Jakarta | LIPUTAN9NEWS
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar hadir sekaligus membuka acara Kick Off Hari Lahir (Harlah) NU ke-102.
Kick Off Hari Lahir (Harlah) NU ke-102, diselenggarakan di Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Surabaya pada Kamis (16/01/2025).
Dalam sambutannya, Kiai Miftachul Achyar menyinggung soal Muktamar Luar Biasa (MLB) yang sempat ramai diperbincangkan beberapa waktu lalu. Mulanya, ia mengatakan bahwa perjuangan Nahdlatul Ulama (NU) tidak mudah karena banyak masalah yang dilalui.
“Sekarang perjuangan Nahdlatul Ulama tidak mudah, tidak enteng. Apalagi di tahun-tahun ini (2024) kita banyak bermunculan masalah-masalah besar dan itu membutuhkan kesungguhan oleh PBNU. Tapi Alhamdulillah satu persatu bisa kita lewati,” kata Rais Aam dalam sambutannya pada acara Kick Off Harlah NU ke-102 yang disiarkan melalui YouTube resmi TV9 Nusantara.
“Jadi kalau muncul ada isu-isu apa MLB atau apa dan sebagainya itu justru masalah yang menurut PBNU hal yang wajar sebetulnya. Tapi kalau mengikuti aturan-aturan yang telah berlaku,” sambungnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa MLB bertujuan untuk memperbaiki. Tetapi pada saat ini, menurutnya tidak ada yang perlu diperbaiki sehingga kepentingan MLB dipertanyakan.
“Karena MLB itu kan tujuannya memperbaiki dan sekarang sepertinya tidak ada yang mau diperbaiki, apa yang perlu diperbaiki? Lalu ada apa dengan kepentingan MLB itu misalnya,” terang Kiai Miftachul Akhyar.
Rais Aam PBNU itu juga menukil hadits Rasulullah SAW yang menggambarkan tentang sebuah organisasi. Hadits ini berasal dari sahabat An Nu’man bin Bashir.
“Nabi SAW menggambarkan sebuah organisasi (itu) bagaikan bahtera, penumpangnya macam-macam. Masing-masing mendapat tiket menurut ukuran kelas yang mereka dapatkan lalu ada salah satu daripada penumpang karena mungkin kelasnya di bawah ingin mengambil air, (lalu) mengambil kapaknya, mengambil jalan pintas ingin melubangi perahu ini agar ia mudah mengambil air,” katanya menguraikan.
“Yang lain tahu ini sebuah pelanggaran ini perbuatan yang membahayakan, tapi kalau penumpang yang lain ini bersikap tegas, dipegang kalau sudah diberi peringatan tidak bisa, maka perahu ini dan seluruh penumpangnya akan selamat,” lanjutnya.
Sebaliknya, apabila dibiarkan begitu saja dengan alasan bahwa kapal tersebut merupakan tempatnya maka tentu akan mengganggu hak yang lain.
“Tapi kalau dibiarkan dengan alasan ini tempatku, ini hak ku saya punya hak bicara apapun karena ini hak saya. Padahal hak ini akan mengganggu yang lain, mengganggu ketertiban sebuah organisasi. Kalau dibiarkan bukan hanya dia yang tenggelam tapi semua penumpang yang ada di bahtera kapal ini akan tenggelam,” tuturnya.
Lalu Kiai Miftachul Achyar juga menegaskan bahwa ciri khas dakwah NU harus tetap ditegakkan. Rais Aam PBNU itu berharap Harlah NU ke-102 digunakan sebagai momentum menghidupkan ruhul jihad atau panggilan jiwa.
“Intinya organisasi sekarang ini tidak akan mencapai kebaikan menjadi tertib kalau kita tidak meniru apa yang telah ditentukan oleh para muassis awal didirikan Nadhlatul Ulama ini,” pungkasnya. (HAZAT)