CIREBON | LIPUTAN9NEWS
Bursa calon Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mulai menghangat. Sejumlah pesantren dan tokoh Nahdliyin mulai mengajukan usulan nama, dan dua figur karismatik kini disebutkan paling kuat yaitu Prof Dr KH Said Aqil Siroj dan KH Asep Saifuddin Chalim.
Pengasuh Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon, KH Imam Jazuli, menyebut keduanya adalah sosok ulama kharismatik yang tidak hanya memiliki kedalaman ilmu, tetapi juga kapasitas kepemimpinan yang dibutuhkan NU di era modern.
Menurut Kiai Imam, kandidat pertama yakni Kiai Asep bukan sekadar seorang ulama terpandang, namun juga sosok visioner yang berhasil mentransformasi Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) menjadi organisasi guru yang mandiri, produktif, dan diperhitungkan di kancah nasional.
“Bahkan kabarnya periode kepengurusannya hari ini yang tanpa SK dari PBNU, meski demikian, di bawah kepemimpinannya, Pergunu tidak lagi hanya menjadi pelengkap, melainkan pilar penting dalam ekosistem pendidikan Nahdlatul Ulama (NU) dan Indonesia,” ujarnya.
Salah satu penekanan utama Kiai Asep, lanjut dia, sejak awal memimpin Pergunu adalah pentingnya kemandirian. Ia secara tegas menyatakan bahwa Pergunu dalam masa kepemimpinannya tidak akan terus bergantung pada PBNU, melainkan harus mampu menjadi organisasi yang menopang PBNU melalui program-program produktifnya.
Visi tersebut, menurut Kiai Imam, dapat diwujudkan melalui berbagai inisiatif strategi yang fokus pada penguatan sumber daya manusia (SDM) dan kemandirian finansial. Kiai Asep, yang juga dikenal sebagai “Kiai Miliarder” karena keberhasilannya mengelola pesantren dan berbagai unit usaha, juga sering membagikan kunci suksesnya tersebut kepada para kader Pergunu: keteguhan hati, kesabaran, keikhlasan, dan kerja keras.
“Selain itu, Kiai Asep memiliki keyakinan yang mendalam bahwa kader Pergunu harus tampil sebagai solusi atas berbagai masalah keumatan dan kebangsaan. Oleh karena itu, program-program kerja di bawah Arahnya sangat menekan pada peningkatan kompetensi guru NU,” ungkapnya.
Beberapa inisiatif kunci dan terobosan yang dilakukan Kiai Asep pada Pergunu, lanjut dia, meliputi: Satu, peningkatan Kualitas SDM, yaitu dengan menggalakkan pelatihan dan pendidikan berkelanjutan untuk mewujudkan sumber daya Pergunu yang mumpuni.
Kedua, aktif melakukan advokasi dan perlindungan, dengan memperkuat peran Pergunu dalam mengadvokasi hak-hak guru dan tenaga pendidik NU, memastikan kesejahteraan dan perlindungan profesi mereka.
Ketiga, membangun jaringan dan kolaborasi untuk memperluas jejaring Pergunu, baik dengan institusi pendidikan lain, pemerintah, maupun lembaga terkait, untuk membuka lebih banyak peluang bagi anggotanya.
“Di bawah kepemimpinan Kiai Asep, Pergunu nyatanya mengalami pertumbuhan signifikan, baik dari segi keanggotaan maupun jangkauan program. Pelantikan pengurus di berbagai wilayah dan daerah yang begitu semarak dengan program-program menjadi bukti nyata ekspansi organisasi ini,” kata Kiai Imam.
Keberhasilan Kiai Asep, lanjut dia, tidak hanya terlihat dari sisi organisasi, tetapi juga dari inspirasi yang ia berikan kepada para guru. Kiai Asep sering berbagi kisah hidupnya yang inspiratif, dari nol hingga mencapai kesuksesan, yang memotivasi ribuan guru NU untuk gigih dan ulet dalam menjalankan profesi mulia mereka.
Selanjutnya, kisah sukses Kiai Asep memimpin Pergunu , menurutnya, adalah tentang keberanian untuk bermimpi besar dan konsistensi dalam mewujudkannya. Dengan landasan kemandirian dan fokus pada peningkatan kualitas SDM, Pergunu di bawah kepemimpinannya siap menghadapi tantangan zaman dan terus berkontribusi nyata bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.
“Maka bermodalkan hal di atas ini, Kiai Asep tentu saja sangat layak menahkodai PBNU sebagai Rais Aam, apalagi pesatren Kiai Asep (PP Amanatul Umat) sangat besar dengan jumlah puluhan ribu santri,” terangnya.
Sementara kandidat kuat lainnya, kata Kiai Imam, adalah KH. Said Aqil Siroj, yang memiliki beberapa alasan potensial untuk menjadi Rais Aam PBNU, Kiai Said pernah memimpin PBNU sebagai Ketua Umum selama dua periode (2010-2021), serta memberikan pemahaman yang komprehensif pada struktur organisasi dan dinamika internal NU.
Kiai Said posisinya sebagai tokoh sentral NU selama bertahun-tahun membangun jaringan yang kuat di tingkat nasional maupun internasional. Kiai Said juga, lanjut Kiai Imam, memiliki latar belakang pendidikan tinggi (doktor dari Universitas Umm Al-Qura, Arab Saudi) dan keilmuan Islam yang luas.
“Lalu, selama kepemimpinannya, beliau dikenal memiliki terobosan dalam memajukan NU, antara lain fokus pada pengkaderan dan kemandirian finansial organisasi. Dan, yang paling penting adalah adanya dukungan Kiai sepuh. Sebab selama ini Kiai Said termasuk sering silaturahmi ke pengasuh pondok-pondok pesatren, terutama ke pengasuh kiai sepuh,” katanya.
Kiai Imam juga mengingatkan, biasanya keputusan Kiai Said untuk maju dalam kontestasi sebelumnya seringkali didasari oleh permintaan atau dukungan dari kiai-kiai sepuh dan pengurus wilayah.
“Penting juga mencatat bahwa pemilihan Rais Aam PBNU melibatkan mekanisme internal yang disebut Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa), di mana sembilan ulama sepuh yang terpilih akan bermusyawarah untuk menentukan Rais Aam,” pungkasnya.
























