LIPUTAN9.ID – Dalam kehidupan yang kita jalani setiap saat, pasti akan menjumpai dua hal yang berlawanan, yaitu bahagia dan susah, kemudahan dan kesulitan. Kenyataan itu akan mempengaruhi perilaku manusia, ada sebagian dari mereka yang hanya menghendaki kebahagiaan saja dan tidak mau menerima kesusahan. Padahal, dua hal yang berlawanan itu merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dicerai-pisahkan dari kehidupan manusia. Karena itu, orang yang bijak akan menghadapi kenyataan tersebut dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah s.w.t..
Pada saat ia memperoleh kebahagiaan, secara otomatis perasaan syukurnya kepada Allah akan semakin menguat. Apabila ia menjumpai kehidupan yang susah dan sulit, ia juga mengembalikan hal tersebut kepada takdir Allah s.w.t.. Secara refleks orang tersebut akan membekali dirinya dengan ketabahan dan kesabaran yang maksimal. Dengan cara seperti ini, maka setiap diri manusia akan dapat menyelesaikan berbagai macam persoalannya dengan aman dan sukses.
Pada kalangan orang-orang yang telah mencapai hakikat dari kehidupannya, malah selalu bersikap hati-hati dan prihatin terhadap segala kebahagiaan dan rizki berlimpah yang mereka dapati. Karena kebahagiaan dan rizki itu sering menjerumuskan umat manusia dalam kubangan kehinaan yang awalnya tidak disadari. Tiba-tiba ia telah tercampakkan dalam penyesalan yang tiada tara. Sebaliknya, kehidupan yang sulit dengan rizki yang terbatas dan keprihatinan akan mengantarkan seseorang lebih bersikap awas dan waspada sehingga ia selalu membekali dirinya dengan sikap hati-hati dan selalu berusaha agar tidak terjerumus dalam kehinaan dan kehancuran.
Mengenai kemewahan dan kesempatan yang menyenangkan sering menjerumuskan manusia, disebutkan dalam sabda Nabi s.a.w.:
نِعْمَتانِ مَغْبُونٌ فِيهِما كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ والفَراغُ
Ada dua nikmat yang sering menipu sebagian besar manusia dan menjerumuskannya ke dalam kehinaan, yaitu kesehatan dan waktu luang (kesempatan). (HR. Bukhari, 6412).
Kesehatan sebagai karunia yang paling luhur setelah iman dan Islam seharusnya disyukuri dengan baik, dengan banyak melakukan ibadah dan amal shaleh. Demikian juga kenikmatan-kenikmatan lain berupa rizki, kedudukan, dan kenikmatan hendaknya diarahkan agar bisa membimbing kita menuju kebaikan yang terpuji. Waktu luang atau kesempatan sering disia-siakan oleh umat manusia yang mengakibatkan mereka terjerumus dalam penyesalan yang berkepanjangan.
Agar kita semua tidak terjerumus oleh dua kenikmatan tadi, Rasulullah s.a.w. membimbing kita untuk melaksanakan lima hal sebelum datangnya yang lima.
اغْتَنِمْ خَمْسًا قبلَ خَمْسٍ: شبابَكَ قبلَ هَرَمِكَ، وصِحَّتَكَ قبلَ سَقَمِكَ، وغِناَكَ قبلَ فَقْرِكَ، وفَراغَكَ قبلَ شُغلِكَ، وحياتَكَ قبلَ موتِكَ
Pergunakan lima kesempatan sebelum datangnya lima hal, yaitu: (1) mas mudamu sebelum kamu tua, (2) masa sehatmu sebelum kamu menderita sakit, (3) masa kayamu sebelum kamu menjadi fakir, (4) masa luangmu sebelum datang kesibukanmu, dan (5) masa hidupmu sebelum kamu meninggal. (HR. Hakim, 7846).
Dr. KH. Zakky Mubarok Syakrakh, MA., Dewan Pakar Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)