Khutbah pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ جَعَلَ الحَجَّ مَنَارَةَ التَوْحِيْدِ الكُبْرَى، وَمَعْلَمَةَ الإِيْمَانِ وَالتَرْبِيَةِ العُظْمَى، هَدَمَ بِهِ شَعَائِرَ الجَاهَلِيَّةَ وَالوَثَنِيَّةَ، وَأَقَامَ بِهِ المِلَّةَ الإِبْرَاهِيْمِيَّةَ الحَنِيْفِيَّةَ، لِتَهْتَدِيَ بِهَا جُمُوْعُ البَشَرِيَةِ،
أَحْمَدُهُ – سُبْحَانَه – وَأَشْكُرُ لَهُ، وَأُثْنِي عَلَيْهِ وَأُمْجِّدُهُ، أَتَمَّ عَلَى الحُجَّاجِ نِعْمَتَهُ، وَأَعَانَهُمْ عَلَى أَدَاءِ نُسُكِهِمْ بِفَضْلِهِ وَمِنَّتِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ الطَيِّبِيْنَ، وَعَلَى الصَحَابَةِ الأَبْرَارِ المُعَظَّمِيْنَ، وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ,
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ
Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wata’ala
Dalam hadits sohih riwayat Imam Bukhari, Rasulullah SAW bersabda tentang pahala bagi haji mabrur.
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
Artinya, “Tidak ada balasan (yang pantas diberikan) bagi haji mabrur kecuali surga.” (HR Bukhari)
Sabda serupa juga diriwayatkan An-Nasai. Rasulullah SAW sekali lagi menyebut surga sebagai balasan bagi jemaah haji yang menyandang predikat mabrur.
الْحَجَّةُ الْمَبْرُورَةُ لَيْسَ لَها جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ
Artinya: “Tidak ada balasan bagi jamaah haji mabrur selain surga.” (HR An-Nasa’i)
Pertanyaannya adalah apa yang dimaksud haji mabrur dan apa saja indikator haji mabrur ?
Pengertian Haji Mabrur
Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wata’ala
Kata mabrur ( مَبْرُوْرُ) satu akar kata dengan birrun (الْبِرُّ) yang berarti kebaikan. Kata مَبْرُوْرُ adalah ismul maf’ul yang artinya DIIKUTI KEBAIKAN. Setelah melakukan sebuah kebaikan diiringi dan dilanjutkan dengan melakukan kebaikan yang lain.
Hal ini ditunjukkan diantaranya dalam firman Allah SWT surat Al-Baqarah: 177
{۞لَّیۡسَ ٱلۡبِرَّ أَن تُوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمۡ قِبَلَ ٱلۡمَشۡرِقِ وَٱلۡمَغۡرِبِ وَلَـٰكِنَّ ٱلۡبِرَّ مَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِ وَٱلۡمَلَـٰۤىِٕكَةِ وَٱلۡكِتَـٰبِ وَٱلنَّبِیِّـۧنَ وَءَاتَى ٱلۡمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِی ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡیَتَـٰمَىٰ وَٱلۡمَسَـٰكِینَ وَٱبۡنَ ٱلسَّبِیلِ وَٱلسَّاۤىِٕلِینَ وَفِی ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلۡمُوفُونَ بِعَهۡدِهِمۡ إِذَا عَـٰهَدُوا۟ۖ وَٱلصَّـٰبِرِینَ فِی ٱلۡبَأۡسَاۤءِ وَٱلضَّرَّاۤءِ وَحِینَ ٱلۡبَأۡسِۗ أُو۟لَـٰۤىِٕكَ ٱلَّذِینَ صَدَقُوا۟ۖ وَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡمُتَّقُونَ}.
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu birr/kebajikan, namun sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari akhir, para malaikat, al-Qur’an, para nabi, dan mendermakan harta yang dicintainya untuk para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, para musafir (yang membutuhkan pertolongan), para peminta-minta, dan guna memerdekakan budak, juga menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila berjanji, dan orang-orang yang tetap sabar dalam kesempitan, penderitaan dan bencana. Merekalah orang-orang yang benar (imannya), merekalah orang-orang yang bertakwa.”
Indikator Haji Mabrur
Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wata’ala
Dalam ajaran Islam, semua ibadah baik individual maupun sosial memiliki hikmah dan tujuan tertentu. Yang diistilahkan oleh para ulama dengan maqashid syari’ah, yaitu berbagai maslahat yang bisa diraih seorang hamba, baik di dunia maupun di akhirat.
Setiap bentuk peribadatan dalam Islam, tak terkecuali haji, tidak akan bermakna di hadapan Allah Subhanahu wata’aalaa jika tidak mempunyai implikasi positif konstruktif dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hal itu, maka menyangkut persoalan haji, ulama mengkatagorikannya kepada 2 katagori; ada haji makbul dan ada pula haji mabrur. Harus dibedakan antara kedua katagori ini. Belum tentu haji yang makbul ini mabrur. Tapi, insya Allah setiap haji yang mabrur pasti makbul.
Haji makbul hanya memenuhi syarat, rukun-rukun, wajib haji serta sunnah-sunnahnya dan sifatnya hanya menggurkan kewajiban.
Sedangkan haji mabrur diukur setelah pulang dari Tanah Suci. Seberapa bagus dampak dari haji tersebut pada kehidupannya ketika kembali ke Tanah Air.
Predikat atau gelar haji mabrur sebenarnya bukan hak manusia karena hanya Allah SWT yang menghendaki-Nya. Meskipun demikian, ada ciri-ciri yang dijelaskan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam terkait haji mabrur. Hal ini sebagaimana tertera dalam dua hadits berikut ini :
1. Hadist yang dikutip Imam Badrudin Al-Aini dalam Umdatul Qari-nya
سئل النبي ما بر الحج قال إطعام الطعام وطيب الكلام وقال صحيح الإسناد ولم يخرجاه
Artinya: “Rasulullah SAW ditanya tentang haji mabrur. ‘Rasulullah kemudian berkata: Memberikan makanan dan santun dalam berkata.” Al-Hakim berkata bahwa hadis ini sahih.
2. Hadits riwayat Imam Ahmad.
قالوا: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا الْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ؟ قال: “إِطْعَامُ الطَّعَامِ، وَإِفْشَاءُ السَّلَامِ
“Para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah, apa itu haji mabrur?’ Rasulullah menjawab, ‘Memberikan makanan dan menebarkan kedamaian.”
Dari kedua hadits di atas dapat disimpulkan bahwa kemabruran haji seseorang dilihat dari beberapa hal :
1. Ith’aamuuttho’aam (إِطْعَامُ الطَّعَامِ) Berjiwa sosial tinggi
Ciri haji mabrur ketiga adalah memiliki rasa jiwa sosial tinggi, terutama kepada orang-orang di sekitar yang kurang mampu.
Contohnya, memperbanyak sedekah, berbagi makanan kepada mereka yang membutuhkan, menyantuni anak yatim serta fakir miskin. Pendek kata dia menjadi LEBIH DERMAWAN
2. Thayyibul kalam ( ِطَيِّبُ الْكَلاَم ) Bersikap santun
Ciri haji mabrur yang pertama yaitu memiliki sikap sangat santun atau menghormati kepada siapa saja tanpa merasa dirinya paling istimewa. Indikasi mabrur bisa dilihat dengan interaksi sosialnya. Seberapa bagus komunikasinya dengan suami atau istri, orang tua, anak-anak, tetangga, dan karib kerabatnya. Seseorang yang santun ini berarti tutur katanya sopan, tidak memfitnah, tidak bersikap sombong atau arogan.
3. Ifsya’us salam (إِفْشَاءُ السَّلَامِ) Menebar kedamaian
Ciri haji mabrur berikutnya adalah sifatnya selalu ingin menebar kedamaian sehingga tidak ada rasa benci, iri, atau hal-hal lain yang mengundang pertengkaran.
Sepulangnya dari berhaji, sebisa mungkin ia akan berusaha memperbaiki sikap menjadi pribadi yang lebih baik dan melakukan hal-hal positif yang bernilai manfaat.
Hadirin Sidang Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wata’ala
Kesimpulannya adalah seperti yang dikatakan para ulama diantaranya Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab Syarhus Suyuthi Sunan an-Nasa’i dan Imam Nawawi mengatakan bahwa : mabrur adalah
وَمِنْ عَلَامَةِ الْقَبُولِ أَنْ يَرْجِعَ خَيْرًا مِمَّا كَانَ وَلَا يُعَاوِد الْمَعَاصِي
“Diantara indikator/tanda diterimanya haji seseorang adalah kembali menjadi lebih baik secara individual dan sosial dari sebelumnya dan tidak mengulangi melakukan kemaksiatan serta tidak ada kesombongan dalam dirinya”
Pasca haji seorang muslim dituntut untuk berubah menjadi lebih baik dan menjadi agen perubahan di lingkungannya
ان يكون أحسن من قبل وأن يكون قدوة أهل بلده).
Kecintaan kepada Islam, ketaatan beribadah, kualitas kerja, mencari rezeki yang halal, kejujuran, kerendahan hati, kepekaan sosial, kedermawanan serta perilaku utama lainnya harus tercermin dalam karakter seorang yang sudah menunaikan haji.
Ibadah Haji dan Istiqamah Ibadah
Mabrur menurut Prof M. Quraish Shihab bermakna MEMENUHI ATAU MENEPATI, diambil dari kata abarah. Orang yang berhaji bisa diartikan dia MENEPATI JANJI MEMENUHI PANGGILAN ALLAH SUBHANAHU WATA’AALAA.
Maka itu mengapa kalimat thoyyibah yang paling banyak dan berulah kali dikumandangkan oleh seluruh jama’ah haji adalah kalimat talbiyah.
ََلَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ، وَالنِّعْمَةَ، لَكَ وَالْمُلْكَ، لاَ شَرِيكَ لَكَ
“Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah, aku penuhi panggilan-Mu. Aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya pujian dan nikmat adalah milik-Mu, begitu pula kerajaan (juga milik-Mu).”
Kalimat TALBIYAH ini berulang-ulang dan tak henti-hentinya bahkan paling banyak diucapkan para jama’ah calon haji. Baik sebelum berangkat haji, saat berhaji bahkan sepulangnya dari berhaji
Apa rahasia dibalik berulang-ulangnya kalimat talbiyah ini dikumandangkan ?
أنَّ قوله: “لبيك” يدل على التزام العبودية، والإقامة على ذلك، والثَّبات والدَّوام
Rahasia dibalik berulang-ulangnya kalimat talbiyah dikumandankan adalah Allah Subhanahu wata’aalaa ingin mengingatkan kepada jama’ah haji khusunya dan kita umat Islam umumnya untuk secara istiqamah, continue serta terus menerus memenuhi seruanNya untuk beribadah menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya sampai mati. Sejatinya kesungguhan istiqamah beribadah jangan saat berhaji saja, akan tetapi dilanjutkan sepulangnya dari berhaji sampai hayat di kandung badan. Karena itulah barometer kemabruran ibadah haji.
{ وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ یَأۡتِیَكَ ٱلۡیَقِینُ }
“Beribadalah kepada Allah SWT sampai mati” [QS. Al-Hijr : 99]
- Ibadah Arbain disamping memiliki pahala yang luar biasa besarnya, ia juga sebagai ajang tarbiyah agar terbiasa istiqamah shalat berjama’ah di masjid sepulangnya ke tanah air
- Kebiasaan bangun tidur dinihari untuk bisa shalat di dalam masjid haromz disamping pahalanya yang luar bisa, juga ajang tarbiyah agar terbiasa istiqamah qiyamullail sepulangnya ke tanah air
Janganlah kita menyesal di kemudian hari. Jangan sampai baru mau beribadah saat sudah tidak bisa lagi beribadah. Saat sakratul mau kita sudah menyesal apalagi setalah wafat
{ وَأَنذِرِ ٱلنَّاسَ یَوۡمَ یَأۡتِیهِمُ ٱلۡعَذَابُ فَیَقُولُ ٱلَّذِینَ ظَلَمُوا۟ رَبَّنَاۤ أَخِّرۡنَاۤ إِلَىٰۤ أَجَلࣲ قَرِیبࣲ نُّجِبۡ دَعۡوَتَكَ وَنَتَّبِعِ ٱلرُّسُلَۗ أَوَلَمۡ تَكُونُوۤا۟ أَقۡسَمۡتُم مِّن قَبۡلُ مَا لَكُم مِّن زَوَالࣲ }
“Dan berikanlah peringatan (wahai Muhammad) kepada manusia pada hari (ketika) azab datang kepada mereka, maka orang yang zhalim berkata, “Ya Tuhan kami, berilah kami kesempatan (kembali ke dunia) walaupun sebentar, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau (untuk menjalankan semua perintahMu dan menjauhi segala laranganMu) dan akan mengikuti (Sunnah) rasul-rasul.” [QS. Ibrahim : 44].
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ . أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ،
عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Hasan Yazid Al-Palimbangy, M.Ag., Juru Da’wah (da’i/muballigh). Khatib dan narasumber pengajian mingguan, bulanan di masjid-masjid perumahan dan kantor dan penulis buku-buku agama Islam.)
Domisili : Thali’a Clauster (Ps. Ceger) Jl. Musholla Nurul Huda No.1, blok B12Jurang Mangu Barat, Kec. Pd. Aren, Kota Tangerang Selatan, Banten 15222 HP/WA +62852-1737-0897
























