Jakarta, LIPUTAN9.ID – Pengamat keamanan mengatakan penangkapan puluhan orang yang diduga terlibat jaringan teroris baru-baru ini merupakan bukti bahwa ada rencana serangan besar-besaran untuk menggagalkan Pemilu 2024.
“Mereka sudah sangat serius sekali,” kata pengamat keamanan, Al Chaidar.
Sebelumnya, Densus 88 Antiteror Mabes Polri melaporkan telah menangkap 59 orang yang diduga teroris. Sebanyak 40 di antara mereka disebut merencanakan aksi teror untuk menggagalkan Pemilu 2024.
Al Chaidar mengatakan, penangkapan 40 orang yang diduga anggota Jemaah Ansharut Daulah (JAD) merupakan bukti rencana “serangan cukup masif dan serius” terhadap Pemilu 2024 mendatang.
“Mereka akan melakukan serangan cukup besar-besaran. Jadi tidak hanya di Jakarta, tapi beberapa kota yang lain,” kata Al Chaidar, Selasa (31/10/23).
Kota lain yang perlu diwaspadai, menurutnya, adalah Bekasi, Tangerang, Lampung, Medan, Surabaya, Makassar, dan Lombok.
Menurut catatannya kelompok ini juga pernah melakukan serangan sebanyak enam kali pada Pemilu 2019.
“[Dalam pemikiran mereka] ini [pemilu] adalah pesta pora thaghut [kaum yang memuja sesuatu selain Allah]. [Mereka berpikir] gara-gara demokrasi, hukum syariat Islam tak bisa dijalankan,” tuturnya.
Chaidar melanjutkan, target JAD yang disebut “thaghut” antara lain polisi, aparat pemerintah, kepala daerah, serta menteri.
Namun, mengingat sejumlah barang bukti yang disita polisi berupa senjata api, Al Chaidar menilai kelompok ini mungkin berupaya menyerang warga sipil yang sedang berkampanye atau menyabotase proses pemungutan suara.
“Mereka persiapkan dengan penembakan-penembakan itu. Jadi sedang ada kampanye, ramai-ramai di lapangan, mereka akan menembak secara membabi buta,” kata Al Chaidar.
Dia menilai kelompok ini terinspirasi banyak kasus penembakan massal di Amerika Serikat.
Dengan penangkapan yang dilakukan kepolisian, tambah Chaidar, kemungkinan skala serangan berkurang besar. Tapi ia tetap memperingatkan agar berbagai pihak tetap waspada terhadap potensi serangan ini.
Densus 88 Mabes Polri melaporkan penangkapan 40 orang terduga anggota JAD yang berafiliasi dengan ISIS mencakup 23 orang yang ditangkap di Jawa Barat, 11 orang di DKI Jakarta, dan enam orang di Sulawesi Tengah.
“Bagi mereka Pemilihan Umum atau Pemilu adalah rangkaian demokrasi, dan demokrasi adalah maksiat dan melanggar hukum,” kata Juru Bicara Densus 88, Kombes Aswin Siregar, kepada media, Selasa (31/10/23).
Aswin mengatakan penangkapan 40 tersangka ini merupakan pengembangan kasus sebelumnya selama bulan Oktober 2023.
Sita senjata api AK-47
Polisi menyita barang bukti berupa satu pucuk senjata api jenis AK-47, peluru tajam, hingga wadah peluru atau magazine.
“Kemudian beberapa senjata lainnya termasuk yang PCP itu yang dipakai untuk latihan ya senapan angin, kemudian senjata tajam, kemudian satu pucuk senjata revolver beserta 17 amunisi untuk revolver,” kata Aswin.
Polisi juga menyita materi yang diduga bisa digunakan sebagai bahan peledak seperti belerang.
“Densus juga menyita bahan-bahan kimia untuk pembuatan bahan peledak seperti belerang, kemudian garam himalaya yang ini biasanya dipakai untuk mengganti HCL yang untuk bahan peledak,” tambah Aswin.
Selain 40 terduga anggota JAD, polisi juga menangkap 19 tersangka lainnya dari jaringan jaringan struktural Jamaah Islamiyah (JI) yang sampai kini belum dilakukan penegakan hukum.
Rinciannya, satu orang ditangkap Sumatera Barat, satu di Jawa Barat, lima di Sumatera Selatan, empat di Lampung, lalu satu di Kalimantan Barat dan tujuh lainnya di Nusa Tenggara Barat.
“Jaringan struktural dari JI masih ada dan eksis. Bukan hanya simpatisan, mereka adalah anggota struktural dari JI. Aktivitas mereka masih aktif menyebarkan propaganda radikal baik secara medsos dan pelatihan fisik yang dilakukan oleh mereka,” kata Aswin. (YZP/SBR/BBCI)