Salah satu nikmat dan karunia yang agung dari Allah s.w.t. yang diberikan kepada manusia adalah nikmat persaudaraan dan persahabatan. Dari nikmat itu, terwujudlah hubungan yang baik serta mesra antara sesama umat manusia dengan saling mengasihi dan saling mencintai. Naluri manusia pada dasarnya cenderung pada kebaikan dan persahabatan sesama mereka. Namun demikian, karena pengaruh nafsu, kecenderungan yang luhur itu sering tergeser oleh kemauan yang buruk, sehingga menimbulkan permusuhan sesama umat manusia.
Mendamaikan orang-orang yang berselisih adalah suatu pekerjaan besar yang tidak mudah dilaksanakan karena kecenderungan hawa nafsu yang menyesatkan. Demikian sulitnya merajut kasih sayang sesama umat manusia yang saling bermusuhan, sehingga digambarkan dalam al-Qur’an, Sekiranya kita menginfakkan segala kekayaan yang ada di bumi seluruhnya, tidak akan mampu mendamaikan mereka. Allah s.w.t. yang melembutkan hati mereka, sehingga timbul di kalangan umat manusia persatuan yang dibarengi dengan kasih sayang.
Allah yang membimbing umat manusia agar saling mengasihi dan mencintai, sehingga terwujudlah kehidupan yang harmonis yang mendatangkan kebahagiaan bagi sesama.
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ وَٱذۡكُرُواْ نِعۡمَتَ ٱللَّهِ عَلَيۡكُمۡ إِذۡ كُنتُمۡ أَعۡدَآءٗ فَأَلَّفَ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ فَأَصۡبَحۡتُم بِنِعۡمَتِهِۦٓ إِخۡوَٰنٗا وَكُنتُمۡ عَلَىٰ شَفَا حُفۡرَةٖ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنۡهَاۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. (QS. Ali Imran, 03:103).
Ayat di atas menjelaskan bahwa kecenderungan manusia yang telah ternoda dari naluri aslinya, yaitu saling bercerai-berai dan saling bermusuhan. Kemudian Allah melembutkan hati mereka sehingga menimbulkan kasih sayang dan persahabatan yang suci, tidak berdasarkan pamrih duniawi. Demikian juga, sebagian manusia ada yang tersesat, sehingga berada di tepi jurang api neraka. Kemudian Allah memberikan petunjuk kepada mereka dan menyelematkannya dengan menurunkan kitab suci sebagai pedoman umat manusia. Dengan bimbingan kitab suci itu, maka umat manusia akan dapat membimbing dirinya menuju kehidupan yang terpuji dan kebahagiaan abadi, baik di dunia maupun di akhirat.
Melestarikan nikmat persahabatan dan persaudaraan ini, salah satu caranya adalah dengan memelihara dan merajut silaturrahim. Dengan silaturrahim yang terjaga dengan baik, maka umat manusia akan meraih kesuksesan yang maksimal. Sebaliknya, mereka yang memutuskan silaturrahim, akan tercampakkan dalam kehidupan yang hina dan menderita lahir dan batin.
۞أَفَمَن يَعۡلَمُ أَنَّمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ مِن رَّبِّكَ ٱلۡحَقُّ كَمَنۡ هُوَ أَعۡمَىٰٓۚ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٱلَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهۡدِ ٱللَّهِ وَلَا يَنقُضُونَ ٱلۡمِيثَٰقَ وَٱلَّذِينَ يَصِلُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيَخۡشَوۡنَ رَبَّهُمۡ وَيَخَافُونَ سُوٓءَ ٱلۡحِسَابِ
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. (QS. Al-Ra’ad, 13:19-21).
Dua sifat utama inilah yang harus dijaga kelestariannya, yaitu (1) memenuhi janji terhadap Allah dengan jalan beristiqamah dalam aqidah tauhid dan beribadah kepada Allah dengan keikhlasan yang tinggi, sesuai dengan ikrar kita dalam doa iftitah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup, dan matiku karena Allah, Tuhan seru sekalian alam.
Langkah berikutnya (2) adalah menjaga hubungan sesama umat manusia dan makhluk lain dengan persaudaraan dan silaturrahim. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, hendaknya ia merajut silaturrahim. Persahabatan dan persaudaraan ini tidak saja akan mengantarkan seseorang meraih kebahagiaan di akhirat, tetapi juga akan membimbing mereka meraih kebahagiaan di dunia baik lahir maupun batin.
Sebaliknya, orang-orang yang telah menodai naluri kemanuisannya yang suci, mereka tidak bisa menunaikan janjinya kepada Allah setelah janji itu teguh. Mereka juga memutus silaturrahim dan berbuat kerusakan di muka bumi, akan tercampakkan dalam kehidupan duniawi yang sangat hina dan di akhirat mereka memperoleh laknat Allah serta memperoleh tempat yang paling buruk.
وَٱلَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهۡدَ ٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ مِيثَٰقِهِۦ وَيَقۡطَعُونَ مَآ أَمَرَ ٱللَّهُ بِهِۦٓ أَن يُوصَلَ وَيُفۡسِدُونَ فِي ٱلۡأَرۡضِ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱللَّعۡنَةُ وَلَهُمۡ سُوٓءُ ٱلدَّارِ
Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam). (QS. Al-Ra’ad, 13:25).
Dr. KH. Zakky Mubarok Syakrakh, MA., Dewan Pakar Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)