Bogor, LIPUTAN 9 NEWS
Sudah menjadi pembahasan penting ketika datang bulan Ramadan para mubaligh atau penceramah selalu mengaitkan isi ceramahnya seputar Ramadan. Ada 3 (tiga) fase yang menjadi spirit penting dalam pembahasan Ramadan.
Ramadan bukan hanya bulan yang penuh keceriaan bagi kaum muslimin di dunia tapi Romadlon pun memiliki nilai pilosofi yang begitu besar yang terkandung di dalamnya.
Pertama, sepuluh hari di Bulan Ramadan pada Minggu pertama disebut Bulan Rahmat, karena kaum muslimin masih merasakan eforia dalam menyambut hari-hari Ramadan dengan suka cita sehingga 10 hari di awal Bulan Ramadan kita masih melihat Masjid penuh sesak kaum muslimin untuk melaksanakan sholat taraweh dan ibadah lainnya. Kondisi ini mengingat kaum muslimin belum banyak memikirkan resiko pengeluaran financial terkait kebutuhan bulan Ramadan seperti mengeluarkan zakat fitrah dan mengahadapi idul Fitri. Sepuluh hari pertama tersebut kasih sayang Allah masih menyelimuti hati kaum muslimin karena dihati mereka ada kecondongan ingin kumpul bersama jamaah lainnya di masjid, seakan-akan hati mereka masih bersatu dengan lainnya. Keinginan kumpul inilah merupakan salah satu ciri Rahmat Allah menyelimuti hati kaum muslimin, namun lihat saja di fase kedua yaitu 10 hari kedua di bulan Ramadan kondisi jamaah masjid mulai merosot.
Kedua, pada tahapan fase kedua ini mulailah masjid ditinggalkan oleh sebagian jamaah bahkan sepertiga jamaah sudah tidak mau datang dibanding jumlah 10 hari awal Ramadan, di fase 10 hari kedua ini jamaah mulai memisahkan diri pada barisan kumpulan orang dalam wadah sholat tarawih. Maka pada fase ini ampunan Allah sebagai pengejawantahan toleransi untuk hambanya yang mulai banyak kepentingan mulai menjauh, konsentrasi kaum muslimin seakan terpecah untuk mengejar urusan dunia, selama mereka menjauh dari barisan berjamaah demi untuk menyelamatkan anggota keluarganya dan kewajiban dirinya dlm urusan dunia maka Allah yang maha pengampun masih memberikan toleransi berupa pangampunannnya, karena itu adalah pilihan yang bersifat manusiawi.
Ketiga, pada tahapan ketiga yaitu 10 hari terakhir masjid makin berkurang jumlah jamaahnya bahkan hanya tinggal sebaris, ini adalah pilihan akhir yang diambil oleh sebagian kaum muslimin istilahnya hanya tinggal jamaah pilihan saja, Kondisi orang yang tinggal sedikit dalam mengisi kegiatan ibadah di akhir Ramadan menjadi bagian terpenting terbebasnya kaum muslimin pilihan terbebas dari siksa neraka dan neraka adalah simbol kehancuran.
Pada Fase ketiga yaitu fase mutmainnah muslim yang setia dan Istiqomah menjalankan proses menjadikan seakan ia memiliki karakter malaikat yang ditakdirkan untuk Istiqomah beramal, dari fase pertama hingga fase terakhir menuju keridhoan dan kedamaian, muslim yang Istiqomah wajar mendapatkan kemuliaan dan keunggulan lebih dari malaikat sendiri.
Seorang muslim yang mencari hakekat Jari dirinya akan selalu mencari hikmah yang akan menjadi spirit perbaikan bahwa muslim yang Istiqomah akan mampu melalui tahapan demi tahapan dalam menghadapi ujian dan rintangan dan ending akhirnya ia merasakan kedamaian, aman sentosa tanpa beban artinya ketika kontinuitas amal yang dilakukan dapat menghadapi ujian akan ada keinginan berinteraksi satu sama lain tanpa mencari permusuhan tandanya manusia pada level semacam ini hatinya selalu mendapat Rahmat Allah, begitu pula ketika hati yang sudah diliputi Rahmat Allah ia mampu memilih yang terbaik dalam mencari kedamaian, sebaliknya hati yang mendapat kebencian dari Allah ia akan selalu menebar permusuhan karena hati yang tidak bisa menyatu tentunya akan membawa kegelisahan, rasa takut, bingung dan sebagainya.
Disinilah dawuh Rosulullah dalam haditsnya, berkata :
من قام رمضان ايمانا واحتسابا غفر له ماتقدم من ذنبه
Artinya : “siapa orang yg mendirikan Romadlon dg Iman dan istisab maka Allah akan mengampuni dosanya yg telah lalu.”
Setiap ibadah yang diperintahkan oleh Allah kepada manusia hendaknya mencari hakekat nilai-nilai ibadah yang tidak hanya sebatas menjalankan ritual yang bersifat rutinitas semata-mata akan tetapi mampu mengambil ibroh dan pelajar dari ibadah yang dilaksanakan sehingga dapat menjadi spirit dan motivasi untuk merubah kehidupan yang lebih baik.
Apalagi ketika perintah Allah dan perintah Nabi Muhammad Saw dikaitkan lafadznya قام seperti kalimat يقيمون الصلاة, itu artinya setiap muslim bisa mengambil pelajaran yang berharga agar memberi perubahan karakter yang lebih baik. Ketika seseorang muslim menjalankan ibadah Romadlon dan arti Romadlon itu sendiri adalah membakar, maka orang yang menjalankan ibadah Romadlon ia harus dapat menghilangkan nilai-nilai negatif yang masih melekat pada dirinya, karena ibadah itu bertujuan menguji iman seseorang apakah ia mampu memilih kebaikan atau malah seburukan, kedamaian atau kegelisahan, dan sebagainya!.
Dalam setiap pilihan yang dilakukan manusia, Allah tidak membiarkan dan mendiamkan bagi orang beriman tanpa proses dan tanpa memberikan konsep bagaimana cara memilih, maka akal dan konsep agama lah yang wajib dijadikan parameter seseorang yang beragama untuk mencari pilihan dengan agar baik dan tepat sasaran.
Akhirnya, dengan kemampuan mencari pilihan itu manusia akan mendapatkan kedamaian dan kenyamanan hidup setelah berikhtiyar melalui proses dan akhirnya ia akan menemukan kedamaian itu, walaupun ia harus bersusah payah.
Seseorang muslim yang berproses dalam tempaan ujian untuk memilih antara keburukan dan kebaikan, maka potensi untuk menemukan jalan terbaik makin terbuka lebar dan pada akhirnya muslim tersebut akan diberikan kepuasan berupa kedamaian dan ketenangan, maka layak ia mendapatkan sorga dengan Ridlo Allah
Sebagaimana Firman Allah SWT, mengatakan :
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ﴿٢٧﴾ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً﴿٢٨﴾فَادْخُلِي فِي عِبَادِي
Artinya : Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi di-ridhai-Nya! Kemudian masuklah ke dalam (jamaah) hamba-hamba-Ku, Dan masuklah ke dalam surga-Ku! [Al-Fajr/89:27-30]
Proses menempuh Ibadah Romadlon yang baik dan berkualitas seorang muslim pasti akan menghadapi rasa lapar, menahan nafsu syahwat meronta-ronta, dan menahan diri dari perkara yang dapat membuat batal puasa dan pahala puasanya. Dengan rintangan-rintangan yang dilalui oleh seorang muslim, upaya keras tersebut akan mampu menentramkan hati, empati yang menggetarkan hati untuk mengajak dirinya kepada kebaikan dan akan menuntun dirinya dalam menggapai kebahagiaan hidup yang hakiki.
Akhirnya, dengan jiwa yang tenang seorang muslim akan menemukan kebahagiaan dan kepuasan dirinya dari proses yang dialami, inilah makna fase kehidupan Ramadan untuk menempa dan menjadi pelajaran berharga agar kehidupan muslim menjadi lebih baik dan selalu optimis memandang masa depan.
Ahmad Suhadi, S.Pd.I, Ketua Ikatan Mubaligh-mubalighoh Nusantara (IMMAN) DPD Kabupaten Bogor dan Katib JATMAN Kabupaten Bogor.