JAKARTA | LIPUTAN9NEWS
Lisan merupakan amanah besar dari Allah SWT yang harus dijaga, karena dari satu ucapan bisa lahir kebaikan yang mendatangkan kedamaian, atau keburukan yang menimbulkan perpecahan. Kita hendaknya senantiasa berkata baik atau memilih diam, menggunakan lisan untuk menyampaikan kebenaran dengan cara yang baik, termasuk menjaga jari-jemari di media sosial, agar hidup menjadi damai, aman, dan penuh dengan keberkahan. Hal ini berlaku bagi siapapun mulai dari masyarakat biasa sampai dengan para pejabat negara.
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul: “Kendalikan Lisan, Rasakan Kedamaian.” disusun oleh KH Muhammad Faizin, sebelumnya sudah tanyang di NUOnline dengan judul yang samam pada Kamis, 11 September 2025. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik tautan diakhir artikel ini.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ.
أَمَّا بَعْدُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اِتَّقُوْ اللهَ، وَاعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ وَاجْتَنِبُوا الْمُنْكَرَاتِ وَاذْكُرُوا اللهَ فِي أَيَّامٍ مَعْلُوْمَتٍ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Mengawali khutbah ini, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya takwa, dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Salah satu bentuk ketakwaan yang sangat penting dalam kehidupan kita adalah menjaga lisan. Karena lisan kita bisa menjadi sumber pahala dan kedamaian, namun jika tidak dijaga dengan baik, maka bisa menyeret kita kepada dosa, permusuhan, bahkan neraka.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَــقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَـصمُـتْ
Artinya, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam,” (HR Bukhari).
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Mulut atau lisan kita merupakan anugerah besar dari Allah SWT. Dengan lisan, kita bisa berkomunikasi dengan baik, menyampaikan ilmu pengetahuan, menebar kebaikan, dan mempererat jalinan hubungan baik dengan orang lain. Namun, di balik itu, lisan juga bisa menjadi sumber keburukan jika tidak dijaga dengan baik. Dari lisan yang tak terkendali dapat muncul perselisihan, kebencian, bahkan permusuhan yang merusak tatanan hidup bermasyarakat.
Terkait dengan hal ini, kita sebagai umat Islam yang beriman hendaknya berhati-hati dalam berbicara. Kata-kata yang terucap harus dipastikan membawa manfaat, menebar kebaikan, dan membawa kemaslahatan. Jangan sampai ucapan kita menyakiti hati dan perasaan orang lain. Ucapan yang kasar, sinis, diksi yang tidak tepat, arogan, atau merendahkan, bisa melukai hati orang lain lebih dalam daripada tusukan pisau. Luka fisik bisa sembuh, tetapi luka hati akibat ucapan, sangat sulit dan lama untuk disembuhkan.
Keharusan menjaga lisan ini, berlaku bagi siapapun mulai dari masyarakat biasa hingga pejabat negara termasuk juga para penceramah agama. Setiap individu harus memastikan bahwa apa yang dikatakan dan disebarkan memberi manfaat dan maslahat serta tidak menyakiti hati orang lain. Termasuk tidak menimbulkan gejolak di Masyarakat dengan merasa paling benar dan suka menyalahkan orang lain.
Dalam Islam, menyakiti hati seorang Muslim dengan lisan termasuk perbuatan zalim. Allah SWT mengingatkan kita dalam QS. Al-Hujurat ayat 11 agar tidak saling menghina, karena hal itu dapat merusak persaudaraan. Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.”
Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Lisan yang tidak terkendali sering menjadi penyebab munculnya konflik. Fitnah, adu domba atau namimah. Kalimat bohong yang disebarkan lewat ucapan bisa membuat keluarga retak, pertemanan hancur, bahkan masyarakat terbelah.
Rasulullah SAW telah mengingatkan besarnya bahaya lisan yang tak dijaga terlebih suka mengadu domba. Rasulullah bersabda:
لا يَدْخُلُ الجَنَّةَ نَمَّامٌ
Artinya: “Tidak masuk surga pelaku namimah (pengadu domba),” (HR. Muslim).
Selanjutnya harus disadari bahwa kita bisa terjerumus ke neraka hanya karena satu kata yang diucapkannya tanpa dipikirkan dampaknya. Rasulullah telah mengingatkan:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
Artinya: “Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk keridhaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu Allah menaikkannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk kemurkaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam,” (HR Bukhari).
Oleh karena itu, Ma’asyiral muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah,
Marilah kita jaga lisan kita dan menggunakannya untuk kebaikan dengan cara yang baik. Menjaga lisan adalah kunci hidup damai. Ketika diri kita berkomitmen untuk berkata baik dan menahan diri dari perkataan buruk, maka lingkungan akan menjadi tenteram, hati orang lain akan merasa aman dan nyaman, dan hubungan sosial akan semakin harmonis.
Termasuk di era media sosial saat ini, menjaga lisan juga berarti menjaga jari-jemari saat membuat tulisan. Apa yang kita ketik, kita beri komentar, atau kita sebarkan di dunia maya sama nilainya dengan apa yang kita ucapkan di dunia nyata. Maka, prinsip “berkata baik atau diam saja” juga berlaku di ruang-ruang digital.
Semua yang dihasilkan lisan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Dengan menjaga lisan, kita bukan hanya menyelamatkan diri kita dari dosa, tetapi juga membawa ketenangan bagi orang-orang di sekitar kita. Hidup pun akan terasa lebih damai, aman, dan penuh keberkahan.
Dalam kitab Risalatul Mustarsyidin disebutkan sebuah doa agar lisan kita senantiasa digunakan untuk dzikir mengingat Allah. Doa tersebut adalah:
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ صَمْتِي فِكْراً وَنُطْقِي ذِكْراً
Artinya: “Wahai Allah, jadikanlah diamku berpikir, dan bicaraku berdzikir.”
Semoga kita semua mampu mengendalikan lisan dengan sebaik-baiknya, sehingga setiap ucapan kita menjadi jalan kebaikan di dunia dan tabungan amal di akhirat kelak. Amin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ.
أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
KH. Muhammad Faizin, Ketua PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung.
Materi Khutbah dalam bentuk PDF dapat di download dengan KLIK disini.