Jakarta, Liputan9.id – Kementerian Pendidikan Tinggi Taliban pada Selasa (20/12) lalu mengumumkan keputusan larangan bagi kaum perempuan untuk kuliah di perguruan tinggi. Keputusan itu segera berlaku sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.
Banyak negara dan para tokoh menentang keputusan Taliban dan mendesak agar keputusan itu dicabut.
Imam Akbar al-Azhar, Syekh Ahmed at-Tayeb menyampaikan pesan keras kepada pemerintah Taliban. Syekh al-Azhar Ahmed at-Tayeb menyesalkan keputusan pemerintah Afghanistan dan menegaskan bahwa larangan itu bertolak belakang dengan syariat agama Islam.
“Seruan Islam inilah yang melahirkan wanita-wanita muslimah yang jenis di pelbagai bidang dalam sejarah Islam dan mereka senantiasa menjadi kebanggaan setiap muslim,” ujar Syekh Ahmed at-Tayeb dalam pernyataan beliau dikutip harian Mesir.
AS melalui Menteri Luar Negerinya mengatakan mendukung perempuan dan anak perempuan Afghanistan. Amerika Serikat mengutuk dengan keras keputusan Taliban yang melarang perempuan di universitas, sebagai hal yang tidak dapat dipertahankan.
“AS mengecam Taliban menutup sekolah menengah untuk anak perempuan, serta terus memberlakukan pembatasan lain pada kemampuan perempuan dan anak perempuan di Afghanistan dalam menjalankan hak asasi manusia dan kebebasan fundamental mereka,” kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken dalam sebuah pernyataan dikutip dari BBC.
Indonesia sendiri juga turut menyampaikan kekecewaannya atas keputusan yang menutup akses pendidikan tinggi bagi perempuan Afghanistan.
“Indonesia senantiasa mendesak Taliban untuk menyediakan akses seluas-luasnya terhadap pendidikan untuk perempuan,” bunyi pernyataan Kemlu RI dikutip dari akun twitternya. (MFA)