Madinah, LIPUTAN 9 NEWS
Hamparan kuburan syuhada di bawah gunung Uhud adalah saksi sejarah yang sarat akan makna epik dari perjalanan tegaknya risalah Islam yang diperjuangkan oleh Rosulullah Muhammad S.a.w, dan juga simbol perlawanan atas kaum musyrikin Quraisy saat itu, yang terus menerus berupaya menghalangi, mengintimidasi, sekaligus memerangi kaum muslimin.
Dulu mengenal Uhud pertama kali itu ada di pelajaran Sejarah Peradaban Islam sebagai arena perang antara kaum musyrikin Quraisy dengan kaum muslimin dibawah pimpinan Rosulullah S.a.w. Perang itu didahului kemenangan kaum muslimin karena konsisten dengan strategi awal yang digagas Rosulullah, namun kemudian berakhir kekalahan yang menyakitkan disebabkan terlenanya pasukan pemanah masuk perangkap pasukan Quraisy, hingga mengakibatkan terbunuhnya Sayid Hamzah bin Abdul Mutholib, pamanda Rosulullah yang dicintainya.
Uhud yang dikenal adalah nama gunung yang terletak kira-kira 4 Km dari Masjid Nabawi pada ketinggian 1.077 m (3.533 ft) dan dalam titik koordinat 24° 30′ 37″ LU, 39° 36′ 50″ BT terbentuk dari batu granit warna merah memanjang dari Tenggara ke Barat Laut dengan panjang 7 km dan lebar hampir 3 km masih wilayah Madinah, dan Kota Madinah sering disandingkan dengan kota Mekkah sebagai tanah suci Haramain. Uhud kini adalah palagan para syuhada dan menjadi destinasi sejarah yang paling utama, bila berkunjung ke Madinah hampir dipastikan Uhud salah satu tujuannya, selain masjid yang bersejarah yakni Masjid Quba.
Dalam Cambridge History of Islam 1A ( hal 47-48 ) dijelaskan Perang Uhud adalah perang “The Battle of Uhud between a force from the Muslim community of Medina led by Muhammad, and a force led by Abu Sufyan ibn Harb from Mecca, the town from which many of the Muslims had previously emigrated. The Battle of Uḥud was the second military encounter between the Meccans and the Muslims, preceded by the Battle of Badr in 624, where a small Muslim army had defeated the much larger Meccan army”.
Begitu pula Montgomery Watt telah mencatat bahwa perang Uhud adalah “The battle was fought on March 19, 625 CE (7 Syawal 3 H in the Islamic calendar) at the valley located in front of Mount Uhud, in what is now northwestern Arabia”.
Perang tersebut terjadi kurang lebih setahun lebih seminggu setelah Perang Badar. Tentara Islam saat itu berjumlah 1000 orang namun dihasut oleh Abdullah bin Ubay pimpinan kaum munafikin dari Madinah sehingga kaum munafik saat itu mundur dari medan perang yang berjumlah 300 orang sehingga jumlah tentara kaum muslimin yang mengikuti Perang Uhud yakni berjumlah 700 orang sedangkan tentara musyrikin pimpinan Abu Sopyan berjumlah 3.000 orang.
Hamparan kuburan syuhada di bawah gunung Uhud adalah saksi sejarah yang sarat akan makna epik dari perjalanan tegaknya risalah Islam yang diperjuangkan oleh Rosulullah Muhammad S.a.w, dan juga simbol perlawanan atas kaum musyrikin Quraisy saat itu, yang terus menerus berupaya menghalangi, mengintimidasi, sekaligus memerangi kaum muslimin.
KHM. Hamdan Suhaemi, Pengajar Pesantren Ashhabul Maimanah Sampang Susukan Tirtayasa Serang, Wakil Ketua PW GP Ansor Banten, Ketua PW Rijalul Ansor Banten, Sekretaris komisi Haub MUI Banten, Sekretaris Tsani Idaroh wustho Jam’iyah Ahlith Thoriqah Mu’tabaroh An-Nahdliyah Jatman Banten, Ketua FKUB Kab Serang, dan Anggota Dewan Pakar ICMI Provinsi Banten.





















