LIPUTAN9.ID – Apa itu persahabatan? Kata Aristoteles, “a single soul dwelling in two bodies”. Keterikatan jiwa dalam dua tubuh. Satu sama lain saling terikat dan berdampak. Jika berpijak pada teori jiwa aristoteles ini maka model persahabatan itu terbagi menjadi tiga:
Pertama, persahabatan yang selalu terikat dengan jiwa yang dimotif oleh anima intelectiva. Semacam kemauan dan keinginan yang berpijak pada kebijaksanaan berpikir. Model persahabatan ini akan selalu menampilkan perilaku saling menebar makna positif, saling memahami dan saling mendukung kepada kebaikan serta kebenaran.
Kedua, persahabatan yang hanya terikat pada jiwa yang dimotif oleh anima vegetative. Semacam kemampuan makan, minum dan berkembang biak. Model persahabatan ini akan menampilkan perilaku saling memanfaatkan demi memenuhi tuntutan-tuntutan kepentingan pribadi satu sama lainnya. Tuntutan yang didasarkan kepada pemenuhan syahwat perut dan dibawah perut. Setelah terpenuhi tuntutannya maka hilang atau pudarlah kekuatan persahabatan.
Ketiga, persahabatan yang hanya terikat pada jiwa yang dimotif oleh anima sensitiva. Semacam jiwa hewani, selain memiliki kemampuan makan, minum dan berkembang biak juga selalu dikendalikan oleh nafsu yang liar dan serakah. Model persahabatan ini selalu menampilkan perilaku saling mendominasi, saling menindas, saling menguasai, saling menjatuhkan, dan bahkan saling membunuh.
Jika persahabatan hanya didominasi oleh dua motif terakhir maka tampilan-tampilan yang muncul dalam kehidupan sosial adalah permusuhan, kebencian, fitnah, penderitaan dan bahkan pembunuhan mengerikan antar manusia. Jauh dari nilai-nilai keselamatan dan saling memberi kedamaian.
Samuel Taylor Coleridge, seorang filosof kebangsaan Inggris telah mengambarkan makna sebuah persahabatan yang diibaratkan seperti pohon pelindung. Satu sama lain saling melindungi dengan perasaan kasih sayang dan empati.
Persahabatan seperti inilah yang telah disebutkan baginda Nabi Muhammad SAW, bahwa:
“الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ، يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا”
“Orang mukmin (terhadap mukmin lainnya) bagaikan satu bangunan, satu sama lainnya saling kuat-menguatkan.”
Larangan dalam menjalin persahabatan telah di sabdakan oleh baginda Nabi Muhammad SAW, bahwa:
“الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ”
“Orang muslim itu adalah saudara muslim lainnya, ia tidak boleh berbuat aniaya terhadapnya dan tidak boleh pula menjerumuskannya.”
” لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ
“Janganlah kalian saling membenci, janganlah saling mendengki dan janganlah kalian saling membelakangi dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, dan tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga malam.”
Hebatnya nilai ajaran Islam yang telah dicontohkan oleh baginda Rasululloh dalam menjalin persahabatan. Harus dibangun atas dasar kasih sayang, kecintaan, saling melindungi, saling membantu dan saling menyelamatkan. Dilarang keras untuk membudayakan tradisi saling membenci, saling mendengki, saling membelakangi, saling memfitnah, saling mendholimi dan menjerumuskan dalam menjalin persahabatan.
Seorang pujangga Inggris, William Shakespeare menyebutkan bahwa seorang teman dalam persahabatan, ia yang mengenal kamu apa adanya, mengerti di mana kamu berada, menerima apa yang kamu pilih, dan dengan rangkulan lembut membiarkanmu terus berkembang secara positif.
Persahabatan adalah cermin kehidupan seseorang. Satu sisi, hidupnya dibuat oleh dirinya sendiri. Sisi yang lain, hidupnya dibangun oleh teman-teman terpilihnya. Karenanya, satu sama lain saling terikat memberikan warna. Tak ada yang merasa lebih hebat dan paling benar. Kata Anais Nin, seorang penulis novel kebangsaan Prancis, bahwa setiap teman akan mewakili dunia seseorang. Setiap pertemuan dalam persahabatan akan melahirkan dunia baru. Dunia baru, tempat bertumbuhkembang antar sesama teman ke arah kebijaksanaan, kebenaran, kebaikan, kedamaian dan kebahagiaan.
Woodrow Wilson, pendiri liga bangsa-bangsa sangat menyakini bahwa makna terbaik dalam persahabatan merupakan perekat menyatukan dunia. Perselisihan atau perpecahan yang disebabkan oleh nafsu saling ingin menguasai dan serakah merupakan pencerai berai keutuhan dunia dimanapun berada.
Lucius Annaeus Seneca, seorang filsuf Stoik telah melukiskan bahwa makna persahabatan ibarat cermin indah antar teman. Didalamnya memanantulkan pribadi-pribadi saling memahami dan dipahami. Pantulan dari limpahan cinta kasih dalam persahabatan merupakan perasaan yang bisa mengalihkan segala kekurangan seorang teman dengan pandangan kesempurnaan. Oleh karena itu, cinta kasih harus selalu tumbuh dalam setiap persahabatan ibarat bunga yang indah. Agar seseorang tetap melihat keindahannya, biarkan bunga itu selalu tumbuh. Kata Jhon Lenon dalam liriknya, “love is a flower, you’ve got to let it grow”.
Dalam persahabatan hilangkan duri-duri prasangka negatif. Sebab ia perecah keutuhan. Saat prasangka itu muncul, kelebihan seorang teman menjadi kekurangan dan komunikasi antartemanpun banyak kepalsuan. Pransangka negatif dalam persahabatan dapat merusak keindahan masa lalu, merusak kegemilangan bersama di masa depan dan memandulkan produktifitas untuk berubah maju di masa kini.
Maya Angelou, seorang seniman Afrika menyebutkan, “Prasangka adalah kejahatan terberat dalam kumpulan suatu masyarakat, karena ia sangat terselubung yang tidak bisa dibaca dalam terang. Prasangka bisa membunuh siapapun termasuk orang-orang yang tidak bersalah. Prasangka bukan hanya masalah dalam persahabatan. Tetapi ia merupakan kejahatan terburuk.
Akhirnya, semoga setiap proses perjalanan berbangsa dan bermasyarakat di ruang manapun semakin mendatangkan keberkahan dengan selalu menanamkan makna terbaik dari nilai-nilai persahabatan. Nilai-nilai persahabatan yang terbangun semakin indah dan bermakna. Dan dari pertemuan ke pertemuan merupakan takdir yang patut disyukuri dengan pelbagai keindahan perilaku.
Keindahan perilaku yang sesuai dengan kehendak Tuhan yang telah mempertemukan diantara manusia untuk saling mengenal, menebar kasih sayang, kebahagiaan, keselamatan dan kedamaian. Sebuah refleksi dari perjalanan raker Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati di Pantai Pangandaran untuk sama-sama meningkatkan indeks kebahagiaan dalam kehidupan.
Dr. H. Dudy Imanuddin Effendi, M.Ag, Wakil Dekan 1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung.