Jakarta, Liputan9.id – Seorang Kiai di Jember, Jawa Timur dilaporkan Istrinya karena diduga berselingkuh dan mencabuli sejumlah santri di Pondok Pesantren yang dipimpinnya.
Istri Kiai tersebut mendatangi Polres Jember pada Kamis 5 Januari 2023 kemarin. Ibu nyai ini juga mengaku mempunyai bukti rekaman CCTV di kamar suaminya yang merekam sejumlah aktifitas perselingkuhan dan pencabulan yang dilakukan sang suami ke sejumlah santri.
Kamar milik Kiai yang menjadi tempat perselingkuhan dan pencabulan itu bukan kamar biasa. Kamar khusus yang sudah dilengkapi dengan teknologi IT. Kamar khusus itu berada di lantai 2 bangunan Ponpes. Sedangkan kamar pribadi kiai dan istrinya berada di lantai 1.
“Kunci atau pintu masuk dipasangi alat khusus finger print, juga nomor pin atau password tertentu sehingga sulit untuk masuk ke dalam ruangan itu,” ujarnya.
Namum, Istri Kiai berhasil menyimpan video rekaman CCTV yang ada di kamar tersebut sebagai bukti perselingkuhan suaminya. Saat ini kasus dugaan pencabulan yang dilakukan seorang pimpinan pondok tersbut dalam penanganan Polres Jember.
Menanggapi peristiwa bejat di atas Ketua Umum Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) KH Agus Salim HS mengecam keras kasus dugaan perselingkuhan dan pencabulan terhadap santriwati sebuah pondok pesantren di Jember Jawa Timur. Kiai Agus Salim mendesak agar polisi sebagai penegak hukum bisa memproses hukum secara tuntas kasus tersebut.
“Saat ini banyak sekali kasus-kasus pencabulan pengasuh pesantren terhadap santrinya, bahkan ada yang sampai hamil. Hal memalukan ini harus diputus. Pemerintah harus hadir untuk mengawasi pesantren-pesantren yang tidak kredibel,” ucap Kiai Agus saat ditemui dikantor LADISNU, Jumat (6/1/2023).
“Kejadian sepeti di Jember dan kasus serupa dengan embel-embel Kiai atau pengasuh pondok, sangat mencoreng marwah pondok pensatren. Saya yakin ini bukan ponpes NU, mudah-mudahan bukan NU. Harus ada efek jera dengan hukuman seberat-beratnya,” Imbuh Kia Agus.
Kiai Agus juga mengingatkan umat islam agar senantiasa berhati-hati dalam memilih pondok sebagai tempat menempuh pendidikan anak-anaknya. Tidak hanya selektif terhadap khawatir kasus pencabulan. Akan tetapi terhadap ajaran dan aqidah pondok yang bersangkutan.
“Banyak sekali kasus setelah anak pulang dari pondok, malah melawan orantua dan menyalahkan cara ibadahnya. Menitip anak di pondok harus berhati-hati, upayakan pondok tersebut benar-benar NU yang jelas-jelas Aswajanya,” tegas Kia Agus yang juga Rois Jatman.
“Saya mengajak para dai agar selalu dalam dakwah bilhal ikut serta memberikan pengawasan terhadap lembaga-lembaga pendidikan demi menjaga marwah pondok pesantren,” sambungnya. (Ai)