• Latest
  • Trending
  • All
  • Politik
Sulaiman Djaya

Me-Reset Indonesia dan Mencegah Langgengnya Kleptokrasi

August 25, 2025
Petani Budidaya Sarang Walet Minta Presiden Perbaharui Protokol Perdagangan Bilateral, Lebih Adil dan Kesepahaman Bersama 

Petani Budidaya Sarang Walet Minta Presiden Perbaharui Protokol Perdagangan Bilateral, Lebih Adil dan Kesepahaman Bersama 

August 27, 2025
Budi Prasetyo, Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) (Foto: Taufik/detikcom).

Setelah Dicekal, Hari ini KPK Periksa Gus Alex dalam Kasus Dugaan Korupsi Kuota Haji

August 26, 2025
Universitas Indonesia (Foto: Tripadvisor.com)

Undang Ilmuan Zionis, Apakah Indikasi UI Pro Israel? Ini Penjelasannya!

August 25, 2025
IKAL Agum Gumelar

Munas IKAL Lemhannas Ditunda, Agum Gumelar Masih Ketua Umum yang sah

August 25, 2025
Haji Lilur

BALAD Grup Sedang Mengkreasi Suplai 1 Milyar Ekor BBL di Indonesia Pertahun

August 25, 2025
Silfester Matutina, Ketua Umum Solidaritas Merah Putih (Solmet),

Immanuel Ebenezer di OTT KPK Memeras Tenaga Kerja, Silfester: Saya tidak Kaget, Kerjanya dari Dulu Diduga Memeras dan Fitnah

August 24, 2025
Gelar Kirab Merah Putih di Jombang, PNIB Suarakan Perlawanan Terhadap Korupsi

Gelar Kirab Merah Putih di Jombang, PNIB Suarakan Perlawanan Terhadap Korupsi

August 24, 2025
Dua Tahun Mengendap, Kasus Pencabulan Anak di Bekasi Tak Kunjung Tuntas

Dua Tahun Mengendap, Kasus Pencabulan Anak di Bekasi Tak Kunjung Tuntas

August 24, 2025
Habib Salim Bin Jindan, Pimpinan Majelis Ta’lim Habib Salim bin Ahmad bin Jindan (Foto: Dok.HSJ)

Jadikan Mimbar Khutbah Sebagai Media Dakwah Antikorupsi

August 24, 2025
Zakky Mubarok

Khalifah dan Hamba

August 22, 2025
  • Iklan
  • Kontak
  • Legalitas
  • Media Sembilan Nusantara
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Tentang
Wednesday, August 27, 2025
  • Login
Liputan 9
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Wisata-Travel
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Dunia Islam
    • Al-Qur’an
    • Ngaji Kitab
    • Muallaf
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Filantropi
    • Seputar Haji
    • Amaliah NU
    • Tasawuf
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Sejarah
    • Buku
    • Pendidikan
    • Seni Budaya
No Result
View All Result
Liputan 9
No Result
View All Result
Home Artikel Opini

Me-Reset Indonesia dan Mencegah Langgengnya Kleptokrasi

Oleh: Sulaiman Djaya

Sulaiman Djaya by Sulaiman Djaya
August 25, 2025
in Opini
A A
0
Sulaiman Djaya

Sulaiman Djaya, Budayawan

494
SHARES
1.4k
VIEWS

BANTEN | LIPUTAN9NEWS

Mencermati dengan seksama realitas sistem dan mekanisme politik Indonesia yang menyuburkan praktik korupsi, jaringan mafia (kartel para pencuri), politik transaksional jangka pendek yang mengorbankan kedaulatan jangka panjang, Indonesia memang perlu di-reset dan di-restart. Jika sebuah Negara telah menjelma kleptokrasi, organisasi dan birokrasi para pencuri yang bekerja-sama dengan korporasi, maka revolusi rakyat adalah keharusan untuk meruntuhkan rezim tersebut. Revolusi rakyat adalah hukum dan mekanisme sejarah agar Negara tidak menjadi alat yang menindas dan memeras rakyat, semisal melalui ragam pajak justru ketika para elit menikmati kenaikan gaji dan anggaran Negara dari pajak rakyat yang hidup susah.

Namun, sebelum bicara tentang keharusan revolusi rakyat untuk menumbangkan kleptokrasi, perlu dipaparkan definisi dan ciri-ciri kleptokrasi itu sendiri. Secara umum, kleptokrasi atau pemerintahan oleh para pencuri, dicirikan oleh korupsi sistematis dan penyalahgunaan kekuasaan untuk memperkaya diri sendiri atau kelompok tertentu. Ciri-cirinya meliputi korupsi tinggi di kalangan pejabat (pemegang kebijakan), penyalahgunaan dana negara, penegakan hukum yang lemah, dan kurangnya akuntabilitas publik:

  1. Korupsi sistematis: Korupsi bukan lagi kasus individu, tetapi menjadi budaya yang mengakar dalam birokrasi dan pemerintahan.
  2. Penyalahgunaan kekuasaan: Pejabat acapkali menggunakan jabatan mereka untuk kepentingan pribadi, bukan untuk kepentingan publik atau tujuan kesejahteraan bersama.
  3. Penyalahgunaan dana negara: Dana publik seringkali dialihkan untuk memperkaya diri sendiri atau kelompok tertentu, semisal melalui proyek-proyek yang tidak transparan dan korup.
  4. Penegakan hukum yang lemah: Hukum dan lembaga penegak hukum tidak berfungsi dengan baik bahkan malah menjadi alat elit, sehingga korupsi sulit diberantas.
  5. Kurangnya akuntabilitas: Pejabat tidak merasa bertanggung jawab atas tindakan mereka dan tidak ada mekanisme yang efektif untuk meminta pertanggungjawaban mereka. Inilah yang terjadi di Indonesia.
  6. Pengawasan publik yang lemah: Masyarakat kurang memiliki kontrol terhadap kinerja pejabat publik dan kurang mampu meminta pertanggungjawaban. Karena itu diperlukan gerakan komunitas-komunitas atau kelompok-kelompok sipil yang tercerahkan untuk melakukan pendidikan dan pencerahan politik kepada masyarakat.
  7. Perlindungan hukum bagi pelaku korupsi: Undang-undang dan kebijakan malah dibuat untuk melindungi kepentingan para kleptokrat, bukan untuk memberantas korupsi.
  8. Pelemahan lembaga anti-korupsi: Lembaga-lembaga yang seharusnya memberantas korupsi dilemahkan hingga disingkirkan.

Dampak buruk kleptokrasi tentu saja memperburuk kesenjangan sosial karena sumber daya negara dikuasai oleh segelintir orang dan tidak dimaksudkan untuk tujuan kesejahteraan rakyat. Karena itu, perlawanan rakyat Pati adalah perlawanan yang sangat patut untuk dihargai dan diapresiasi, bahkan harus diperluas ke seluruh Indonesia.

BeritaTerkait:

Immanuel Ebenezer di OTT KPK Memeras Tenaga Kerja, Silfester: Saya tidak Kaget, Kerjanya dari Dulu Diduga Memeras dan Fitnah

Gelar Kirab Merah Putih di Jombang, PNIB Suarakan Perlawanan Terhadap Korupsi

Jadikan Mimbar Khutbah Sebagai Media Dakwah Antikorupsi

Dukungan NU Terhadap Pemberantasan Korupsi

Bila kita bercermin pada sejarah, revolusi rakyat lebih sering disulut oleh ketimpangan-kesenjangan (ketidaksetaraan) ekonomi, seperti elit yang hidup mewah berbanding terbalik dengan rakyat banyak yang tercekik kebijakan para penguasa dan pengambil kebijakan. Revolusi Perancis contohnya. Begitu pun Revolusi Islam Iran 1979 mendapatkan momentum embrio gerakannya menjadi membesar karena kondisi kemiskinan rakyat Iran di bawah rezim Shah Pahlevi yang korup dan merayakan ulang-tahun imperium Persia yang megah serta mengundang banyak para pemimpin Barat, sementara banyak rakyat Iran yang terpuruk.

Korupsi membuat rakyat kehilangan kepercayaan kepada rezim pemerintah, sementara pajak yang memberatkan rakyat yang belum mendapatkan kesempatan hidup layak hanya akan memantik kemarahan mereka. Kekompakan rakyat Pati beberapa hari lalu hanya-lah salah-satu contohnya.

Banyak orang Indonesia sudah mendapatkan informasi-informasi yang objektif terkait kebijakan-kebijakan rezim, meski rezim acapkali berusaha tidak transparan. Diantara kebijakan yang paradoks itu adalah ketika rezim menaikkan gaji para elit dengan berlipat-lipat ditambah tunjangan dan lainnya, namun di saat yang sama, rakyat justru dihajar pajak yang memberatkan mereka di saat mereka hidup susah. Jelaslah sekarang ini, yang justru berbahaya adalah ketika rezim yang mengaku demokratis justru sesungguhnya kleptokrasi.

Terkait revolusi Perancis, penyulutnya adalah kombinasi faktor sosial, ekonomi, dan politik yang kompleks, yang memuncak pada pemberontakan rakyat terhadap rezim monarki absolut. Secara sosial-politik, masyarakat Perancis di masa itu terbagi dalam tiga golongan (estates), dengan kaum bangsawan dan pendeta (estate pertama dan kedua) menikmati hak istimewa dan kekayaan berlimpah, sementara mayoritas rakyat (estate ketiga), termasuk para petani, hidup dalam kemiskinan dan beban pajak yang berat yang ditimpakkan oleh rezim korup yang berfoya-foya (hedonis). Keadaan tersebut diperparah dengan gagal panen, kenaikan harga pangan, dan utang negara yang menumpuk akibat perang dan gaya hidup mewah di istana, hingga menyebabkan kelaparan dan penderitaan rakyat.

Di Indonesia pun paradoksnya sama, dengan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan Kabinet Merah Putih, menyasar pajak ke rakyat, sementara presiden, wakil presiden, para menteri, anggota DPR-MPR, para elit dan oligarki tidak bayar pajak.

Republik Indonesia ini harus di-reset di re-start: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dibubarkan saja dan lalu diganti dengan Front Nasional yang di dalamnya mencakup representasi perwakilan dari masyarakat adat, agamawan, ilmuwan, pendidik, teknokrat, seniman-budayawan-sastrawan dan yang lainnya. Partai politik (parpol) tidak perlu terlalu banyak, cukup maksimal tiga partai saja.

Kembali kepada pembahasan kleptokrasi, bahaya kleptokrasi di Indonesia tentulah amat sangat merusak, karena diantaranya: melambatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan, menurunkan kepercayaan publik terhadap pemerintah dan institusi negara, melemahkan demokrasi partisipatoris melalui politik uang yang gila-gilaan, dan tentu juga merebaknya plutokrasi (kekuasaan modal), serta menggerogoti kedaulatan rakyat karena institusi disalahgunakan untuk keuntungan pribadi para elit yang merupakan para pencuri. Bila kita absen dan kita daftar secara rinci, berikut sejumlah bahaya kleptokrasi:

[1] Dampak Merusak dalam Bidang Ekonomi

Melambatnya Pertumbuhan Ekonomi: Dana publik yang seharusnya untuk pembangunan jangka panjang demi mencapai kesejahteraan bersama malah dialihkan untuk kepentingan pribadi, sehingga menghambat investasi dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Meningkatkan Kemiskinan dan Ketimpangan: Sudah tentu yang akan menjadi korban kleptokrasi adalah masyarakat luas, terutama kalangan miskin yang kesulitan mengakses layanan dasar karena ekonomi berbiaya tinggi akibat korupsi yang gila-gilaan.

Korupsi Merusak Investasi: Kleptokrasi menciptakan iklim yang tidak kondusif bagi investasi, baik domestik maupun asing, karena ketidakpastian dan praktik bisnis yang tidak sehat.

[2] Dampak Merusak dalam Bidang Sosial dan Politik

Menurunnya Kepercayaan Publik: Masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap pemerintah dan institusi Negara, seperti kepolisian, kehakiman, DPR, pengadilan, kejaksaan, dan yang lainnya, karena melihat mereka disalahgunakan untuk keuntungan pribadi elit.

Melemahnya Demokrasi: Kleptokrasi membiarkan politisi bergantung pada sponsor korporasi yang kemudian menuntut imbalan berupa kebijakan atau proyek, menciptakan plutokrasi di mana modal mengendalikan kekuasaan dan menghancurkan kedaulatan rakyat. Bahkan hal ini telah juga terjadi di tingkatan provinsi dan daerah setingkat kabupaten/kota di Indonesia.

Menciptakan Lingkaran Setan Oligarki: Terjadi penguatan hubungan antara elit politik (semisal dari parpol atau korporat) dan ekonomi yang saling menguntungkan, sementara akuntabilitas publik melemah dan institusi penegak hukum dikompromikan.

[3] Dampak Merusak Secara Kelembagaan atau Institusional

Melemahnya Institusi Penegak Hukum: Institusi yang seharusnya menjadi benteng pemberantasan korupsi justru dilemahkan dan dikompromikan secara transaksional, sehingga praktik kleptokrasi tidak terhambat secara signifikan.

Eksploitasi Sumber Daya Negara: Elit politik dan pelaku ekonomi secara sistematis mengeksploitasi sumber daya strategis negara seperti pertambangan, energi, dan infrastruktur untuk keuntungan pribadi dan dikorupsi secara gila-gilaan. Inilah yang terjadi di Indonesia sejak Orde Baru hingga saat ini.

Dan tidak ketinggalan, untuk me-rest dan me-re-start Indonesia ini, reformasi hukum dan pengadilan serta pemberlakuan hukuman mati untuk para koruptor wajib diterapkan, dengan demikian Garuda dan Indonesia yang sakit karena digerogoti tikus-tikus koruptor, akan pulih dan sembuh, dan akhirnya akan sanggup melangkah dengan tegak dan percaya diri menyongsong masa depan.

Sulaiman Djaya, penyair

Tags: KleptokrasiKorupsiSulaiman Djaya
Share198Tweet124SendShare
Sulaiman Djaya

Sulaiman Djaya

Sulaiman Djaya, lahir di Serang, Banten. Menulis esai dan fiksi. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di Koran Tempo, Majalah Sastra Horison, Indo Pos, Pikiran Rakyat, Media Indonesia, Majalah TRUST, Majalah AND, Majalah Sastra Kandaga Kantor Bahasa Banten, Rakyat Sumbar, Majalah Sastra Pusat, Jurnal Sajak, Tabloid Kaibon, Radar Banten, Kabar Banten, Banten Raya, Tangsel Pos, Majalah Banten Muda, Tabloid Cikal, Tabloid Ruang Rekonstruksi, Harian Siantar, Change Magazine, Banten Pos, Banten News, basabasi.co, biem.co, buruan.co, Dakwah NU, Satelit News, simalaba, dan lain-lain. Buku puisi tunggalnya Mazmur Musim Sunyi diterbitkan oleh Kubah Budaya pada tahun 2013. Esai dan puisinya tergabung dalam beberapa Antologi, yakni Memasak Nasi Goreng Tanpa Nasi (Antologi Esai Pemenang Sayembara Kritik Sastra DKJ 2013), Antologi Puisi Indonesia-Malaysia, Berjalan ke Utara (Antologi Puisi Mengenang Wan Anwar), Tuah Tara No Ate (Antologi Cerpen dan Puisi Temu Sastra IV di Ternate, Maluku Utara Tahun 2011), Sauk Seloko (Bunga Rampai Puisi Pertemuan Penyair Nusantara VI di Jambi Tahun 2012)), Kota, Kata, Kita: 44 Karya Para Pemenang Lomba Cipta Cerpen dan Puisi 2019, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta dan Yayasan Hari Puisi, Antologi Puisi ‘NUN’ Yayasan Hari Puisi Indonesia 2015, dan lain-lain.

BeritaTerkait

Silfester Matutina, Ketua Umum Solidaritas Merah Putih (Solmet),
Nasional

Immanuel Ebenezer di OTT KPK Memeras Tenaga Kerja, Silfester: Saya tidak Kaget, Kerjanya dari Dulu Diduga Memeras dan Fitnah

by liputan9news
August 24, 2025
0

JAKARTA | LIPUTAN9NEWS Ketua Umum Solidaritas Merah Putih (Solmet), Silfester Matutina menyesalkan  pernyataan Ketua Umum Jokowi Mania (Joman), Mantan Wakil...

Read more
Gelar Kirab Merah Putih di Jombang, PNIB Suarakan Perlawanan Terhadap Korupsi

Gelar Kirab Merah Putih di Jombang, PNIB Suarakan Perlawanan Terhadap Korupsi

August 24, 2025
Habib Salim Bin Jindan, Pimpinan Majelis Ta’lim Habib Salim bin Ahmad bin Jindan (Foto: Dok.HSJ)

Jadikan Mimbar Khutbah Sebagai Media Dakwah Antikorupsi

August 24, 2025
Kemenag RI

Dukungan NU Terhadap Pemberantasan Korupsi

August 21, 2025
Load More

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Gus Yahya

PBNU Respon Rais Am JATMAN yang telah Demisioner dan Teken Sendirian Surat Perpanjangan Kepengurusan

November 26, 2024
Akhmad Said Asrori

Bentuk Badan Hukum Sendiri, PBNU: JATMAN Ingin Keluar Sebagai Banom NU

December 26, 2024
Jatman

Jatman Dibekukan Forum Mursyidin Indonesia (FMI) Dorong PBNU Segera Gelar Muktamar

November 22, 2024
Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

Al-Qur’an Surat Yasih Arab-Latin dan Terjemahnya

2429
KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

KBRI Tunis Gelar Forum Peningkatan Ekspor dan Investasi di Sousse, Tunisia

742
KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

KA Turangga vs KA Commuter Line Bandung Raya Tabrakan, Apa Penyebabnya?

140
Petani Budidaya Sarang Walet Minta Presiden Perbaharui Protokol Perdagangan Bilateral, Lebih Adil dan Kesepahaman Bersama 

Petani Budidaya Sarang Walet Minta Presiden Perbaharui Protokol Perdagangan Bilateral, Lebih Adil dan Kesepahaman Bersama 

August 27, 2025
Budi Prasetyo, Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) (Foto: Taufik/detikcom).

Setelah Dicekal, Hari ini KPK Periksa Gus Alex dalam Kasus Dugaan Korupsi Kuota Haji

August 26, 2025
Universitas Indonesia (Foto: Tripadvisor.com)

Undang Ilmuan Zionis, Apakah Indikasi UI Pro Israel? Ini Penjelasannya!

August 25, 2025
  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
  • Media Sembilan Nusantara

Copyright © 2024 Liputan9news.

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Daerah
    • Nasional
    • Internasional
  • Artikel
    • Opini
    • Resensi
    • Download
  • Ekonomi
    • Wisata-Travel
    • Bisnis
    • Karir
    • UMKM
    • Lowongan Kerja
  • Politik
    • Pilkada
    • Pilpres
  • Kesehatan
  • Dunia Islam
    • Filantropi
    • Amaliah NU
    • Al-Qur’an
    • Tasawuf
    • Muallaf
    • Sejarah
    • Ngaji Kitab
    • Khutbah
    • Tanya-Jawab
    • Ramadan
    • Seputar Haji
    • Syiar Islam
  • Lainnya
    • Agenda
    • Pendidikan
    • Sejarah
    • Buku
    • Tokoh
    • Seni Budaya

Copyright © 2024 Liputan9news.

Welcome Back!

OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In