SIGI | LIPUTAN9NEWS
Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu menyelenggarakan Seminar Kebangsaan dan Bedah Buku pada Kamis (06/11/2025)
Kegiatan ini mengusung tema “Mengenang Romantisme Orde Baru, Para Pemimpin Bangsa Dan Bedah Buku: Soeharto Memang ‘Hebat'”. Seminar ini bertujuan untuk menjadi ruang refleksi dan diskusi bagi mahasiswa dalam memahami dinamika sejarah Orde Baru dan kontroversi seputar pengangkatan Soeharto sebagai pahlawan nasional.
Bung Rey Rangkuti, seorang aktivis 98 yang juga merupakan mantan korlap yang membawa massa IAIN Ciputat (sekarang UIN Jakarta) menduduki gedung DPR, di seminar ini ia dengan tegas menolak keras Soeharto dijadikan pahlawan nasional. Menurutnya, Soeharto tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan tidak membawa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bung Rey Rangkuti juga menyoroti bahwa kekuasaan Soeharto ditandai dengan pelanggaran HAM, penindasan, korupsi, kolusi, dan nepotisme.
“Pelanggaran HAM berat orde baru antara lain Penembakan misterius/petrus, Tragedy Tanjung Priok, Peristiwan Talangsari, Lampung, Kasus Marsinah, Kasus pembunuhan wartawan Udin, Penculikan aktivis, Tragedi Tri Sakti, Kerusuhan Mei ’98, dan Peristiwa Rumoh Geudong dan Pos Sattis Aceh, Intimidasi Losarang jelang pemilu 1971, Pembunuhan Kiai di banyak kota menjelang pemilu 1971, Pembakaran 140 rumah di Situbondo jelang pemilu 1977,” ujar Ray Rangkuti tokoh gerakan ’98 dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Dengan penolakan yang sangat keras, Bung Rey Rangkuti menyatakan bahwa Soeharto tidak memenuhi kriteria sebagai pahlawan, seperti membebaskan manusia dari perbudakan, menjadi teladan kehidupan, menghormati HAM, dan tidak melakukan KKN. Itu sebabnya, ia menolak keras Soeharto dijadikan pahlawan nasional.
Seminar tersebut juga turut mengundang Dekan FTIK, penulis buku Wawan H. Purwanto, pemerhati gerakan mahasiswa Muhammad Sadig
Seminar ini yang diwadahi oleh Dema FTIK ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi mahasiswa tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila, keadilan sosial, dan hak asasi manusia, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya demokrasi dan pemerintahan yang bersih.
























