• Latest
  • Trending
  • All
  • Politik
KH. Imaduddin Utsman Al Bantani, Pengasuh dan Pendiri Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum

Kitab Minhajunnassabin, NU dan Santri Bermasyrab Quburiyah

September 18, 2025
Penyarahan Beasiswa kerjasama YBM PLN dgn IA JATMAN utk Mahasiswa S2 dan S3 UNUSIA di PP Pasulukan Al-Masykuriyyah, Kamis (13/11/2025).

Gandeng YBM PLN, JATMAN Berikan Beasiswa Mahasiswa S2 dan S3 UNUSIA

November 13, 2025
Masjid

Khutbah Jumat: Fiqih Dakwah Era Digital di Masjid Jamik Al-Amin Bondowoso

November 13, 2025
Ahmadi Kadong

Ahmadi Madong Tegaskan Komitmen Kawal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Sosial

November 13, 2025
Imam Jazuli

Nasaruddin, Nusron, dan Zulfa, Masuk Radar Calon Kuat Muktamar NU Ke-35 Tahun 2026

November 12, 2025
Sulaiman-Djaya

Gerindra, Golkar dan Pengkhianatan Kebangsaan

November 12, 2025
Di-NU-NU-kan

PCNU Kabupaten Bekasi Siap Gelar Konfercab 2025 di Ponpes Siraajul Ummah

November 12, 2025
Pangdam V/Brawijaya Buka Seminar KEK Tembakau Dorong Ekonomi Madura Bangkit (Foto: Dok. KAMURA)

Pangdam V/Brawijaya Buka Seminar KEK Tembakau Dorong Ekonomi Madura Bangkit

November 12, 2025
JATMAN Serahkan Laporan Kagiatan Pelantikan dan Rakernas I kepada Kementerian Agama

JATMAN Serahkan Laporan Kagiatan Pelantikan dan Rakernas I kepada Kementerian Agama

November 12, 2025
Dua Perda Baru Jadi Langkah Nyata DPRD Bekasi Perkuat Pemerintahan dan Kepedulian Sosial

Dua Perda Baru Jadi Langkah Nyata DPRD Bekasi Perkuat Pemerintahan dan Kepedulian Sosial

November 12, 2025
KH. MH. Bahaudin atau Gus Baha

PWNU DKI: Penamaan Gedung Gus Dur itu Bukan Sekedar Plakat, Tapi Pengingat Nurani

November 12, 2025
  • Iklan
  • Kontak
  • Legalitas
  • Media Sembilan Nusantara
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Tentang
Thursday, November 13, 2025
  • Login
Liputan9 Sembilan
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
Liputan9 Sembilan
No Result
View All Result
Home Artikel Opini

Kitab Minhajunnassabin, NU dan Santri Bermasyrab Quburiyah

Oleh: KH. Imaduddin Utsman Al-Bantani

liputan9news by liputan9news
September 18, 2025
in Opini
A A
0
KH. Imaduddin Utsman Al Bantani, Pengasuh dan Pendiri Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum

KH. Imaduddin Utsman Al Bantani, Pengasuh dan Pendiri Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum/Foto: Liputan9news

511
SHARES
1.5k
VIEWS

BANTEN | LIPUTAN9NEWS
Standar santri yang menimba ilmu dari Lembaga bermasyrab quburiyah seperti beberapa Lembaga Pendidikan di Yaman, akan sulit mengungkap hal ndakik tentang skandal pemalsuan nasab seperti dalam kitab Minhajunnassabin, apalagi yang telah berjalan ratusan tahun seperti nasab Ba’alwi. Ia membutuhkan ilmu pesantren Nusantara yang fiqhiy, logis, mendalam, konprehensif, detail, dan penuh keberkahan.

Jika ia mau menggunakan ilmunya yang dulu pernah ia pelajari di pesantren Nusantara, mungkin ia bisa untuk menelusuri dan merangkai puzzle-puzle sejarah yang ditemukan sepotong-sepotong dalam berbagai macam sumber lalu mengurut historiografinya sedemikian rupa. tetapi jika standar ilmu masyrab quburiyah yang dikedepankan, yang setiap hari hanya membulak-balik kitab kumpulan doa ma’tsurah siang malam karya gurunya, ia akan terbentur doktrin jumud yang telah menghujam dalam jiwa tanpa terasa.

Doktrin jumud itu seperti ucapan masyrab quburiyah bahwa Syekh Khalil Ibrahim telah mensahihkan, Syekh Mahdi Roja’I telah menerima, Syekh Ibrahim bin Mansur, pemaslu nasab itu, telah mengakui, dan narasi lain yang semacamnya. Padahal ia tidak tahu landasan apa yang dijadikan dalil oleh mereka; Ia tidak faham alasan-alasan ilmiyah apa yang melatarbelakangi pendapatnya. Berbeda dengan perkataan kiai-kiai Nusantara ketika mengajarkan kitab-kitab mukhtashar dalam ilmu fiqih kepada santri junior: Imam Syafi’I berkata, Imam Nawawi mengucapkan, Imam Ibnu Hajar menyatakan dst, para kiai-kiai itu mengetahui dalil-dalil Al-Quran dan Hadits yang menjadi landasan hujjah para imam itu dari kitab-kitab muthowwalat (kitab-kitab besar).

Cara kita mengetahui apakah Syekh Khalil Ibrahim mempunyai dalil Ketika mensahihkan nasab Ba’alwi adalah dengan mencari kitabnya yang menjelaskan tentang itu. Jika Syekh Khalil Ibrahim belum mempunyai kitab yang membahas nasab Baalwi, maka para santri quburiyah bisa memintanya membuat kitab pembelaan terhadap nasab Ba’alwi itu. Nanti kita akan lihat, dalil apa yang dimilikinya Ketika ia mengatakan bahwa nasab Ba’alwi sahih. Jika ia mensahihkan tanpa dalil, atau dalilnya hanya syuhrah wal istifadlah, maka kita tolak. Karena para ulama fiqih tidak menerima syuhrah istifadlah yang bertentangan dengan dalil dan bukti yang kuat.

BeritaTerkait:

Rezim Soeharto, Pahlawan Nasional, dan Kebangkitan Ketiga NU

Ketua PBNU Dukung Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Gus Mus: Orang NU Ikut Dukung Tidak Ngerti Sejarah

BEM PTNU DIY Gelar Talkshow Spesial Hari Santri: Merawat Citra Menguak Realita Membangun Dialog Terbuka antara Pesantren dan Media

BEM PTNU SE-NUSANTARA Menggelar Aksi Lanjutan, Geruduk Kantor Trans7

Jika Syikh Khalil Ibrahim tidak mampu membuat kitab sanggahan terhadap kitab saya, santri masyrab quburiyah bisa memintanya untuk bersedia berdiskusi dengan saya tentang nasab Ba’alwi, sekalian didatangkan juga Syekh Ibrahim bin Mansur, sang pemlasu nasab itu, dan Syekh Mahdi Arroja’i. ketiganya boleh sekaligus berbaris membela nasab Ba’alwi yang batil itu lalu kita lihat dalil apa yang bisa mereka ungkapkan.

Sekali lagi, hal ndakik seperti itu, tidak bisa diselesaikan oleh standar pelajaran masyrab sufiyah quburiyah, tapi oleh standar ilmu Nusantara yang agung dan barokah. Terkadang santri yang kemudian belajar di luar negeri merasa ia pintar dari pelajaran yang ia terima di luar negeri, padahal ketika ia berangkat memang sudah berbekal ilmu dari kiai-kiainya di Nusantara. Kalau kita ingin mengetahui apakah Pendidikan luar negeri itu berkwalitas, maka kita kirim anak yang belum pernah belajar di pesantren Nusantara ke luar negeri lalu setelah beberapa tahun kita bandingkan dengan santri yang belajar di pesantren Nusantara yang belajar dalam jangka waktu yang sama. Kita lihat siapa di antara keduanya yang lebih menguasai ilmu nahwu, Sharaf, fikih dlsb.

Standar ilmu Islam Nusantara yang luhur, pondasinya ditancapkan dengan kokoh oleh Walisongo dan dilanjutkan dengan bertanggung jawab oleh generasi selanjutnya seperti Syekh Abdul Rauf Singkil, Syekh Abdul Qahhar Al-Bantani, Syekh Abdul Samad Al-Falimbani, Syekh Arsyad Al-Banjari, Sayyidu ‘ulama Hijaz Syekh Nawawi Al-Bantani, Syaikh Khalil al-Bankalani, Syaikh Mafudz At-Turmusi, Syaikh Hasyim Asy’ari dll. Standar ilmu Nusantara selanjutnya berpusat di pondok-pondok pesantren di seluruh peloksok Nusantara.

Ia kemudian secara lumintu mewarnai perjalanan peradaban Islam Nusantara dan berhasil membentuk karakter muslim Nusantara yang toleran, cinta tanah air: lebih mencintai tanah kelahirannya dibanding tempat di mana ia belajar sementara; Menjunjung tinggi kesataraan: tidak merasa tinggi juga tidak merasa ditakdirkan sebagai manusia rendah dari yang lain: tidak rela diperbudak disuruh mencuci pakaian teman hanya karena teman itu mengaku sebagai cucu Nabi, padahal palsu: ketika mendapat perlakuan yang menyakitkan hati ia berani melawan dan mengatakan semua orang berhak diperlakukan dengan hormat, seraya berkata “Jika kau tak menghormatiku, aku tidak akan menghormatimu, jika kau menyakitiku, aku akan membalas sesuai perbuatanmu”. Bukan seperti santri bermental budak, ketika ia mendapatkan perlakuan yang menyakitkan, ia malah berkata “Dia siapa, aku siapa. Dia cucu Nabi aku hanya orang hina”. Sungguh malang nasib manusia yang bermental demikian, padahal Allah telah memuliakan seluruh manusia sama di hadapan-Nya.

Santri Islam Nusantara memadukan antara fikih dan tasawwuf dengan seimbang; memahami tafsir bil ma’qul dan bil ma’tsur secara simultan; menjadikan hadits, ijma dan qiyas sebagai pegangan; kearifan local sebagai identitas kemuliaan; suka berziarah tetapi tidak menjadi quburiyah; menaburkan bunga di atas makam, tetapi tidak menghiasnya bagaikan kue ulang tahunan; Beradab dan berakhlak tetapi tetap menjaga hargadiri kemanusiaan; percaya kepada keramat tetapi mencampakan cerita khurafat; Bermarhaba untuk menterjemahkan cinta kepada Nabi yang mulia, tetapi tidak memelototkan mata, mengesankan bahwa ia sedang melihat sang dicinta, dengan gaya dan acting dusta.

Itulah karakter agung santri pesantren Islam Nusantara.

Pesantren Islam Nusantara, telah berhasil mencetak ulama-ulama rabbaniyah, yang memiliki ilmu secara syumuliyah, dari ilmu dasar, menengah sampai ilmu yang dimiliki oleh para imam mujtahid saja. Ulama-ulama di PBNU banyak yang telah mencapai tingkatan itu, tetapi anehnya, karena ada beberapa influencer masyrab quburiyah yang ada di sana, PBNU kadang bisa-bisanya mengundang tokoh luar negeri yang hanya bisa menulis kitab kumpulan do’a do’a ma’tsurat. Lalu ia berceramah dengan Bahasa Arab, di dampingi seorang penterjemah, nampak keren bagi orang awam, padahal isinya hanya kutipan kitab-kitab tasawuf yang biasa dipelajari di pesantren Nusantara kelas Ibtidaiyah. Tidak ada pemikiran-pemikiran baru yang progresif yang dapat merangsang dan menantang logika. Tidak selevel dengan pemikiran-pemikiran keislaman yang telah dicapai ulama-ulama NU baik yang masih ada maupun yang telah tiada yang telah menjadi khazanah intelektual Nahdlatul Ulama selama ini.

KH. Hasyim Asy’ari telah bicara tentang Mizanut Tamyiz Bisyawahidil Ahkam (neraca pembeda dalil-dalil hukum); K.H. Ahmad Shiddiq Jember sudah bicara tentang Al-Insaniyah (nilai-nilai kemanusiaan); KH. Sahal mahfudz sudah bicara tentang Fikih Sosial; Gusdur sudah bicara tentang Mahaliiyatul Islam (Pribumisasi Islam); KH. Maruf Amin sudah bicara tentang Al-Fikrah Al-Nahdliyyah (pemikiran ke-NU-an); K.H. Said Aqil Siraj sudah bicara tentang Peradaban Islam Nusantara; K.H. Afifuddin Muhajir sudah bicara tentang Fiqih Tata Negara; KH. Muqsit Gazali sudah bicara tentang Istinbath Maqasidi dst. Lalu influencer masyrab quburiyah yang menempel di PBNU mengundang penceramah dari luar negeri yang hanya bicara tentang zuhud dan wara yang telah dipelajari di bangku pesantren kelas ibtidaiyah.

Jika zuhud dan wara ukurannya adalah ibaroh, makai ibaroh-ibaroh Imam Gazali dalam Ihya yang dipelajari para santri Nusantara lebih indah; Jika zuhud dan wara ukurannya adalah amal, maka amal kiai-kiai kita di pesantren banyak yang lebih pantas dijadikan suri tauladan dalam zuhud dan wara. Kecuali jika ukurannya adalah medsos, maka tentu kiai-kiai kita akan kalah. Kiai-kiai kita umumnya tidak mempunyai akun medsos pribadi baik Facebook, Youtube atau yang lainnya; karakter kiai-kiai kita itu mirip dengan karakter para wali Allah yang kita baca dalam kitab-kitab tasawuf, mereka lebih memilih khumul (tidak popular) daripada dzuhur (popular), lebih memilih Allah daripada makhluk. Berbeda dengan wali-wali masyrab quburiyah, ia lihai bermain medsos, banyak memiliki akun pribadi, kegiatan ke-‘wali’an-nya setiap hari diupload dalam akun pribadinya itu; berbicara tinggi tentang zuhud dan wara, tentang keikhlasan dan tawakal, tetapi aktifnya ia di medsos sudah menjadi jawaban akan pertanyaan tentang apakah sesuai antara kata-kata dan perbuatan.

Kembali kepada Kitab Minhajunnassabin. Jika santri masyrab quburiyah, juga tokoh NUGL dari Malang, masih berminat membela nasab Ba’alwi maka silahkan membuat bantahan kitab Minhajunnassabin dengan menulis kitab juga. Jika tidak mampu berbahasa Arab, cukup dijawab dengan Bahasa Indonesia hal-hal sebagai berikut: pertama, apakah ada kitab nasab sebelum abad ke-9 H. yang menyebut Ahmad al-Abah mempunyai anak bernama Ubed. Datangkan kitabnya juz berapa halaman berapa. Kedua, apakah ada kitab sejarah sebelum abad ke -9 H. yang menyebut nama Faqih Muqoddam. Datangkan kitabnya juz berapa halaman berapa. Ketiga, Baalwi sekarang yang ada di Tarim benarkah ia Baalwi yang disebut dalam kitab Al-Suluk dan tunjukan dalil bahwa Jadid mempunyai adik bernama Alwi. Datangkan kitabnya juz berapa halaman berapa. Keempat, bawakan hasil tes DNA Ba’alwi yang berhaplogroup J1.

Jika tidak bisa menjawab tiga pertanyaan itu dan tidak bisa membawa hasil tes DNA mereka, lalu berdasar apa anda masih mempercayai mereka sebagai cucu Nabi Muhammad SAW? Apakah anda tidak takut menjadi bagian orang yang menyakiti Ahllibaet Nabi dengan memasukan orang yang bukan keturunan Ahlibaet menjadi bagian dari keturunan Ahlibaet? Jika anda menjawab berdasar husnuzon, maka saya katakan jangan menambah rasa malu dalam diri anda seperti dulu anda husnuzon tidak memakai sendal di negeri khurafat hanya untuk menghormati makam wali yang bisa mi’raj ke langit padahal makam itu tidak ada orangnya.

KH. Imaduddin Utsman Al Bantani, Pengasuh dan Pendiri Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum Kampung Cempaka, Desa Kresek, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

Tags: Ba'alwiKitabMinhajunnassabinNasab HabibNUPolemik NasabSantri
Share204Tweet128SendShare
liputan9news

liputan9news

Media Sembilan Nusantara Portal berita online yang religius, aktual, akurat, jujur, seimbang dan terpercaya

BeritaTerkait

Ilustrasi NU pada Pemilu 1971 (Foto: tangkapan layar jilid buku Reorientasi Politik NU pada Masa Orde Baru)
Opini

Rezim Soeharto, Pahlawan Nasional, dan Kebangkitan Ketiga NU

by liputan9news
November 7, 2025
0

JAKARTA | LIPUTAN9NEWS Pada 2015, ketika diundang di Cirebon untuk sebuah acara, saya berbicara bersama seorang kiai ternama di wilayah...

Read more
Ketua PBNU Dukung Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Gus Mus: Orang NU Ikut Dukung Tidak Ngerti Sejarah

Ketua PBNU Dukung Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Gus Mus: Orang NU Ikut Dukung Tidak Ngerti Sejarah

November 6, 2025
BEM PTNU DIY

BEM PTNU DIY Gelar Talkshow Spesial Hari Santri: Merawat Citra Menguak Realita Membangun Dialog Terbuka antara Pesantren dan Media

October 29, 2025
BEM PTNU SE-NUSANTARA Menggelar Aksi Lanjutan, Geruduk Kantor Trans7

BEM PTNU SE-NUSANTARA Menggelar Aksi Lanjutan, Geruduk Kantor Trans7

October 26, 2025
Load More

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Gus Yahya

PBNU Respon Rais Am JATMAN yang telah Demisioner dan Teken Sendirian Surat Perpanjangan Kepengurusan

November 26, 2024
Akhmad Said Asrori

Bentuk Badan Hukum Sendiri, PBNU: JATMAN Ingin Keluar Sebagai Banom NU

December 26, 2024
Jatman

Jatman Dibekukan Forum Mursyidin Indonesia (FMI) Dorong PBNU Segera Gelar Muktamar

November 22, 2024
Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

2468
KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

757
KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

141
Penyarahan Beasiswa kerjasama YBM PLN dgn IA JATMAN utk Mahasiswa S2 dan S3 UNUSIA di PP Pasulukan Al-Masykuriyyah, Kamis (13/11/2025).

Gandeng YBM PLN, JATMAN Berikan Beasiswa Mahasiswa S2 dan S3 UNUSIA

November 13, 2025
Masjid

Khutbah Jumat: Fiqih Dakwah Era Digital di Masjid Jamik Al-Amin Bondowoso

November 13, 2025
Ahmadi Kadong

Ahmadi Madong Tegaskan Komitmen Kawal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Sosial

November 13, 2025
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
  • Media Sembilan Nusantara

Copyright © 2024 Liputan9news.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Wisata-Travel
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Dunia Islam
    • Filantropi
    • Amaliah NU
    • Al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Muallaf
    • Sejarah
    • Ngaji Kitab
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Seputar Haji
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Pendidikan
    • Sejarah
    • Buku
    • Tokoh
    • Seni Budaya

Copyright © 2024 Liputan9news.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In