan resonansi moral yang menggema jauh melampaui batas wilayah administratif.

Ketiga. Kebudayaan Sebagai Sumbu Pembangunan. Jawa Barat adalah bumi Sunda yang sarat nilai-nilai budaya. KDM memahami bahwa pembangunan tanpa roh budaya akan melahirkan masyarakat yang tercerabut dari akarnya. Karena itu, ia selalu membawa simbol-simbol kebudayaan dalam setiap aktivitasnya. Dari busana adat, bahasa Sunda, hingga dukungan terhadap seni tradisional, semua menjadi bagian dari algoritma yang menghidupkan kembali identitas kolektif masyarakat.

Dalam pandangan KDM, budaya bukan sekadar peninggalan masa lalu, melainkan bahan bakar moral untuk melangkah ke masa depan. Ia menjadikan budaya sebagai modal sosial yang mampu memperkuat kohesi masyarakat, menumbuhkan rasa bangga, serta membangun generasi yang tidak kehilangan arah di tengah gempuran modernitas.

Keempat. Melawan Birokrasi yang Kaku. Salah satu ciri khas algoritma KDM adalah keberanian. Ia tak ragu mengkritik struktur birokrasi yang kerap abai pada penderitaan rakyat. Ia pernah secara terbuka menegur aparat yang lamban merespons keluhan warga. Ia juga membongkar bangunan ilegal yang merampas ruang publik. Keberanian ini bukan semata demi pencitraan, tapi sebagai bentuk konsistensi dalam membela kepentingan masyarakat kecil.

KDM menempatkan integritas dan akuntabilitas sebagai standar utama dalam kepemimpinan. Bagi KDM, pejabat publik bukanlah “tuan”, melainkan pelayan. Inilah pembalikan paradigma yang menjadikan masyarakat sebagai subjek pembangunan, bukan sekadar objek kebijakan.

Kelima. Lingkungan Hidup Bukan Komoditas. Di saat banyak pejabat sibuk mengurus proyek mercusuar, KDM konsisten menjadikan lingkungan sebagai prioritas. Ia menanam pohon di lahan-lahan kritis, membersihkan sungai, serta menolak pembangunan yang merusak alam. Ia tahu, masa depan Jawa Barat tidak akan lestari tanpa ekosistem yang sehat. Bagi KDM, pembangunan sejati adalah yang selaras dengan alam, bukan yang merusak demi statistik pertumbuhan.

Program-program lingkungan yang dijalankannya tidak hanya bersifat karitatif, tetapi juga edukatif. Ia mengajak masyarakat untuk ikut serta menjaga alam dengan pendekatan budaya—seperti menanam pohon dalam upacara adat atau membersihkan sungai dalam festival lokal. Inilah bentuk sinergi antara lingkungan, budaya, dan partisipasi publik.

Keenam. Keteladanan yang Menular. Di era di mana banyak pemimpin tampil gemerlap namun jauh dari rakyat, KDM justru memancarkan keteladanan yang menular. Kesederhanaannya, sikap egaliter, dan konsistensi antara ucapan dan tindakan menjadi inspirasi banyak pihak. Keteladanan ini adalah “algoritma moral” yang menjadikan kepercayaan publik terus tumbuh.

Ia tidak membangun jarak dengan rakyat, melainkan ruang untuk menyapa. Ia tidak membangun menara gading, melainkan jembatan empati. Di tengah krisis kepercayaan terhadap politik, KDM menunjukkan bahwa integritas bukanlah utopia.

Ketujuh. Jabar Istimewa Bukan Retorika. Dengan algoritma semacam ini, pantas jika banyak warga menyebut Jawa Barat di tangan KDM sebagai “istimewa.” Istimewa bukan karena glamor, tapi karena penuh kehangatan. Bukan karena fasilitas mewah, tapi karena manusia dihargai. Jawa Barat tidak lagi dilihat sebagai sekadar provinsi besar, tapi rumah yang nyaman untuk semua kalangan.

KDM telah membuktikan bahwa kepemimpinan bisa mengubah wajah daerah. Bahwa keberpihakan bukan ilusi. Bahwa budaya, lingkungan, dan kemanusiaan bisa menjadi tulang punggung pembangunan. Dan bahwa algoritma yang bekerja bukanlah algoritma manipulasi, tapi algoritma kasih sayang dan keberanian.

Pada akhirnya. Jika banyak pemimpin sibuk menciptakan citra, KDM justru sibuk menciptakan makna. Jika yang lain membangun kekuasaan, ia membangun kedekatan. Dan jika yang lain terjebak dalam algoritma digital tanpa nurani, KDM menghadirkan algoritma yang berpihak, bernilai, dan membumi. Maka wajar jika masyarakat menyebutnya sebagai pemimpin istimewa—karena dalam algoritmanya, Jawa Barat benar-benar terasa sebagai rumah yang ramah, bukan sekadar wilayah administratif. Sebuah rumah yang memanusiakan, menumbuhkan, dan memuliakan.

Mengutip tulisan Aa Gym dalam tulisannya yang mengatakan bahwa salah satu ciri orang beriman adalah memiliki keberanian lillaahi ta’ala. Orang yang yakin Allah adalah Rabb-nya, hanya Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, seluruh makhluk adalah lemah tidak punya daya dan upaya kecuali dengan setitik kekuatan pemberian Allah SWT. Maka, tiada yang takuti di dalam hatinya kecuali kemurkaan Allah. Tidak akan ia gentar di hadapan apa pun dan siapa pun. Tidak ada rasa takut pada ancaman apa pun, kecuali ancaman dari keburukan dirinya sendiri yang mengundang kemurkaan Allah.

Allah SWT berfirman, “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran [3]: 139).

Keberanian adalah sifat terpuji, jika lahir dari tauhid yang lurus nan bersih. Keberanian seperti ini adalah sifat yang didambakan setiap orang, karena hanya orang-orang yang memiliki keberanianlah yang mampu melakukan perubahan dan menghadirkan perbaikan-perbaikan.

Rasulullah saw merupakan contoh terbaik dari karakter pemberani. Bagaimana tidak, Rasulullah sejak kanak-kanak sudah dikenal baik oleh masyarakat kafir Quraisy, dikenal dengan baik sebagai pemuda yang jujur dan dikagumi karena kebaikan budinya, memilih untuk menyampaikan tauhid kepada mereka yang jelas-jelas menyembah banyak berhala. Rasulullah mengambil resiko untuk dibenci, dikucilkan, disakiti demi menyampaikan risalah Allah, mengajak mereka menyembah Allah semata.

Akibatnya tentu saja orang-orang yang dulunya mengagumi beliau, berbalik menjadi benci. Orang yang dulunya memuji beliau, berbalik menjadi mencaci. Orang yang dulunya mendekati, berbalik menjauhi. Orang yang dulunya mencintai, berbalik jadi menyakiti. Rasulullah mengambil resiko dibenci, bahkan oleh keluarga atau kerabatnya sendiri. Namun, inilah keberanian sejati. Keberanian yang datang karena menaati Allah dan mengharapkan rida-Nya.

Keberanian jugalah yang tampak dari sosok Siti Khadijah manakala bersyahadat mengikrarkan keislamannya dan menikah dengan Rasulullah. Khadijah sebagai wanita yang terpandang dan terhormat di antara kaumnya, tentu sangatlah mengetahui resiko yang dihadapi ketika memilih Islam dan menikah dengan Rasulullah. Namun, segala resiko itu diambilnya dengan penuh ketangguhan, mendampingi Rasulullah pada masa-masa yang teramat sulit saat itu. Betapa pengorbanan yang sangat besar telah dilakukan oleh Khadijah.

Tentang keberanian Rasulullah, tecermin pada sebuah riwayat berikut ini manakala Rasulullah saw berhadapan dengan para pembesar kaum kafir Quraisy. Abdullah bin Amr mengutarakan, “Aku pernah melihat dalam sebuah majelis mereka (kaum kafir Quraisy), pada suatu hari pembesar-pembesar itu berkumpul di Hijir Ismail. Mereka membicarakan Rasulullah saw.

Mereka berkata, “Kita tidak pernah melihat kesabaran kita dalam menghadapi sesuatu, lebih besar kecuali terhadap orang ini (Muhammad saw). Ia menganggap bodoh orang-orang pintar di antara kita, menghina bapak-bapak kita, mencela agama kita, memecah belah persatuan kita, dan mencela Tuhan-tuhan kita. Sungguh kita telah sabar kepadanya atas suatu urusan yang besar.”

Ketika mereka sedang berbincang-bincang seperti itu, datanglah Rasulullah saw. Beliau mengusap rukun Yamani, mengelilingi Baitullah, dan melintasi mereka. Ketika mereka melihat beliau lewat, mereka pun menghinanya.

Abdullah bin Amr melanjutkan, “Aku mengetahui hal itu dari ekspresi wajah beliau. Kemudian beliau berlalu. Ketika beliau melewati mereka untuk kedua kalinya, mereka pun kembali mencelanya. Dan aku bisa mengetahui hal itu dari wajahnya. Namun beliau tetap tidak mempedulikannya. Lalu beliau melewati mereka lagi, dan mereka kembali mencelanya. Maka, Rasulullah saw bersabda, “Dengarlah wahai orang-orang Quraisy, demi Dzat yang jiwa Muhammad ada dalam genggamannya, sungguh aku datang untuk menyembelih kalian!!”

Maka kata-kata itu menjadikan mereka gentar. Sehingga, tidak ada seorang pun dari mereka kecuali seolah di atas kepala mereka ada burung yang hinggap.” (HR. Ahmad).

Disebutkan bahwa para pembesar Quraisy bersikap seolah ada burung hinggap di atas kepala mereka, ini menggambarkan mereka terkejut dan ciutnya nyali mereka.

Sifat berani itu tentu bukan berarti tidak memiliki rasa takut. Karena sebagaimana wajarnya seorang manusia, rasa takut merupakan tabiat dari manusia. Namun, seorang pemberani adalah orang yang bisa mengendalikan rasa takutnya. Ia bisa mengendalikan diri untuk takut hanya pada hal yang memang sepantasnya ditakuti, dan tidak takut kepada hal-hal yang memang sudah sepatutnya tidak perlu ditakuti.

Oleh karena itulah, tidak jarang kita menemukan orang yang celaka hanya disebabkan oleh rasa takut dirinya sendiri. Rasa takut yang tidak pada tempatnya membuat dia tidak bisa mengendalikan diri, akalnya menjadi sempit, hatinya menjadi ciut, hingga lisan dan perbuatannya tidak terkendali. Contoh kecilnya misalnya ada orang yang karena sedang sendirian ia merasa takut pada hantu, kemudian ia terbawa oleh perasaannya itu lalu berlari padahal keadaan sedang gelap, kemudian dia tersandung sesuatu dan terjatuh. Orang yang berani pasti bisa mengendalikan rasa takutnya, mengedepankan akalnya dan mengendalikan dirinya.

Berani itu bukanlah nekat. Keberanian juga tidaklah identik dengan sikap yang kasar, ucapan yang lantang atau hal-hal lain yang mengekspresikan kekuatan. Karena bukankah Utsman bin’Affan merupakan sahabat Rasulullah yang paling pemalu. Namun, justru Utsmanlah yang mampu membangun armada angkatan laut pasukan kaum muslimin, hal yang tidak ditempuh oleh Umar bin Khaththab karena dianggap sangat beresiko.

Keberanian yang sejati lahir dari ketataan kepada Allah SWT. Dakwah tidak bisa dilakukan kecuali oleh mereka yang berani menyampaikan kebenaran, mengajak kepada kebaikan dan menyeru untuk menjauhi kemaksiatan. Tobat tidak bisa dilakukan kecuali oleh mereka yang berani melawan hawa nafsunya sendiri. Tiada perbaikan kecuali dengan keberanian, tiada kemajuan kecuali dengan keberanian. Milikilah keberanian karena Allah Taala.

Salam akal sehat, Bondowoso, 23 September 2025
Dr. Muhammad Saeful Kurniawan, MA, Penulis

Tags: AlgoritmaGubernur Jawa BaratKang Dedi Mulyadi (KDM)KDMMelawanOligarkiPerspektif IslamYoutuber
Share201Tweet126SendShare
liputan9news

liputan9news

Media Sembilan Nusantara Portal berita online yang religius, aktual, akurat, jujur, seimbang dan terpercaya

BeritaTerkait

Melawan Privatisasi
Opini

Melawan Privatisasi

by liputan9news
November 5, 2025
0

BANTEN | LIPUTAN9NEWS Aqua, merk air (yang konon mineral) kemasan yang sangat terkenal dan laris itu, ternyata bukan berasal dari...

Read more
Kang Dedi Mulyadi (KDM) Gubernur Jawa Barat

KDM dan Ekologi Global Perspektif Islam

September 27, 2025
Kang Dedi Mulyadi (KDM) Gubernur Jawa Barat

KDM dan Nilai Kebangsaan untuk Negeri

September 27, 2025
Kang Dedi Mulyadi (KDM) Gubernur Jawa Barat

KDM Guru Bangsa Perspektif Ibnu Athaillah

September 27, 2025
Load More

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Gus Yahya

PBNU Respon Rais Am JATMAN yang telah Demisioner dan Teken Sendirian Surat Perpanjangan Kepengurusan

November 26, 2024
Akhmad Said Asrori

Bentuk Badan Hukum Sendiri, PBNU: JATMAN Ingin Keluar Sebagai Banom NU

December 26, 2024
Jatman

Jatman Dibekukan Forum Mursyidin Indonesia (FMI) Dorong PBNU Segera Gelar Muktamar

November 22, 2024
Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

2468
KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

757
KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

141
Penyarahan Beasiswa kerjasama YBM PLN dgn IA JATMAN utk Mahasiswa S2 dan S3 UNUSIA di PP Pasulukan Al-Masykuriyyah, Kamis (13/11/2025).

Gandeng YBM PLN, JATMAN Berikan Beasiswa Mahasiswa S2 dan S3 UNUSIA

November 13, 2025
Masjid

Khutbah Jumat: Fiqih Dakwah Era Digital di Masjid Jamik Al-Amin Bondowoso

November 13, 2025
Ahmadi Kadong

Ahmadi Madong Tegaskan Komitmen Kawal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Sosial

November 13, 2025
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
  • Media Sembilan Nusantara

Copyright © 2024 Liputan9news.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Wisata-Travel
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Dunia Islam
    • Filantropi
    • Amaliah NU
    • Al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Muallaf
    • Sejarah
    • Ngaji Kitab
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Seputar Haji
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Pendidikan
    • Sejarah
    • Buku
    • Tokoh
    • Seni Budaya

Copyright © 2024 Liputan9news.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In