JAKARTA | LIPUTAN9NEWS
Ketua Dewan Ilmiah di Institut Weizmann “Israel”, Nir Davidzon, mengungkapkan bahwa usai mengalami kerusakan parah selama serangan balasan Iran baru-baru ini, kini pusat penelitian itu menghadapi isolasi yang semakin meningkat dari komunitas akademik internasional.
Al-Mayadeen melaporkan, dalam wawancara dengan Kanal 12 Israel, Davidzon mengatakan bahwa institut tersebut langsung dihantam oleh dua rudal Iran, hingga menyebabkan kerusakan besar pada aset, bahan, dan hasil eksperimen yang tidak dapat diulang.
Nir Davidzon mengonfirmasi bahwa 50 laboratorium hancur total, yang membuat banyak mahasiswa dan peneliti tanpa peralatan atau hasil untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
Davidzon menekankan bahwa Institut Weizmann, yang selama ini dianggap sebagai salah satu lembaga ilmiah Israel yang paling terhubung secara internasional, kini semakin diboikot oleh universitas dan pusat penelitian di luar negeri.
“Segala sesuatu yang dibangun selama puluhan tahun kini runtuh karena perang di Gaza. Bahkan teman-teman dekat kami mengatakan mereka tidak bisa lagi bekerja sama dengan kami,” ujarnya Ahad (14/09/2025) dikutip dari MKPS.
Kekhawatirannya mencerminkan tren yang lebih luas. Dalam beberapa bulan terakhir, institusi-institusi terkemuka di Eropa telah memutuskan hubungan dengan akademisi Israel sebagai respons terhadap perang di Gaza. Universitas Ghent di Belgia mengakhiri kemitraan dengan tiga lembaga penelitian Israel, dengan alasan pelanggaran terhadap kebijakan hak asasi manusianya.
Di Belanda, Universitas Radboud mengakhiri kerja sama dengan Universitas Tel Aviv dan Universitas Ibrani, sementara Universitas Utrecht menangguhkan kolaborasi baru. Universitas Erasmus Rotterdam juga membekukan hubungan dengan beberapa lembaga Israel. Keputusan-keputusan ini merupakan bagian dari gelombang boikot akademik dan budaya yang semakin meluas, menandakan isolasi Israel yang semakin dalam dalam pendidikan tinggi global.
Davidzon menambahkan, meskipun ada upaya untuk meyakinkan komunitas ilmiah bahwa beberapa suara Israel sejalan dengan standar etika internasional, upaya tersebut semakin sulit, terutama ketika dunia mendengar menteri-menteri Israel berbicara tentang penghancuran Gaza.
Institut Sains Weizmann memiliki hubungan yang kuat dengan sektor militer Israel, dengan beberapa inisiatif risetnya tumpang tindih dengan aplikasi militer.
Pada tahun 2024, institut tersebut menandatangani perjanjian kerja sama dengan Elbit Systems, produsen senjata swasta terbesar di Israel. Perjanjian itu terkait dengan pengembangan bahan-bahan terinspirasi biologi yang secara khusus dipasarkan untuk keperluan pertahanan.
Analisis independen juga menyoroti bagaimana penelitian terdepan Weizmann di bidang kecerdasan buatan, cybernetics, dan teknologi drone dapat dimanfaatkan secara langsung dalam riset dan pengembangan militer, menggambarkan sifat ganda dari hasil ilmiahnya.
Selain kolaborasi langsung, institut tersebut telah menjadi bagian dari inisiatif yang didukung oleh Rezim yang lebih luas, yang dirancang untuk mengarahkan keahlian akademik ke dalam pengembangan senjata.
Program-program seperti Katzir Fellowship merekrut ilmuwan muda ke dalam jalur penelitian yang terkait dengan pertahanan, yang menjadi bukti bahwa institusi akademik Israel melayani baik agenda sipil maupun militer. Para analis mencatat bahwa kaburnya batas-batas ini telah menjadikan Institut Weizmann sebagai target yang sah dalam konteks konflik regional, karena penelitiannya tidak hanya berkontribusi pada kemajuan ilmiah, tetapi juga pada upaya militer dan perang Israel.
Davidzon memperingatkan bahwa konsekuensi dari boikot ini melampaui bidang penelitian. Dia mencatat bahwa banyak industri Israel bergantung pada pengetahuan dan keahlian yang mengalir melalui kemitraan internasional.
“Kami adalah yang pertama merasakan dampak dari boikot ini,” katanya, sambil memperingatkan tentang dampak jangka panjangnya terhadap ilmu pengetahuan dan industri.
Komentar-komentar ini muncul setelah Operasi Janji Nyata 3 Iran pada bulan Juni. Operasi ini adalah serangan balasan atas serangan Israel terhadap wilayah Iran yang menewaskan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak. Serangan rudal Iran menyebabkan kerusakan luas di Tel Aviv dan wilayah tengah Israel, serta menyerang target-target sensitif di Haifa, Beer Sabe’, dan Naqab.