Jakarta | LIPUTAN9NEWS
Di era politik digital, banyak politisi berlomba-lomba tampil di depan kamera. Namun, dari sekian banyak yang mencoba, hanya segelintir yang berhasil membuat konten terasa otentik dan relevan. Salah satunya adalah Kang Dedi Mulyadi (KDM), yang bukan sekadar “gubernur konten” seperti ejekan sebagian warganet, tetapi seorang aktor politik yang paham betul cara membingkai realitas menjadi narasi yang menggugah, mirip dengan sebuah reality show.
Kang Dedi Mulyadi memanfaatkan media sosial sebagai alat utama dalam membangun citra politiknya. Dengan lebih dari 6,9 juta subscriber YouTube dan jutaan pengikut di platform lain seperti Instagram dan TikTok, KDM aktif mengunggah konten yang menampilkan kesehariannya. Konten-konten tersebut sering kali memperlihatkan dirinya dalam situasi yang bersahaja dan dekat dengan masyarakat, menciptakan kesan bahwa ia adalah pemimpin yang merakyat dan peduli.
Komunikasi politik bergaya reality show ini memposisikan tokoh sebagai bagian dari “drama kehidupan nyata”, yang disiarkan langsung melalui media. KDM menerapkan ini dengan tampil apa adanya dalam berbagai kegiatan sosial, memberikan kesan bahwa apa yang dilihat adalah realitas, bukan sekadar pencitraan.
KDM dan Teori Komunikasi Reality Show
Teori komunikasi reality show menekankan penciptaan citra melalui tayangan yang menampilkan kehidupan sehari-hari tokoh publik. KDM mengaplikasikan konsep ini dengan menampilkan dirinya dalam berbagai aktivitas yang menunjukkan sisi kemanusiaan dan kepeduliannya terhadap masyarakat. Misalnya, ia sering mengunggah video saat turun langsung menangani masalah sosial, seperti membersihkan sungai atau membongkar bangunan ilegal. Tindakan-tindakan ini bukan hanya menunjukkan kepemimpinan, tetapi juga membangun citra dirinya sebagai pemimpin yang proaktif dan peduli.
Perdebatan KDM dengan seorang remaja asal Bekasi terkait larangan wisuda anak sekolah juga menjadi sorotan. Dalam momen tersebut, KDM menanggapi isu dengan tegas namun tetap dalam bingkai dialog yang merakyat, memberikan kesan bahwa ia mendengarkan dan berusaha untuk memahami suara rakyat.
Keberhasilan KDM dalam membangun personal branding tidak lepas dari konsistensinya dalam menggunakan media sosial serta pendekatannya yang peka terhadap budaya lokal. Ia berhasil menciptakan citra sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat, memahami budaya lokal, dan memiliki sense of humor yang membuatnya mudah diterima oleh berbagai kalangan. Hal ini terbukti dengan tingginya engagement di media sosial serta dukungan masyarakat yang luas.
Teori Komunikasi Reality Show dalam Politik Dunia
Tokoh-tokoh dunia lainnya juga telah memanfaatkan teori komunikasi reality show dalam politik mereka. Salah satunya adalah John F. Kennedy, Presiden ke-35 AS, yang dikenal sebagai pionir dalam memanfaatkan media televisi untuk membangun citra politik. Debat presiden 1960 antara Kennedy dan Richard Nixon yang disiarkan langsung menjadi tonggak penting dalam sejarah politik televisi. Kennedy tampil percaya diri dan karismatik, sementara Nixon terlihat kurang persiapan dan cemas. Kemenangan Kennedy dalam debat tersebut menunjukkan bagaimana penampilan visual dapat memengaruhi persepsi publik terhadap seorang pemimpin.
Begitu juga dengan Franklin D. Roosevelt, Presiden ke-32 AS, yang menggunakan siaran radio “fireside chats” untuk berkomunikasi langsung dengan rakyat. Melalui siaran ini, Roosevelt menyampaikan kebijakan dan informasi penting dengan gaya yang hangat dan akrab, seolah-olah berbicara langsung di ruang tamu pendengarnya. Pendekatan ini tidak hanya informatif tetapi juga menghibur, menjadikannya sebagai bentuk komunikasi politik yang efektif dan menyentuh emosi publik.
Tak ketinggalan, Donald Trump yang dikenal sebagai pembawa acara dalam reality show “The Apprentice”. Perannya sebagai figur otoriter dalam acara tersebut meningkatkan popularitas dan citranya sebagai pemimpin yang tegas. Keberhasilan acara ini diyakini turut berkontribusi pada kesuksesannya dalam dunia politik, menunjukkan bagaimana media hiburan dapat menjadi batu loncatan menuju karier politik.
KDM Pemimpin yang Merakyat melalui Media Sosial
Seperti tokoh-tokoh dunia tersebut, KDM telah berhasil memanfaatkan teori komunikasi reality show dalam politik untuk membangun citra dirinya sebagai pemimpin yang merakyat dan peduli. Dengan memadukan media sosial, budaya lokal, dan humor, ia menciptakan komunikasi politik yang tidak hanya menarik, tetapi juga efektif dalam menarik perhatian masyarakat. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan popularitasnya, tetapi juga memperkuat posisinya sebagai Gubernur Jawa Barat yang dipilih oleh rakyat.
Kang Dedi Mulyadi membuktikan bahwa politik tidak harus selalu serius dan kaku. Dengan gaya yang lebih santai dan terbuka, ia mampu mendekatkan diri dengan publik, mengatasi jarak antara pemimpin dan rakyat, serta menjadikan politik sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari yang dapat dinikmati dan diterima oleh berbagai kalangan. Wallahu ’Alam Bishowab.
Tentang Penulis: Yusuf Mars adalah Magister Ilmu Komunukasi Politik, Founder @PadasukaTV, Channel Youtube Sosial Politik dan Keagamaan dan Inisiator Indonesia Terang. Pemerhati Komunikasi politik dan kebijakan publik.