Sidoarjo – LIPUTAN9NEWS
Dampak dari korupsi tidak hanya terlihat pada aspek ekonomi dan politik saja sebetulnya. Namun, juga berdampak pada tatanan moralitas suatu bangsa. Terkait dalam hal ini, jauh sebelum zaman kita, sudah pernah disampaikan oleh Confucius secara seksama sebagai pelajaran kehidupan di masyarakatnya saat itu.
Suatu peringatan bagi kita, ketika moralitas suatu bangsa mulai tergerus oleh yang namanya korupsi. Maka kepercayaan antar masyarakat, antar individu, tegaknya suatu keadilan, bisa dengan mudahnya mengalami keterpurukan dengan sendirinya. Pertanyaannya sekarang, apakah kita sebagai warga negara benar-benar menyadari bahwa nilai-nilai moralitas yang ada dalam diri kita ini memiliki dampak langsung terhadap kondisi negara Indonesia?
Dalam peta konsepnya Confucius, jika moralitas hancur maka negara akan kehilangan fondasi yang kuat untuk tumbuh dan berkembang selayaknya. Kemudian, apakah kita juga bisa melihatnya secara seksama terkait dengan tanda-tandanya moralitas yang sudah mulai tergerus disekitar lingkungan kita?
Apakah kita juga memiliki kepedulian dengan nilai-nilai moralitas yang memengaruhi jalannya pemerintahan dan kehidupan sosial disekitar kita? Sehingga dalam konteksnya saat ini, apakah kita merasa moralitas dalam pemerintahan dan masyarakat sudah mulai terancam karena korupsi? Lalu, bagaimana hal tersebut bisa memengaruhi kehidupan sehari-hari kita ditengah masyarakat?
Ingat, Confucius pernah menyebutkan bahwa negara bisa runtuh ketika moralitas hancur. Pertanyaannya lagi, apakah ada contoh negara yang mengalami hal tersebut? Apa penyebab utamanya? Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai individu untuk mengembalikan moralitas yang kuat dalam bermasyarakat? Dan, seberapa pentingkah peran setiap diri kita dalam menjaga moralitas bangsa?
Pertanyaan terakhir, apakah kita juga sedang melihat negara kita mengarah ke keruntuhan moralitas, atau masih ada harapan untuk membangunnya kembali seperti dahulu kala, misalnya? Dan, langkah apakah yang bisa kita ambil bersama? Jawabannya cukup sederhana, mulailah dari diri kita sendiri, mulailah dari suatu hal yang kecil, mulailah sejak saat ini, untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang mumpuni, jujur, amanah, tanggungjawab dalam setiap aktifitas kehidupan kita sehari-hari. Baik dalam kehidupan atas nama individu, ditengah keluarga, bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara.
Ingat dalam rumus filosofi kehidupan, bahwa perubahan besar dalam dunia ini selalu berakar dari perubahan kecil dalam diri manusia itu sendiri. Dalam hal ini, Marie Curie pernah mengingatkan bahwa kita tidak bisa mengharapkan dunia menjadi tempat yang lebih baik jika kita sendiri tidak berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Dunia hanyalah cerminan dari kumpulan individu dan kualitas moral, intelektual, serta emosional merekalah yang membentuk arah peradaban.
Dengan meningkatkan kualitas individu berarti membangun relasi kesadaran, tanggung jawab, simpati, empati dan seterusnya. Artinya apa? ini bukan hanya soal pengetahuan semata, akan tetapi juga menyangkut soal karakter masing-masing. Isinya dunia ini tidak akan berubah hanya dengan kritik atau keluhan kita, melainkan dimulai dengan aksi nyata dari kita, termasuk orang-orang yang mau memperbaiki diri terlebih dahulu. Sehingga dari situlah akan muncul pribadi yang peduli, pemimpin yang bijak, dan masyarakat yang memiliki keadaban.
Benang merahnya, Curie selalu menekankan bahwa setiap perubahan dimulai dari dalam pribadi masing-masing. Ketika satu orang mau berpikir lebih jernih, bertindak lebih baik, dan hidup relasi kesadaran, sama artinya ia sedang menyumbang sesuatu yang tak terlihat namun sangat berharga sebagai fondasi bagi dunia yang lebih baik dan bermakna.
Dr. Heru Siswanto, M.Pd.I., Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Berbasis Studi Interdisipliner dan Dosen Pascasarjana IAI Al-Khoziny Buduran Sidoarjo; Dosen PAI Politeknik Pelayanan Surabaya; Pengasuh Balai Peduli Pendidikan Indonesia; Pengurus Lembaga Takmir Masjid PCNU Sidoarjo; Ketua Lembaga Dakwah MWCNU Krembung.