LIPUTAN9.ID – Saat lisan dan tampilan mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta rukun iman lainnya, namun hatinya tidak mengamininya, maka itu adalah kemunafikan besar. Imannya hanya untuk hiasan penampilan, bukan tumbuh dari kesadaran hati. Hanya mengaku-ngaku beriman, tapi memegang erat-erat kekufuran. Semoga Allah hindarkan diri kita dari kemunafikan besar ini.
Lain lagi dengan nifâq ashghar, atau nifâq ‘amaliy, atau kemunafikan di dalam perbuatan. Dinamakan kecil, bukan berarti dosanya kecil. Semua kemunafikan termasuk al-Kabâ`ir, berdosa besar. Dinamakan kecil hanya karena levelnya berada di bawah kemunafikan akidah. Meski demikain, bukan lantas kita lengah dan remehkan keberadaannya. Karena, jika lengah dan meremehkan keberadaannya, terutama di dalam diri kita sendiri, justru sikap itulah yang malah membuatnya menjadi kemunafikan besar, yang dosanya besar dan justru semakin membesar.
Semoga Materi Khutbah Jum’at yang singkat ini bermanfaat bagi jemaah dan mara dai, khotib, dan mubaligh sebagai referensi.
Khutbah Pertama
أَلْحَمْدُ للهِ الْمَحْمُودِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، أَلْمَوْصُوفِ بِصِفَاتِ الْجَلَالِ وَالْكَمَالِ، أَلْمَعْرُوفِ بِمَزِيدِ الْإِنْعَامِ وَالْإِفْضَالِ. أَشْهَدُ أَن لَّا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيكَ لَهُ ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلَالِ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ, وَخَلِيلُهُ الصَّادِقُ الْمَقَال.
أَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُولِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيرِ صَحْبٍ وَآلٍ, وَسَلِّمْ عَلَيْهِمْ تَسْلِيمًا كَثِيرًا. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَاأَيُّهَا النَّاس، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تَقْوَاه، حَيْثُ قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ .صَدَقَ اللهُ الْعَظِيمُ.
Ma’âsyiral muslimîn rahimakumullâh
Jika kita perhatikan di dalam al-Qur`an, kita dapati bahwa isi Surat Al-Munâfiqûn lebih panjang dibanding isi Surat Al-Kâfirûn. Sah-sah saja jika kemudian kita menyimpulkan hal tersebut merupakan indikasi bahwa fenomena kemunafikan bisa lebih berbahaya dibanding kekafiran.
Kekafiran jelas, terlihat, sehingga mudah disikapi dan diantisipasi. Kemunafikan biasanya samar, sulit diraba, sering membuat terlena. Ia bagai musuh dalam selimut. Karena sulit dideteksi, maka sejak hampir 15 abad yang lampau Baginda Rasulullah Muhammad Saw. telah memberi petunjuk seraya berwejang kepada kita:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ (متفق عليه، واللفظ للبخاري)
Diriwayatkan oleh Abi Hurairah ra., dari Nabi Saw., beliau bersabda: Tanda seorang munafik ada tiga: Jika bicara ia berdusta, jika berjanji ia ingkari, jika diberi amanah ia khianati (HR. Al-Bukhariy)
Jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah SWT.
Ulama mengklasifikasi kemunafikan menjadi dua:
- Nifâq akbar atau nifâq i’tiqâdiy: Kemunafikan dalam keimanan.
- Nifâq ashghar atau nifâq ‘amaliy: Kemunafikan dalam perbuatan.
Saat lisan dan tampilan mengaku beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta rukun iman lainnya, namun hatinya tidak mengamininya, maka itu adalah kemunafikan besar. Imannya hanya untuk hiasan penampilan, bukan tumbuh dari kesadaran hati. Hanya mengaku-ngaku beriman, tapi memegang erat-erat kekufuran. Semoga Allah hindarkan diri kita dari kemunafikan besar ini.
Lain lagi dengan nifâq ashghar, atau nifâq ‘amaliy, atau kemunafikan di dalam perbuatan. Dinamakan kecil, bukan berarti dosanya kecil. Semua kemunafikan termasuk al-Kabâ`ir, berdosa besar. Dinamakan kecil hanya karena levelnya berada di bawah kemunafikan akidah. Meski demikain, bukan lantas kita lengah dan remehkan keberadaannya. Karena, jika lengah dan meremehkan keberadaannya, terutama di dalam diri kita sendiri, justru sikap itulah yang malah membuatnya menjadi kemunafikan besar, yang dosanya besar dan justru semakin membesar.
Melalui riwayat Ibnu Abbas ra. dan Ibunda Aisyah ra., Rasulullah mewanti-wanti kita dengan sabdanya:
لَا صَغِيرَةَ مَعَ اْلإِصْرَارِ (رواه الذهبي)
Tidak bernilai sebagai dosa kecil jika dilakukan terus-menerus (HR. Adz-Dzahabiy)
Sidang Jum’at yang mulia.
Sabda Rasulullah Saw. tentang 3 ciri orang munafik di atas tidak hanya berlaku di zaman beliau hidup, tapi juga zaman ini dan seterusnya. Intinya tetap sama, hanya kulitnya saja yang mungkin berubah, bahkan lebih parah. Hal ini sebagaimana dituturkan oleh Hudzaifah ibnul Yaman ra.:
إِنَّ المُنَافِقِينَ اليَوْمَ شَرٌّ مِنْهُمْ عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانُوا يَوْمَئِذٍ يُسِرُّونَ وَاليَوْمَ يَجْهَرُونَ (رواه البخاري)
Sesungguhnya kaum munafik pada saat ini lebih jahat dibanding di zaman Nabi Saw. Dahulu mereka menyembunyikan (kemunafikannya), adapun saat ini mereka justru menampakkannya. (HR. Al-Bukhariy)
Maksud pernyataan Hudzaifah ra. di atas bahwa munafik di zaman sekarang lebih banyak dan lebih berani serta vulgar menampakkan perbuatan hipokritas atau kemunafikannya, dibanding kaum munafik di zaman Nabi Saw.
Di zaman Nabi Saw., kaum munafik menyembunyikan kemunafikannya. Sedangkan saat ini, tanpa rasa malu, kemunafikan dipertontonkan.
Misalnya, betapa sering kita lihat bagaimana jabatan dan pangkat dikejar-kejar dengan berbagai cara, tapi begitu pangkat dan jabatan itu didapatkan, ia tidak diemban dengan amanah, tapi justru hanya untuk dikorup guna kepentingan dan keuntungan diri, keluarga dan kroni serta dijadikan modal untuk melanggengkan bahkan untuk meningkatkan terus kekuasaan tersebut. Inilah fenomena kemunafikan modern.
Atau, bagaimana proyek-proyek pembangunan diperebutkan meski dengan cara saling sikut dan tikam. Begitu proyek tersebut sukses diraih, justru hanya jadi ajang bancakan keserakahan yang merugikan kepentingan masyarakat.
Ibu Rajab mengatakan bahwa;
أَلْخِيَانَةُ فِي الْأَمَانَةِ مِنْ خِصَالِ النِّفَاقِ
Berkhianat di dalam amanah adalah ciri kemunafikan
Ma’âsyiral muslimîn akramakumullâh.
Tidak perlu kita tergesa-gesa mencari tanda-tanda kemunafikan di sekitar kita. Justru, lekas-lekaslah kita telisik ciri-ciri kemunafikan itu di dalam diri kita sendiri. Bisa jadi ia sangat tersembunyi, karena ditutupi oleh ego dan nafsu kepentingan duniawi diri sendiri. Al-Imam Al-Hasan Al-Bashari mengatakan:
لَا يَزَالُ الْعَبْدُ بِخَيْرٍ مَا كَانَ لَهُ وَاعِظٌ مِنْ نَفْسِهِ، وَكَانَتِ الْمُحَاسَبَةُ مِنْ هِمَّتِهِ (البداية والنهاية)
Seorang hamba senantiasa dalam kebaikan selama ia menjadi penasehat bagi dirinya sendiri, dan introspeksi menjadi bagian dari hasratnya.
Semoga, dengan selalu adanya kesadaran untuk introspeksi diri kita sendiri, insyaAllah berbagai kebaikan akan Allah limpahkan untuk kita, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيم. وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيم. وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ, إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيم. أَقُولُ قَوْلِي هذَا, وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُؤْمِنِينَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ, فَاسْتَغْفِرُوه…إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم.
Khutbah Kedua
أَلْحَمْدُ للهِ ذِى الْعَظَمَةِ وَالْجَلَال, أَلَّذِى قَدَّرَ الْأَعْمَارَ وَحَدَّدَ الآجَال, وَأَمَرَنَا بِالْعِبَادَةِ وَصَالِحِ الْأَعْمَال. أَشْهَدُ اَن لَّا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَه, جَعَلَ الدُّنْيَا مَزْرَعَةً لِلْآخِرَة, وَمَكْسَبَ زَادٍ لِلْحَيَاةِ الْفَاخِرَة, لِلْخَلَاصِ مِنَ الْأَهْوَالِ الْقَاهِرَة. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه, أَلَّذِى حَذَّرَنَا مِنَ الدُّنْيَا دَارِ الدّوَاهِى, وِمَكَانِ الْمَعَاصِى وَالْمَلَاهِى. صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الْكِرَام, وَأَصْحَابِهِ هُدَاةِ الْأَنَامَ, وَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.
أَيُّهاَ النَّاس, إِتَّقوُا اللهَ حَقَّ تَقْوَاه, وَرَاقِبُوهُ مُرَاقَبَةَ مَنْ يَعْلَمُ أَنَّهُ يَرَاه.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي مُحْكَمِ تَنْزِيلِه: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. صَدَقَ اللهُ الْعَظَيم.
أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد, كَمَا صَلَّيْتَ وَسَلَّمْتَ وَبَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيم وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيم, فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد.
أَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَات, وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَات, أَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات, إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَات, يِا قَاضِيَ الْحَاجَات.
أَللّٰهُمَّ طَهِّرْ قُلُوبَنَا مِنَ النِّفَاقِ، وِأَعْمَالَنَا مِنَ الرِّيَاءِ، وَأَلْسِنَتِنَا مِنَ الْكَذِبِ، وَأَعْيُنِنَا مِنَ الْخِيَانَةِ.
رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَ هَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَة, وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَار.
عِبَادَ الله, إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَان, وَإِيتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَ الْبَغي,يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُون.
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ, وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم, وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ, وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر. وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُون. أَقِمِ الصَّلَاة.
Penyusun: KH. Ade Muzaini Aziz, Lc., MA., Ketua LADISNU, Wakil Katib Syuriyah PWNU DKI Jakarta dan Pengasuh Perguruan Al-Mu’in Kota Tangerang























