Khutbah Pertma
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ،
أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه
اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين،
أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ،
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ
Hadirin sidang jumat yang dimulyakan Allah SWT
Salah satu tugas khatib pada saat menyampaikan khutbahnya adalah menyampaikan wasiat bittaqwa kepada jamaah, agar umat Islam nilai ketaqwaannya selalu terjaga bahkan meningkat, oleh karena itu pada kesempatan ini ijinkan saya mengajak kepada diri saya sendiri dan jamaah sekalian agar meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Supaya kita menjadi manusia yang mulia di hadapan Allah SWT. Allah berfirman:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu (Al hujurat, 13)
Para ulama mendefinisikan taqwa dengan
امتثال اوامرالله عزوجل واجتناب نواهيه
Artinya melaksanakan segala perintah Allah SWT dan meninggalkan semua laranganNya.
Pertanyaannya adalah apakah kita sudah tahu apa saja perintah-perintah Allah dan laranganNya itu?
Jangan -jangan kita tidak tahu, sehingga melaksanakan ritual ibadah kita sehari-hari hanya berdasarkan asumsi atau mengikuti orang lain tanpa tahu maksud dan alasannya, tanpa tahu yang mana yang wajib dan yang sunnah.
Dalam kitab Matan Jubad Syeh Ibnu Ruslan mengatakan: wa kullu man bi ghairi ilmin ya’malu // a’maluhu mardudatun la tuqbalu. Setiap orang yang mengamalkan sesuatu tanpa ilmu/maka amalnya ditolak, tidak diterima.
Jamaah Jumat yang dimulyakan Allah SWT
Dari kenyataan diatas jelaslah bahwa untuk memahami ketaqwaan itu butuh pengetahuan agar kita tahu apa saja yang diperintahkan Allah SWT dan apa saja yang dilarangNya.
Bagaimana cara kita agar mengetahui semua itu? tentu harus belajar.
Kita semua meyakini bahwa sumber segala hukum dalam agama Islam itu adalah Al Qur’an dan Hadis, tapi untuk memahami Al Qur’an dan Al Hadis butuh ilmu-ilmu lain sebagai bahan agar kita tidak keliru dalam memahaminya, oleh karena itu kita butuh sosok guru yang mampu mengajarkan kita intisari dari Al Qur’an dan Al hadis tersebut.
Manusia yang paling paham isi Al Qur’an dan Al hadis adalah Rosulullah SAW, tapi tentu kita tidak mungkin saat ini bisa belajar langsung kepada Rosulullah karena beliau sudah wafat, tapi ada pewarisnya yaitu para ulama, para kiayi dan para ustadz yang ilmunya bersambung kepada Rosulullah SAW.
Hadirin Sidang Jumat yang dirahmati Allah
Walaupun Al Qur’an dan Al Hadis merupakan sumber hukum agama Islam, kita tidak boleh sembarangan dalam menafsirkannya, butuh ilmu-ilmu tertentu untuk memahaminya yang hanya bisa diperoleh melalui belajar kepada para pewaris Nabi SAW yakni para ulama.
Mari kita perhatikan perintah salat dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman:
وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ
Artinya: Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’ (Al Baqoroh, 43)
Bagaimana kita bisa mendirikan salat bila hanya memahami ayat tersebut secara lughowi? kemudian ayat tersebut disandingkan dengan sabda Rosulullah SAW
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ
Artinya: Salatlah kalian seperti salatku. (HR. Bukhori)
Walaupun Ayat Al Qur’an dan Hadis Rosulullah SAW tersebut kita disandingkan, untuk mempraktikan solat seperti Rosulullah SAW tentu tidak bisa kita laksanakan tanpa petunjuk dari sahabat Rosulullah SAW yang melihat langsung bagaimana salatnya Rosulullah SAW.
Setelah Rosulullah SAW wafat, para sahabat mengajarkan praktek salat tersebut kepada para tabiin, kemudian tabi tabiin, terus kepada murid-muridnya yang menjadi para ulama dan sampailah kepada kita
Jika ada permasalahan-permasalahan tertentu para ulama juga akan melakukan diskusi yang disebut ijma ulama, bahkan pada hukum-hukum tertentu kita juga bisa menggunakan qiyas.
Untuk mempermudah umat Islam dalam mempraktikan ibadah seperti yang Rosulullah SAW ajarkan kepada para sahabatnya, para ulama kita membuat kitab-kitab hukum syariat Islam yang jumlahnya ribuan, kemudian lahirlah istilah madzhab dan munculah fatwa ulama.
Misalnya fatwa dalam shalat, ada istilah rukun-rukun salat, syarat sah salat, sunah salat dan hal-hal yang membatalkan salat dan kita tinggal membacanya jika mampu.
Jika tidak mampu membacanya, ikutilah pengajian-pengajian yang diselenggarakan oleh para ulama dan ustadz, tapi ingat belajarnya harus langsung kepada guru yang sanad keilmuannya nyambung kepada Rosulullah SAW jangan hanya membaca dari buku-buku apalagi dari internet.
Hadirin sidang Jumat yang dimulyakan Allah
Terakhir khatib mengajak kepada diri khatib sendiri dan para jamaah sekalian untuk terus belajar agar pengetahuan kita tentang agama kita semakin hari semakin tinggi, kemudian kita praktikan agar ilmu-ilmu yang kita pelajari bermanfaat bagi kita di dunia dan di akhirat kelak
Semoga dengan memahami ajaran agama kita secara konprehensif, segala amaliah ibadah kita semakin bernilai karena dilaksanakan dengan dasar ilmu, sesuai “SOP” yang jelas sehingga ketaqwaan kita semakin hari semakin baik.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ,
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ,
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا،ـ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ
فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا،
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ،
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر
Disusun Oleh: KH. Agus Jamaludin, M.Pd, Ketua Lembaga Dakwan PCNU Kab. Tangerang