Khutbah Pertama
أَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي شَرَعَ لنَا دِينًا قَوِيمًا، وَهَدَانَا إليهِ صِرَاطًا مستقيمًا، وَوَعَدَ مَن لَزِمَ الصراطَ أجرًا جزيلًا وثوابًا عظيمًا، وتَوَعَّدَ مَن حَادَ عنهُ بِأَنَّ لهُ عَذَابًا ألِيمًا.
أَشْهَدُ أنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَليُّ الصَالِحِينَ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَصَفِيُّهُ مِن خَلْقِهِ وخَلِيلُهُ. أَللّهُمَّ صَلِّ وَزِدْ وَبَارِكْ عَلَى النَّبِيِّ الْمُخْتَارِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الأَطْهَارِ الأَخْيَارِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى دَارِ الْقَرَارِ ، وَسَلِّمْ عَلَيهِمْ تَسْلِيمًا كثيرًا.
أمّا بعدُ … أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي أيُّهَا الأَخْيَارُ بِتَقْوَى الْعَزِيزِ الْغَفَّارٍ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
Ma’âsyiral muslimin rahimakumullâh
Segala puja dan puji hanya pantas kita persembahkan kepada Allah SWT, meski kita sadar bahwa semua pujaan dan pujian kita itu tidak akan bisa sepadan dengan segala bentuk kenikmatan yang Allah anugerahkan kepada kita. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulillah Muhammad Saw., melaluinya kita mendapat hidayah, darinya kita mengharap syafa’ah. Melalui mimbar yang mulia ini khatib berwasiat: Ittaqullâh… ittaqullâh…mari kita disiplinkan diri kita dan keluarga kita untuk tetap bertaqwa kepada Allah, dengan menjadikan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang kita sembah, kita pertuhankan dan kita taati secara absolut, sampai ajal menjemput kita semua.
Jama’ah Jum’at yang mulia.
Istiqamah adalah satu kata yang sering kita dengar dan tidak asing di telinga kita. Bahkan, minimal 17 kali dalam sehari, melalui surah Al-Fatihah ayat keenam yang selalu kita baca dalam setiap rakaat shalat wajib, kita memohon kepada Allah untuk diberi petunjuk agar senantiasa dapat melangkah di jalan istiqamah:
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ
Tunjukkanlah kepada kami jalan keistiqamahan
Jama’ah Jum’at yang mulia
Terekam di dalam Shahih Muslim, suatu ketika Rasulullah pernah ditanya oleh Sufyan ibnu Abdillah ats-Tsaqafiy:
يَا رَسُولَ اللهِ، قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ. قَالَ: قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ، فَاسْتَقِمْ.
Wahai Rasulallah, katakanlah kepadaku terkait Islam suatu perkataan yang aku tidak akan tanyakan lagi kepada siapapun selainmu. Rasulullah menjawab: Katakanlah: Aku beriman kepada Allah, lalu istiqamahlah.
Sungguh itu adalah wasiat Rasulullah Saw. yang sangat singkat dan padat namun amat luas dan mendalam maknanya.
Masalahnya, apa yang disebut dengan istiqamah itu? Sudah betul-betul mengertikah kita istiqamah semacam apa yang kita pinta kepada Allah itu? Atau jangan-jangan kita belum benar-benar mengerti apa yang kita pinta kepada Allah berupa istiqamah tersebut. Akan menjadi lucu jika kita meminta sesuatu padahal kita sendiri tidak paham tentang sesuatu yang kita pinta itu, alih-alih permintaan kita tersebut akan dikabulkan oleh Allah SWT.
Di dalam kitab Fathul Bâriy, Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalaniy mengatakan bahwa:
الإستقامة كناية عن التمسك بأمر الله تعالى فعلا وتركا
Istiqamah adalah sikap berpegang teguh pada instruksi Allah, baik berupa melakukan (perintah) atau meninggalkan (larangan).
Di dalam kitab Madârijus Sâlikîn diungkapkan bahwa Sayyidunâ Abu Bakr as-Shiddiq ra. pernah ditanya tentang istiqamah, beliau menjawab:
أَلَّا تُشْرِكَ بِاللهِ شَيْئًا
Istiqamah itu engkau tidak menyekutukan Allah dengan apapun.
Sayyidunâ Umar ibn al-Khattab ra. pernah berkata:
الإِسْتِقَامَةُ: أَنْ تَسْتَقِيمَ عَلَى الأَمْرِ وَالنَّهْيِ وَلاَ تَرُوغَ رَوَغَانَ الثَّعَالِب
Istiqamah itu ialah engkau komitmen terhadap perintah dan larangan (agama) dan tidak melakukan tipu daya seperti muslihat serigala.
Sayyidunâ Utsman ibn Affan ra. pernah berkata:
إِسْتَقَامُوا: أَخْلَصُوا الْعَمَلَ للهِ
Istiqamah adalah ketika setiap amal perbuatan benar-benar ikhlas atau murni hanya untuk mencari ridha Allah SWT.
Sayyidunâ Ali ibn Abi Thalib ra. pernah berkata:
إِسْتَقَامُوا أَدُّوا الْفَرَائِضَ
Dikatakan istiqamah ketika telah melaksanakan semua kewajiban (agama)
Di dalam karya tasfirnya, Imam Al-Mawardiy memberikan penjelasan lebih detail kepada kita tentang 5 dimensi istiqamah:
أَحَدُهَا: ثُمَّ اسْتَقَامُوا عَلَى أَنَّ اللهَ رَبُّهُمْ وَحْدَه.
1. Sikap istiqamah bahwa hanya Allah sebagai Tuhan satu-satunya
أَلثَّانِي: اِسْتَقَامُوا عَلَى طَاعَتِهِ وَأَدَاءِ فَرَائِضِه.
2. Sikap istiqamah di dalam ketaatan melaksanakan segala kewajiban-kewajiban yang Allah tetapkan
أَلثَّالِثُ: عَلَى إِخْلاَصِ الدِّينِ وَالْعِلْمِ إِلَى الْمَوْتِ.
3. Sikap istiqamah dalam keikhlasan dalam mempersembahkan agama atau ketundukan kita dan ilmu kita sampai mati (hanya untuk mencari ridha Allah SWT)
أَلرَّابِعُ: ثُمَّ اسْتَقَامُوا فِي أَفْعَالِهِمْ كَمَا اسْتَقَامُوا فِي أَقْوَالِهِمْ.
4. Sikap istiqamah (konsistensi) antara perbuatan dan perkataan
أَلْخَامِسُ: ثَمَّ اسْتَقَامُوا سِرًّا كَمَا اسْتَقَامُوا جَهْرًا.
5. Sikap istiqamah baik di dalam kondisi yang tersembunyi (dalam kesendirian) maupun kondisi yang nampak (dalam keramaian)
Zumratal muwahhidîn rahimakumullâh
Tentu teramat sulit bahkan mustahil bagi kita untuk bisa bersikap istiqamah dalam lima dimensi di atas secara paripurna. Itulah mengapa di dalam Sunan Ibni Majah, Rasulullah Saw. bersabda:
عَنْ ثَوْبَانَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اسْتَقِيمُوا، وَلَنْ تُحْصُوا
Dari Tsauban, ia berkata: Rasulullah Saw. bersabda: Istiqamahlah kalian, meski kalian tidak mungkin dapat menggapainya (secara sempurna).
Apalagi kita sadar bahwa sifat dasar keimanan kita adalah fluktuatif, yazîdu wa yanqushu; suatu ketika bertambah, dan suatu saat berkurang; naik turun.
Dalam kesadaran seperti di atas, di saat kita belum mampu untuk istiqamah di dalam ketaatan, maka beristiqamahlah dalam memohon ampunan Allah dengan memperbanyak istighfar dan taubat kepada-Nya, sebagaimana firman Allah dalam surah Fushshilat ayat 6:
قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞ فَٱسۡتَقِيمُوٓاْ إِلَيۡهِ وَٱسۡتَغۡفِرُوهُۗ وَوَيۡلٞ لِّلۡمُشۡرِكِينَ
Katakanlah (wahai Muhammad): Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu istiqamahlah kalian (dalam ketaatan) kepada-Nya dan mohonlah ampunan kepada-Nya, dan celakalah bagi orang-orang yang menyekutukan(-Nya).
Jama’ah Jum’at yang berlimpah rahmat dari Allah SWT.
Saat kwalitas keimanan dan ketaatan kita sedang menurun, istiqomahlah untuk segera beristighfar memohon ampun kepada Allah SWT. Sehingga, dengan istighfar itu, Allah selamatkan kita agar tidak semakin terpuruk dan terjerembab ke lubang kemaksiatan dan kubang kedurhakaan kepada Allah SWT secara lebih jauh dan mendalam, dan semoga dengannya Allah berikan pertolongan kepada kita untuk dapat bangkit dan kembali ke dalam ketundukan dan ketaatan kepada-Nya, âmîn yâ Rabbal ‘âlamîn.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيم. وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيم. وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ, إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيم. أَقُولُ قَوْلِي هذَا, وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُؤْمِنِينَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ, فَاسْتَغْفِرُوه…إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيم.
Khutbah Kedua
أَلْحَمْدُ للهِ ذِى الْعَظَمَةِ وَالْجَلَال، أَلَّذِى قَدَّرَ الْأَعْمَارَ وَحَدَّدَ الآجَال، وَأَمَرَنَا بِالْعِبَادَةِ وَصَالِحِ الْأَعْمَال. أَشْهَدُ اَن لَّا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَه، جَعَلَ الدُّنْيَا مَزْرَعَةً لِلْآخِرَة، وَمَكْسَبَ زَادٍ لِلْحَيَاةِ الْفَاخِرَة، لِلْخَلَاصِ مِنَ الْأَهْوَالِ الْقَاهِرَة. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُه، أَلَّذِى حَذَّرَنَا مِنَ الدُّنْيَا دَارِ الدّوَاهِى، وِمَكَانِ الْمَعَاصِى وَالْمَلَاهِى. صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الْكِرَام، وَأَصْحَابِهِ هُدَاةِ الْأَنَامَ، وَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.
أَيُّهاَ النَّاس، إِتَّقوُا اللهَ حَقَّ تَقْوَاه، وَرَاقِبُوهُ مُرَاقَبَةَ مَنْ يَعْلَمُ أَنَّهُ يَرَاه.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي مُحْكَمِ تَنْزِيلِه: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.
صَدَقَ اللهُ الْعَظَيم.
أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد، كَمَا صَلَّيْتَ وَسَلَّمْتَ وَبَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيم وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيم، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيد.
أَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَات، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَات، أَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَات، يِا قَاضِيَ الْحَاجَات. رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَ هَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَة، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَار.
عِبَادَ الله، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَان، وَإِيتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَخْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَ الْبَغي، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُون. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُم، وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر. وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُون. أَقِمِ الصَّلَاة.
Penyusun: KH. Ade Muzaini Aziz, Lc., MA., Ketua LADISNU, Wakil Katib Syuriyah PWNU DKI Jakarta dan Pengasuh Perguruan Al-Mu’in Kota Tangerang