Bondowoso | LIPUTAN9NES
Disertasi KH. Amin Said berfokus pada bagaimana ekspresi moderasi dalam masyarakat kampung Pandalungan mempengaruhi pola pikir mereka dalam memilih politik pada Pemilu 2019. Selain itu, penelitian ini juga mengkaji bagaimana pandangan kiai kampung Pandalungan terhadap Pancasila, NKRI, dan UUD 1945.
Menurut KH. Amin Said Husni, yang pernah menjabat DPR RI, Bupati Bondowoso dua periode, dan saat ini diberi amanah Wakil Ketua Umum PBNU, Kiai kampung diartikan sebagai orang yang memberikan bimbingan agama atau mengajar ngaji di langgar-langgar kecil di daerah pelosok, seperti di desa-desa di Situbondo, Bondowoso, dan Jember.
Kiai kampung ini biasanya bukan pemimpin pesantren besar, tetapi memberikan pengajaran agama yang mendasar. Beberapa temuan menarik dari penelitian ini antara lain, pertama, bahwa politik dianggap sebagai bagian dari agama. Hal ini berdasarkan wawancara dengan berbagai informan yang menyatakan bahwa politik adalah bagian dari nasbul imamah (mengangkat pemimpin), sebuah keyakinan agama.
Menariknya, meskipun terdapat perbedaan pilihan politik antara kiai kampung satu dengan yang lainnya, mereka tidak mengklaim pilihan mereka sebagai yang paling benar dan tidak menyalahkan pilihan orang lain. Mereka juga tidak menganggap pilihan mereka sebagai yang berpahala sementara pilihan lain berdosa atau dapat mengarah pada neraka.
Temuan lain menunjukkan sikap moderasi yang ditunjukkan oleh para kiai, baik secara substantif maupun inklusif. Substantif mengacu pada pilihan politik yang dianggap sesuai dengan nasbul imamah, sementara inklusif berarti mereka terbuka terhadap perbedaan dan tidak mengklaim kebenaran mutlak hanya pada diri mereka.
Penelitian ini juga mengidentifikasi dua kecenderungan dalam menentukan pilihan politik, yaitu kecenderungan epigonik, dimana kiai kampung mengikuti pendapat kiai yang lebih senior, dan kecenderungan independen, artinya kiai kampung membuat keputusan politik berdasarkan pertimbangan visi, misi, dan rekam jejak calon.
Selain itu, penelitian ini menemukan tiga pola moderasi: wasatiyah diniyah (moderasi dalam beragama), Wasatiyah siyasiyah (moderasi politik), dan wasatiyah wathoniyah (moderasi kebangsaan).
Wasatiyah Diniyah merupakan simbol bahwa dalam memilih politik, terdapat unsur keyakinan agama. Sementara itu, wasatiyah siyasiyah memandang politik sebagai pilihan inklusif yang tidak membenarkan pilihan orang lain, juga tidak mengklaim kebenaran hanya pada dirinya sendiri.
Di sisi lain, wasatiyah wathoniyah menganggap bahwa tujuan utama negara adalah menciptakan kedamaian. Artinya, jika kedamaian tercapai, maka tidak perlu diperdebatkan bentuk dan dasar negara, apakah sekuler atau negara Islam. Mereka percaya bahwa Indonesia atau NKRI sudah cukup berhasil mewujudkan kondisi masyarakat yang damai, toleran, dan sejahtera.
Oleh karena itu, pandangan Kiai kampung ini menyatakan bahwa NKRI adalah negara yang telah berhasil mencapai tujuan utama sebuah negara. (HMS)