Khutbah pertama
الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الزّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَخَصَّ بَعْضُ الشُّهُوْرِ وَالأَيَّامِ وَالَليَالِي بِمَزَايَا وَفَضَائِلَ يُعَظَّمُ فِيْهَا الأَجْرُ والحَسَنَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدٍ وَعَلَى آلِه وأصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ في أَنْحَاءِ البِلاَدِ. أمَّا بعْدُ، فيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ
Ma’aasyrol muslimin rohimahullah, sidang Jum’at yang dimuliakan Allah Subhanahu wata’aalaa
Alhamdulillah hari ini kita disampaikan Allah Subhanahu wata’aalaa di bulan pertama dari tahun hijriah atau di bulan ketiga dari ASYHURUL HURUM (bulan-bulan yang dimuliakan Allah SWT.) Tepatnya kita sekarang berada di tanggal 05 Muharram 1446 H
Sebagian umat Islam ada yang menjadikan 10 Muharram sebagai Iedul Yatama (lebaran anak yatim). Moment untuk membahagiakan anak yatim. Namun bukan berarti membahagiakan anak yatim hanya pada hari tersebut
Dalam kitab Faidul Qadir disebutkan, menjamu anak yatim dan keluarga pada tanggal tersebut merupakan sunnah Nabi dan tergolong ibadah sosial yang luar biasa keutamaannya.
Dalam kitab Musnad imam Ahmad, 7/36: termaktub sebuah hadits
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ مَسَحَ رَأْسَ يَتِيمٍ لَمْ يَمْسَحْهُ إِلَّا لِلَّهِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ مَرَّتْ عَلَيْهَا يَدُهُ حَسَنَاتٌ وَمَنْ أَحْسَنَ إِلَى يَتِيمَةٍ أَوْ يَتِيمٍ عِنْدَهُ كُنْتُ أَنَا وَهُوَ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ وَفَرَّقَ بَيْنَ أُصْبُعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى(رواه امام احمد)
Artinya: Diriwayatkan dari Umamah, sesungguhnya Nabi bersabda, Barangsiapa mengusap kepala anak yatim semata-mata karena Allah, maka setiap rambut yang ia usap memperoleh satu kebaikan. Barangsiapa berbuat baik kepada anak yatim di sekitarnya, maka ia denganku ketika di surga seperti dua jari ini. Nabi menunjukkan dua jarinya; jari telunjuk dan jari tengahnya.(HR. Imam Ahmad)
Hadits ke 212 dari kitab Tanbih al-Ghafilin).*_
Ma’aasyirol Muslimin Sidang Jum’at yang dimuliakan Allah Subhanahu wata’aalaa
Dalam surat adzzaariyat ayat 56 Allah SWT berfirman :
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِیَعۡبُدُونِ
Dari segi manfaat dan afdholiiyah (keutamaan), ibadah ada 2 katagori :
Pertama, qoshirah (ibadah individual) yang manfaatnya hanya bagi pelakunya dan pahalanya berakhir dengan berhentinya pelaku dari melaksanakan ibadah .Seperti shalat, puasa, haji, umrah, zikir dan lain-lain
Kedua, muta’addiyah (ibadah sosial) yang manfaatnya bagi pelaku dan orang lain.Selama orang lain merasakan manfaat, pahalanya terus mengalir walaupun pelaku sudah tidak melaksanakannya. Contohnya, sedekah, menyantuni dan membantu yatim dan janda yang tergolong menyantuni anak yatim.
Kaedah fiqih menyebutkan “al-Muta’addiyah afdhal min al-Qooshirah/fardiyyah/dzaatiyyah” (ibadah sosial lebih utama daripada ibadah individual).
Ada beberapa indikator keutamaan ibadah sosial (muta’addiyah) dibanding ibadah individual (qoshiroh)
Pertama, merujuk pada Alquran, hadis dan pendapat para ulama bahwa dimensi ibadah sosial lebih luas daripada ibadah individual.
{۞وَسَارِعُوۤا۟ إِلَىٰ مَغۡفِرَةࣲ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَـٰوَ ٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِینَ (133) ٱلَّذِینَ یُنفِقُونَ فِی ٱلسَّرَّاۤءِ وَٱلضَّرَّاۤءِ وَٱلۡكَـٰظِمِینَ ٱلۡغَیۡظَ وَٱلۡعَافِینَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ یُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِینَ (134) }
Ayat tentang muttaquun (orang-orang yang bertakwa) semuanya orang-orang yang menonjol aspek sosialnya. “Orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang yang menahan amarah dan memaafkan orang lain.” (QS.3: 134)
Orang bertakwa pada ayat di atas ada empat, semuanya bersifat sosial, hanya satu yang bersifat ritual.
وعن أبي يوسف عبد الله بن سلام قال: سمعت رسول الله ﷺ يقول: يا أيها الناس، أفشوا السلام، وأطعموا الطعام، وصِلوا الأرحام، وصلوا والناس نيام، تدخلوا الجنة بسلام[2]رواه الترمذي، وقال: حديث حسن صحيح.
Dari Abu Yûsuf ‘Abdullâh bin Salâm yang berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Wahai manusia, sebarkanlah salam, berilah makan (orang lain), kuatkan tali kekarabatan, dan kerjakanlah shalat saat orang-orang tidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan damai” [HR. at-Tirmidzi, Ibnu Mâjah, Ahmad, ad-Dârimi, al-Hâkim dengan sanad shahîh].
Tiga dari keempat pesan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam di hadits tersebut adalah kesalehan sosial. Hanya satu kesalehan invidual yaitu shalat malam.
عَنْ جَابِرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ، قِيلَ يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا بِرُّهُ؟ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطِيبُ الْكَلَامِ وفي رواية لأحمد والبيهقي إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَإِفْشَاءُ السَّلَامِ
Artinya: Dari sahabat Jabir bin Abdillah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Haji mabrur tiada balasan lain kecuali surga.” Lalu sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa (tanda) mabrurnya?” Rasulullah SAW menjawab, “Memberikan makan kepada orang lain dan melontarkan ucapan yang baik.” (HR Ahmad, At-Thabrani, dan Al-Baihaqi).
Ma’aasyrol muslimin rohimahullah, sidang Jum’at yang dimuliakan Allah Subhanahu wata’aalaa
Dari kedua hadits di atas dapat disimpulkan bahwa semua indikator kemabruran haji seseorang nampak pada aspek sosial :
1. Ith’aamuuttho’aam (إِطْعَامُ الطَّعَامِ) Berjiwa sosial tinggi
Ciri haji mabrur ketiga adalah memiliki rasa jiwa sosial tinggi, terutama kepada orang-orang di sekitar yang kurang mampu.
Contohnya, memperbanyak sedekah, berbagi makanan kepada mereka yang membutuhkan, menyantuni anak yatim serta fakir miskin. Pendek kata dia menjadi LEBIH DERMAWAN. Bahkan … bukan hanya sorga biasa
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً
“Saya dan orang yang merawat anak yatim di surga kelak seperti ini,” seraya beliau mengisyaratkan jari tengah dan telunjuknya lalu merenggangkan keduanya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)
2. Thayyibul kalam ( ِطَيِّبُ الْكَلاَم ) Bersikap santun
Ciri haji mabrur yang pertama yaitu memiliki sikap sangat santun atau menghormati kepada siapa saja tanpa merasa dirinya paling istimewa. Indikasi mabrur bisa dilihat dengan interaksi sosialnya. Seberapa bagus komunikasinya dengan suami atau istri, orang tua, anak-anak, tetangga, dan karib kerabatnya. Seseorang yang santun ini berarti tutur katanya sopan, tidak memfitnah, tidak bersikap sombong atau arogan.
3. Ifsya’us salam (إِفْشَاءُ السَّلَامِ) Menebar kedamaian
Ciri haji mabrur berikutnya adalah sifatnya selalu ingin menebar kedamaian sehingga tidak ada rasa benci, iri, atau hal-hal lain yang mengundang pertengkaran.
Kedua, surga bagi penyantun anak yatim lebih berkualitas daripada surga bagi haji mabrur.
العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما ، والحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة )رواه البخاري ومسلم والترمذي وغيرهم.
“Dari umrah ke umrah berikutnya adalah penghapus dosa di antara keduanya, dan haji mabrur tidak ada pahala baginya kecuali surga.” (HR.Bukhari, Muslim, Tirmidzi dll)
Dalam hadits di atas rasulullah saw tidak menyebutkan tingkatan surganya melainkan disebut secara umum saja.
Sedangkan dalam hadits berikut ini
وَعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم :أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى، وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا .(رَوَاهُ البُخَارِيّ)
Dari Sahl Ibn Sa’ad ra. berkata : Rasulullah saw bersabda :Aku dan orang yang menanggung anak yatim dalam surga seperti ini.Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahNya dan merenggangkan antara keduanya. (HR.Bukhori)
Hadis pertama tidak menyebutkan tingkatan surganya.Sedangkan hadis kedua menjelaskan bahwa surga bagi penyantun anak yatim paling berkualitas yaitu surganya Rasulullah SAW. Sayang, mayoritas umat Islam berlomba-lomba haji dan umrah berkali-kali dibanding menyantuni anak yatim.
Ketiga, pahala ibadah sosial lebih besar daripada ibadah sunah.
السَّاعِي عَلَى الأَرْمَلَةِ وَالمِسْكِينِ، كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، أَوِ القَائِمِ اللَّيْلَ و الصَّائِمِ النَّهَارَ
“Orang-orang yang bekerja keras untuk membantu meringankan beban para janda dan orang miskin, adalah seperti pejuang di jalan Allah, dan seperti orang yang terus menerus salat malam dan terus menerus puasa”(HR. Bukhari & Muslim).
Keempat, ibadah individual tidak bermakna bila melanggar norma sosial.
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِيْ يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائْعٌ إِلٰى جَنْبِهِ .
Artinya : “Tidaklah mukmin, orang yang kenyang sementara tetangganya lapar sampai ke lambungnya.” (HR Bukhari
وَعَنْ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – لَا يَدْخُلُ اَلْجَنَّةَ قَاطِعٌ – يَعْنِي: قَاطِعَ رَحِمٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahim.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 2984 dan Muslim, no. 2556]
”Orang shalat akan celaka, bila menghardik anak yatim, tidak memberi makan orang miskin, riya dan enggan membantu” (QS Al-Maa’uun).
Kelima, bila tidak mampu ibadah individual, kifaratnya ibadah sosial. Tidak mampu puasa, dan berhubungan suam istri siang hari Ramadhan, tebusannya memberi makan orang miskin
Ma’aasyrol muslimin rohimahullah, sidang Jum’at yang dimuliakan Allah Subhanahu wata’aalaa
Pada momentum lebaran yatim ini, mari fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan) dengan cara membahagiakan anak yatim serta membantu meringankan beban saudara kita kaum dhuafa.
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ . أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ،
عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Hasan Yazid Al-Palimbangy, M.Ag., Juru Da’wah (da’i/muballigh). Khatib dan narasumber pengajian mingguan, bulanan di masjid-masjid perumahan dan kantor dan penulis buku-buku agama Islam.)
Domisili : Thali’a Clauster (Ps. Ceger) Jl. Musholla Nurul Huda No.1, blok B12Jurang Mangu Barat, Kec. Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten 15222 HP/WA +62852-1737-0897