• Latest
  • Trending
  • All
  • Politik
Yusuf mars

Lonceng Demokrasi Itu Tersentak, Ketika Purnawirawan Mengetuk Nurani

June 11, 2025
BEM PTNU

BEM PTNU Terbitkan Seruan Terbuka, Minta Tindak Tegas Algoritma Tiktok Demi Keselamatan Generasi Bangsa

June 13, 2025
Masjid Ali-Iraq

Khutbah Jumat: Tetap Istiqamah Pasca Hari-hari Agung Dzulhijjah

June 13, 2025
Foto: Masjid Kinbaluh

Khutbah Jumat: Penyesalan Manusia di Akhirat

June 13, 2025
Polemik Tambang dan Kerusakan Alam, PNIB : Waspada Kepentingan Asing Mengeruk SDA dan Memecah Belah Bangsa

Polemik Tambang dan Kerusakan Alam, PNIB : Waspada Kepentingan Asing Mengeruk SDA dan Memecah Belah Bangsa

June 12, 2025
SPMB

KPK Sinyalir ada Potensi Korupsi saat Pelaksanaan SPMB 2025

June 12, 2025
Gus Fahrur

Komisaris PT Gag Nikel dari PBNU, Pemerintah tidak Cabut IUP Tambang Plat Merah

June 12, 2025
Aliansi Relawan Prabowo Gibran Akan Gelar Konsolidasi Akbar Agustus 2025, Bahas Capaian Keberhasilan dan Evaluasi Pemerintah

Aliansi Relawan Prabowo Gibran Akan Gelar Konsolidasi Akbar Agustus 2025, Bahas Capaian Keberhasilan dan Evaluasi Pemerintah

June 11, 2025
Sulaiman Djaya

Demokrasi di Era Digital

June 11, 2025
Menag Nasar

Menag Nasaruddin Lepas Pemulangan Kloter 01 Embarkasi Makassar

June 11, 2025
Kurban

Pelaksanaan Qurban di Ranting NU Teluk Pucung Berjalan Lancar

June 11, 2025
  • Iklan
  • Kontak
  • Legalitas
  • Media Sembilan Nusantara
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Tentang
Friday, June 13, 2025
  • Login
Liputan 9
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
Liputan 9
No Result
View All Result
Home Artikel Opini

Lonceng Demokrasi Itu Tersentak, Ketika Purnawirawan Mengetuk Nurani

Oleh: Yusuf Mars

liputan9news by liputan9news
June 11, 2025
in Opini
A A
0
Yusuf mars

Yusuf Mars, Founder & Editor In Chief Padasuka TV Youtube Channel/Foto: Liputan9news

565
SHARES
1.6k
VIEWS

Jakarta | LIPUTAN9NEWS

Sudah lebih dari enam bulan, Mas Wapres Gibran Rakabuming Raka menjalani tugasnya sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. Namun, angin di sekitar istana rupanya tak selamanya membawa kesejukan. Beberapa waktu lalu, sejumlah purnawirawan TNI—termasuk mantan Wakil Presiden Jenderal (Purn) Try Sutrisno—melangkah pelan namun pasti. Mereka tidak datang dengan senjata, melainkan membawa delapan butir kegelisahan. Salah satunya: usulan pemakzulan sang wakil presiden.

Sebagai warga biasa yang menyaksikan jalannya demokrasi dari pinggir layar, dan dari serpihan berita, saya bertanya-tanya: apa yang membuat para penjaga lama republik ini turun gunung? Apa yang mereka lihat dari kejauhan hingga merasa perlu datang dan mengetuk pintu kekuasaan, seperti hendak berbisik: “Ada yang tak semestinya di dalam.”

Secara hukum, usulan pemakzulan ini tentu bisa ditepis. Konstitusi kita mensyaratkan pelanggaran berat dan proses politik yang rumit untuk mencopot seorang wakil presiden. Tapi kegelisahan yang mencuat dari masyarakat—dan tampaknya juga dari para purnawirawan itu—bukan semata soal hukum. Ini tentang etika. Tentang rasa keadilan yang terasa tergelincir.

BeritaTerkait:

Demokrasi di Era Digital

Nama Try Sutrisno Disebut dalam Forum Purnawirawan, Letjen Kunto Arief Wibowo Dimutasi

Oponturir Kanan Dan Memori Indah Dwi Fungsi ABRI Dibalik Isu Pemakzulan Wapres

Gaya Arogansi Komunikasi Pejabat Publik: Tanda Kemunduran Demokrasi dan Hilangnya Kepercayaan Masyarakat

Saya pribadi tidak punya perkara dengan Mas Wapres. Ia muda, energik, dan mungkin sungguh ingin bekerja. Tapi ini bukan soal siapa dia, melainkan bagaimana ia sampai di sana.

Max Weber pernah mengingatkan bahwa kekuasaan yang sah tidak hanya ditentukan oleh prosedur hukum, tapi juga oleh legitimasi moral. Bila jalan menuju tampuk kekuasaan dipenuhi privilese keluarga, dibungkus tafsir hukum yang lentur, dan dilindungi oleh diamnya para elite, maka sekuat apapun payung legalitasnya, akan tetap ada ruang hampa dalam kepercayaan publik—seperti rumah megah yang dibangun di atas tanah yang retak.

Jika dibaca secara kasat mata, langkah para purnawirawan ini tampak bukan sebagai ekspresi ambisi politik. Mereka tidak membawa calon pengganti, tidak pula mendirikan partai. Mereka hanya datang—dengan gaya khas generasi sepuh—menyampaikan teguran secara sopan, tertib, tanpa gaduh.

Saya teringat pada teori sosiolog Italia, Vilfredo Pareto, tentang sirkulasi elite. Bahwa setiap zaman melahirkan elite baru dan memundurkan yang lama. Namun dalam situasi luar biasa—ketika elite baru mulai kehilangan arah—elite lama kadang perlu kembali bersuara. Bukan untuk merebut, melainkan untuk mengingatkan.

Mungkin mereka tidak ingin bangsa ini terus melaju seolah-olah semuanya baik-baik saja. Mungkin mereka datang bukan untuk mengganggu, melainkan untuk mengatur nafas dan ritme politik. Dan dalam demokrasi, kadang sebuah jeda dibutuhkan—bukan untuk menghambat laju, tetapi untuk menyelamatkan arah.

Tentu, kita sadar bahwa pemakzulan bukan perkara ringan. Konstitusi menjaga pintu itu dengan sangat ketat. Tapi usulan ini saya lihat bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai simbol. Sebuah isyarat bahwa demokrasi kita mungkin sedang “demam”, dan nadinya perlu “diperiksa”.

Antonio Gramsci pernah berkata, kekuasaan menjadi hegemonik ketika tak lagi ada yang berani menentangnya. Ketika ruang publik semakin sunyi, ketika narasi tunggal terus diulang dan dijadikan satu-satunya kebenaran, maka suara berbeda—betapapun kecilnya—menjadi sangat berharga. Suara para purnawirawan itu, menurut saya, ibarat lonceng kecil yang berdenting di tengah malam: tak membangunkan seluruh kota, tapi cukup untuk membuat kita membuka mata dan bertanya, “Benarkah semuanya baik-baik saja?”.

Michel Foucault juga pernah memperingatkan: kekuasaan modern tidak lagi menindas dengan kekerasan, tapi melalui produksi wacana. Ia membentuk apa yang boleh dikatakan, apa yang dianggap masuk akal, apa yang layak dipercaya. Ketika satu wacana mendominasi, perlahan pilihan kita menyempit, kebebasan menyusut, dan suara berbeda dianggap sebagai gangguan—bukan penyeimbang.

Saya tak tahu apakah surat para purnawirawan itu akan mengguncang tatanan politik atau tidak. Tapi saya percaya, dalam demokrasi, suara yang paling pelan kadang justru yang paling jujur. Dan ketika mereka yang pernah berdiri di garis depan republik kini datang menyampaikan peringatan, kita sebaiknya tidak buru-buru menuding, apalagi menutup telinga.

Sebab demokrasi tak pernah mati oleh satu keputusan besar. Ia memudar perlahan—saat keberanian untuk berbeda menghilang, saat suara minor disamakan dengan ancaman, dan saat jeda dianggap sebagai kelemahan.

Dalam momen seperti ini, saya teringat pada pemikiran Hannah Arendt—bahwa kejahatan terbesar dalam politik sering kali tidak lahir dari niat jahat, melainkan dari ketidakpedulian; dari kebiasaan membiarkan segalanya berjalan begitu saja, tanpa tanya, tanpa jeda. Socrates mengingatkan kita bahwa “hidup yang tidak diperiksa adalah hidup yang tidak layak dijalani.”

Di tengah dunia yang ramai dan cepat, barangkali yang kita butuhkan justru adalah keberanian untuk berhenti sejenak—untuk membuka pintu ketika ada yang mengetuk, dan mendengarkan.

Karena sejatinya, demokrasi bukan soal siapa yang menang, tapi siapa yang masih mau mendengar. Dan barangkali, sesekali, ia memang perlu disela—agar tidak tersesat dalam diam yang terlalu panjang.

Tentang Penulis: Yusuf Mars adalah Lulusan Magister Ilmu Komunukasi Politik Universitas Paramadina, Founder @PadasukaTV, Channel Youtube Sosial Politik dan Keagamaan. Pemerhati Komunikasi politik dan kebijakan publik

Tags: DemokrasiGibranNuraniPamkzulan GibranPoitikPurnawirawanTry Sutrisno
Share226Tweet141SendShare
liputan9news

liputan9news

Media Sembilan Nusantara Portal berita online yang religius, aktual, akurat, jujur, seimbang dan terpercaya

BeritaTerkait

Sulaiman Djaya
Opini

Demokrasi di Era Digital

by Sulaiman Djaya
June 11, 2025
0

Banten | LIPUTAN9NEWS Dalam bukunya yang bertajuk Democracy in the Digital Age itu, Anthony G. Wilhelm beberapa kali mengutip pandangan...

Read more
Tri Sitrisno

Nama Try Sutrisno Disebut dalam Forum Purnawirawan, Letjen Kunto Arief Wibowo Dimutasi

May 1, 2025
Mengenal Salafi-Wahabi, Wahbiyah, dan Neo-Khawarij

Oponturir Kanan Dan Memori Indah Dwi Fungsi ABRI Dibalik Isu Pemakzulan Wapres

May 1, 2025
Muhammad Faisal Dzulfahmi, Koordinator Wilayah BEM PTNU DIY

Gaya Arogansi Komunikasi Pejabat Publik: Tanda Kemunduran Demokrasi dan Hilangnya Kepercayaan Masyarakat

March 26, 2025
Load More

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Gus Yahya

PBNU Respon Rais Am JATMAN yang telah Demisioner dan Teken Sendirian Surat Perpanjangan Kepengurusan

November 26, 2024
Akhmad Said Asrori

Bentuk Badan Hukum Sendiri, PBNU: JATMAN Ingin Keluar Sebagai Banom NU

December 26, 2024
Jatman

Jatman Dibekukan Forum Mursyidin Indonesia (FMI) Dorong PBNU Segera Gelar Muktamar

November 22, 2024
Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

2397
KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

733
KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

140
BEM PTNU

BEM PTNU Terbitkan Seruan Terbuka, Minta Tindak Tegas Algoritma Tiktok Demi Keselamatan Generasi Bangsa

June 13, 2025
Masjid Ali-Iraq

Khutbah Jumat: Tetap Istiqamah Pasca Hari-hari Agung Dzulhijjah

June 13, 2025
Foto: Masjid Kinbaluh

Khutbah Jumat: Penyesalan Manusia di Akhirat

June 13, 2025
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
  • Media Sembilan Nusantara

Copyright © 2024 Liputan9news.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Wisata-Travel
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Dunia Islam
    • Filantropi
    • Amaliah NU
    • Al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Muallaf
    • Sejarah
    • Ngaji Kitab
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Seputar Haji
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Pendidikan
    • Sejarah
    • Buku
    • Tokoh
    • Seni Budaya

Copyright © 2024 Liputan9news.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In