Jakarta, LIPUTAN9.ID – Ketua Dewan Pembina Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) dan INF, Prof. DR. KH. Said Aqil Siradj, MA meminta warga bangsa tidak terjebak dalam pembenturan antara agama dan negara. Maka INF akan terus mendorong pemimpin nasional siapa pun lebih mengutamakan kemaslahatan dan tidak terus mempertahankan oligarki politik yang akan mengalami kehancuran.
Kiai Said mengingatkan kepada masyarakat sesuai pesan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, nasionalisme tak boleh dibenturkan dengan agama. Tapi harus berjalan seiring. Dan sesama bangsa dan se-tanah air adalah satu saudara yang tidak boleh saling bermusuhan.
Termasuk legacy halal bihalal dari Mbah Abdul Wahab Hasbullah, orang kedua berpengaruh di Keluarga NU setelah Mbah Hasyim Asy’ari menjadi sangat relevan terus ditradisikan dan dirawat dengan baik oleh bangsa ini.
Kiai Said Aqil menyatakan Halal bi Halal merupakan tradisi budaya yang muncul dari kebiasaan silahturahmi.
“Diksi silaturahim terlalu agamis namun halal bihalal menjadi terminologi nasional yang di dalamnya justru adalah gabungan semangat silaturahim dan budaya. Dan Halal bi Halal ini merupakan salah satu simbol Islam Nusantara, yang dapat kita temui mulai dari Istana Negara hingga RT dan rumah-rumah. Bahkan tradisi ini sudah bukan milik umat muslim saja. Umat lainnya juga ikut berhalal bihalal,” ungkap Kyai Said saat menghadiri Halal bi Halal Islam Nusantara Foundation yang dilanjutkan dengan diskusi di Pesantren Tahfidz Darul Uchwah, Rumah Batu, Depok, Rabu (25/5/2022).
Hadir pada kesempatan halbi, Dr KH. Helmy Faisal selaku Ketua Harian Islam Nusantara Foundation, Dr KH Marsudi Syuhud selaku shohibul bait yang juga pengasuh Pondok Pesantren Ekonomi Darul Uchwah dan Penggiat Islam Nusantara, Anggota DPR RI Fraksi PKB, Abdul Kadir Kading, Ketum Hisminu Arifin Djunaidi, mantan Anggota DPR RI Fraksi PPP, Endin A.J. Soefihara, dan mantan Anggota DPR RI PKB, Andi Najmi Fuaidi, serta beberapa perwakilan INF dari Provinsi lain dan bahkan dari Inggris dan Jepang. (red)