“Ruhani yang dibimbing melalui laku thoriqoh, sinyal Robithoh akan membimbing para murid jika salah. istilahnya, senakal² murid yg mencintai guru pada akhirnya akan kembali kejalan yang benar.”
Dalam kajian tasawuf kita sering dengar istilah Robithoh. Rabithah dalam ilmu tasawuf adalah mengaitkan perjalanan ruhaniyah dengan Mursyid atau Guru yang membimbing. Rabithah biasanya menjadi tradisi para sufi ketika awal menempuh perjalanan ibadah menuju kepada Allah Swt, bisa melalui Tawassul ketika berdo’a, atau menghadiahkan sesuatu bacaan ayat-ayat Qur’an kepada mereka, umpamanya Surah Fatihah, namun cara berabithah juga ada aturannya sesuai dengan petunjuk syari’at.
Melatih Robithoh bagi seorang murid hendaknya tidak membayang – bayangkan wajah atau gambar foto sang Guru atau sang Mursyid. tapi orientasinya hanya kepada Wajhullah (wajah) Allah Swt saja. Sebagaimana dalam Al-Qur’an disebutkan,
………،فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا۟ فَثَمَّ وَجْهُ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya: …….. “maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah”. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.*
Dalam membayangkan wajah Allah ketika muroqobah (mendekat) kepada Allah dalam dzikir bukan membayangkan wajah makhluk Allah Swt, wajah guru ataupun mursyid, karena hal ini sama dengan syirik, jika sang murid terbiasa dengan hal ini, sama saja dengan menanamkan bibit syirik khafi (tersembunyi/halus) dalam hati seorang hamba/murid, na’uzubillahi minzalik.
Agar sinyal robithoh bisa langsung terhubung kepada guru bukan dengan mengangan-angan wajah guru dari cara duduk, berdiri, berbaring dan lain sebagainya akan tetapi yang harus dibayangkan adalah sifat Allah yang melekat pada diri seorang Mursyid atau guru, seperti sabarnya guru, hilm, qonaah, waro, tawakal, dan Istiqomahnya guru sehingga semua sifat² yang melekat pada seorang guru/Mursyid itu adalah perwujudan anugah Allah SWT kepadanya.
Melatih sinyal kuat saat berdzikir dengan membayangkan guru mursyid, harus terus menerus sampai hati bisa menemukan hakekat wajah Allah berupa sifat-sifat Allah yang dimiliki oleh Mursyid, yang nantinya rasa(Dzauq) cinta dan mahabah murid kepada guru semakin bertambah kuat.
Melatih Dzauq (rasa) melalui Robithoh saat dzikir dengan terus menerus sampai Allah memberikan percikan makrifat kepadanya dan ia akan selalu merasa diawasi oleh Allah melalui guru Mursyidnya. Terbangunnya rasa selalu diawasi, dan diperhatikan oleh seorang guru Mursyid baik dalam kesadaran maupun lewat mimpi, bagi seorang yang masuk dalam dunia thoriqoh itu adalah percikan Rahmat yang akan memudahkan dirinya menggapai cinta dari Allah yang diwujudkan dengan kecintaannya kepada semua makhluk.
Tentunya pengamal dzikir thoriqoh, keinginan sinyal dapat kuat dalam Robithoh, bila dzikir disahkan melalui baiat talqin bukan hanya ijazah semata², dan saat talqin itulah harus dibarengi rasa bersyukur kepada Allah, karena saat itu ia sedang ada dalam bimbingan Allah dan dirinya sah mengawali perjalanannya menuju wushul ilallahi. nanti pun Allah akan memberi rasa nikmat manakala hati, aqal dan ruhaninya menyatu dibawah bimbingan mursyid.
Orang yang sudah ditalqin bilamana pengalaman bathinnya belum mampu merasakan untuk mencari kesadaran,bisa dimungkinkan dzikirnya itu belum tersambung kepada Allah melalu Robithoh seorang guru Mursyid. Harus diwaspadai!Kadang akhlak murid yang tidak mampu membaca nasehat guru melalui isyarat-isyarat guru, itu adalah sebagai pertanda belum kuatnya Robithoh, Jika tidak berhati² itu awal menjadi penyebab makin jauh dirinya kepada guru dan makin mengalami kepayahan dalam menemukan hakekat dzikir untuk wushul kepada Allah.
Basyiroh(pandangan mata bathin)melalui Robithoh harus meletakan dasar pondasinya melalui husnudzon kepada guru, sabar dlam perintah guru, tawakal dalam mentaati guru, qonaah dalam menerima perintah guru yang berbeda dari murid lainnya, dan waspada dari mendurhakai guru. Semua perlakuan kepada guru untuk melatih Robithoh dan mengasah basyiroh itu semua bagian dalam latihan diri untuk bisa berlaku jujur, adil, benar dan sebagainnya. Bila ingin kuat robithoh terbangun terhadap guru Mursyid, maka tidak boleh ada dalam hatinya rasa buruk sangka karena dengan buruk sangka akan menutup futuh dari Allah SWT, pada prinsifnya murid ibarat bangkai yg siap dicampakan atau disimpan kapan saja oleh Mursyidnya, atau bisa diibaratkan budak yg siap diperintah, dimarahi bahkan ditebus kapan pun jika Mursyid berkenan.
Dalam menempuh dunia thoriqoh seseorang tidak bisa memperoleh hasil yg diinginkan untuk kematangan spiritual dengan meninggalkan syareat, dan bilamana pelaku thoriqoh meninggalkan syareat itu adalah penyimpangan dalam agama.
Dijelaskan dlm kitab kifayatul atqiya ilaa minhajul ashfiya yg disyarahkan dalam kitab Hidayatul azkiya ilaa thoriqil awliya mengatakan :
وكذلك الطريقة والحقيقة من غير فعل شريعة لاتحصلا
” Thoriqoh dan haqikat tanpa mengamalkan syareat tidak akan menuai hasil”.
Tidak meninggalkan syereat bagi para pelaku thoriqoh belajarlah terlebih dahulu adab dzohir, contoh kurang pantas bagi murid melakukan sholat sunah atau wirid disaat guru Mursyidnya ingin ngajak ngobrol, atau murid berlama2 dzikir sementara guru sudah merampungkan dzikirnya. Dengan adab yg ditunjukan murid seperti di atas seolah ia merasa lebih baik dari gurunya.
Tahapan2 untuk kematangan spiritual yg ditempa dengan beragam problem kesulitan dari mulai perkara dzohir hingga ditempa perkara bathin yg membawa kegelisahan, kegalauan, kesepian dan kewaswasan jika tidak ada bimbingan guru, maka yang dialami oleh murid akan merasakan kesulitan menempuh perjalanan menuju Allah.Jadi dg robithoh yaitu terhubungnya ruhani murid kepada guru bagaikan murid yg buta dituntun langkahnya menuju tujuan, dan dengan baiat talqin bagaikan tongkat yang diberikan kepada murid untuk meraba² jalan walaupun kadang ia harus menginjak kotoran, problem diperjalanan, semua masalah yg dihadapi menuju Allah harus ada yg memberi petunjuk yaitu Guru Mursyid.
“Ruhani yang dibimbing oleh guru Mursyid melalui laku thoriqoh, sinyal kuat dari getaran Robithoh akan Allah arahkan si Murid dari kesalahan berprilaku. istilahnya, senakal² murid yg mencintai guru pada akhirnya akan kembali kejalan yang benar.”
Ahmad Suhadi, S.Pd.I, Ketua Ikatan Mubaligh-mubalighoh Nusantara (IMMAN) DPD Kabupaten Bogor dan Katib JATMAN Kabupaten Bogor.