JAKARTA | LIPUTAN9NEWS
Di tengah panasnya kursi kepemimpinan PBNU, Mustasyar (Penasihat) PBNU, KH Said Aqil Siroj, turun gunung memberikan pandangan yang menyejukkan sekaligus menohok.
Dalam forum silaturahmi di Pesantren Tebuireng, Jombang, pada Sabtu (6/12/2025) lalu, Kiai Said mengusulkan langkah radikal, yakni konsesi tambang pemberian pemerintah sebaiknya dikembalikan saja.
Kiai Said mengakui, awalnya konsesi tambang itu dianggap sebagai bentuk “penghargaan” pemerintah dan peluang ekonomi.
Namun realita lapangan berkata lain, hadiah itu kini justru jadi sumber “huru-hara” internal.
“Konflik semakin melebar, dan itu membawa madharat (kerusakan) yang lebih besar daripada manfaatnya. Maka jalan terbaik adalah mengembalikannya,” ujar Kiai Said.
Ibarat dikasih hadiah mobil mewah tapi malah bikin sekeluarga berantem rebutan kunci dan pusing bayar pajak, mending mobilnya dibalikin saja biar rumah adem lagi.
Mantan Ketum PBNU dua periode ini merinci 5 bahaya besar jika NU nekat jadi “penambang”.
- Konflik Internal: Bikin pengurus saling sikut.
- Polarisasi Kader: Warga NU di bawah jadi terbelah.
- Citra Buruk: Muncul persepsi negatif di mata publik (Ormas agama kok ngeruk bumi?).
- Bisnis Berisiko: Organisasi bisa tergelincir ke ranah bisnis yang penuh intrik, melupakan tugas suci.
- Lupa Tugas Utama: Urusan Pendidikan, Dakwah, dan Kesehatan jadi terbengkalai gara-gara sibuk urus izin tambang.
Kiai Said mengingatkan kembali ke khittah (garis perjuangan) NU.
Pengasuh Ponpes Luhur Al-Tsaqafah itu menegaskan bahwa kemajuan warga Nahdliyin tidak ditentukan oleh seberapa banyak nikel atau batu bara yang digali.
“Keberkahan NU itu dari ketulusan, dari amanah, dari keilmuan. bukan dari proyek tambang,” terangnya mantap.
Menurutnya, NU lebih baik fokus mencetak manusia unggul lewat pesantren dan beasiswa daripada sibuk mengelola alat berat di lokasi tambang.
Kesimpulannya, usulan Kiai Said ini adalah “rem darurat”.
Beliau ingin menyelamatkan “Rumah Besar Umat” agar tidak berubah fungsi menjadi “PT Pertambangan Nahdlatul Ulama” yang penuh kegaduhan.
























