Jakarta | LIPUTAN9NEWS
Setelah melaksanakan puasa Ramadhan sebulan penuh, kita perlu menghidupkan nuansa bulan suci itu dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa kegiatan di bulan Ramadhan yang sangat penting, antara lain (1) melaksanakan ibadah puasa, (2) melaksanakan shalat malam (tarawih), (3) bertadarus dan mendalami al-Qur’an, (4) memperbanyak sedekah, (5) rajin menjalin silaturrahim, (6) membiasakan bangun di waktu sahur, (7) melaksanakan zakat fitrah sebagai pensucian diri.
Setelah kita berlebaran dan memasuki bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya, kita harus melestarikan ibadah puasa, berupa puasa sunnah, yaitu puasa hari Senin dan Kamis, puasa Ayyamul Bidh atau puasa tiga hari setiap bulan, afdhalnya tanggal 13, 14, dan 15 di bulan hijriah. Kalau berhalangan mengambil Ayyamul Bidh, maka bisa dilakukan puasa tiga hari di luar tanggal tersebut. Dengan melestarikan ibadah puasa, maka kita akan terbiasa untuk mengonsumsi makanan dan minuman secara sederhana, menahan hawa nafsu dan pensucian kalbu. Orang-orang yang melestarikan puasa seperti ini, akan memperoleh kesehatan yang prima, baik secara lahiriah maupun batiniah dan memiliki sikap yang sangat berhati-hati dan selalu mawas diri.
Jika di bulan Ramadhan kita melaksanakan shalat tarawih atau qiyam ramadhan, maka di bulan-bulan lain harus melestarikan shalat tahajud atau qiyamul lail. Qiyamul lail bisa dilakukan dengan tiga cara, bisa di awal malam setelah selesai melaksanakan shalat isya’ atau pada dua pertiga malam, atau pada akhir malam. Yang paling afdhal dari ketiganya adalah shalat tahajjud pada dua pertiga malam. Dengan shalat tahajjud, seseorang akan memperoleh kedudukan yang terpuji, baik di dunia maupun di akhirat.
Kebiasaan bertadarus atau mengkaji al-Qur’an, harus dibiasakan dalam kehidupan sehari hari. Programkan membaca al-Qur’an dari awal sampai akhir, kemudian diulangi kembali dan dilakukan secara terus menerus. Kita boleh membaca surat-surat tertentu, misalnya surat Yasin, al-Kahfi, al-Waqiah, al-Mulk, dan sebagainya. Akan tetapi, membacara al-Qur’an secara rutin dari awal sampai akhir, harus dibudayakan. Rasulullah s.a.w. menjelaskan bahwa cara terbaik membaca al-Qur’an adalah al-Hal al-Murtahil.
Para sahabat bertanya apa yang dimaksud dengan kalimat itu? beliau menjawab adalah orang yang membaca al-Qur’an dari awal sampai akhir, kemudian dimulai kembali dari awal dan seterusnya. Selain membaca al-Qur’an, harus dilanjutkan dengan mendalami isinya, ajaran-ajaran yang di kandungnya, dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan sampai ada di antara kita tergolong orang yang hatinya mati, yaitu mereka yang membaca al-Qur’an tapi tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam bulan Ramadhan, kita telah melestarikan bersedekah kepada sesama, terutama kepada mereka yang sangat membutuhkan. Kata kunci dari kegiatan ini adalah berbagi, kita berbagi apa yang kita miliki pada orang lain yang sangat membutuhkan. Dalam berbagi ini, kita memberikan sesuatu sesuai dengan kemampuan kita, sekecil apapun yang kita berikan kepada orang lain sangat bermanfaat. Berinfak dan bersedekah merupakan gaya hidup seorang muslim, baik pada bulan Ramadhan, maupun pada bulan-bulan lain.
Pemberian itu sangat bermanfaat, meskipun sekedar menyedekahkan kikil kambing. Kalau tidak ada, menyedekahkan sebiji kurma, kalau tidak ada juga bisa dengan memberikan secuil buah kurma. Kalau itu juga tidak mampu, bisa memberikan dengan seteguk air susu atau seteguk air putih atau berbuat baik pada sesama dengan bertutur kata yang terpuji atau dengan wajah yang cerah. Yang paling terakhir jagalah diri kita agar tidak mengganggu orang lain.
Silaturrahim merupakan kegiatan yang sangat terpuji. Dengan aktivitas itu, maka sesasama umat manusia akan saling mencintai dan saling menyayangi, saling beriba hati, saling tolong menolong, dan saling mendatangkan kemaslahatan umum, serta manfaat yang menyeluruh. Demikian mulianya aktivitas silaturrahim sehingga dijelaskan bahwa rahim seorang ibu bergantung pada Arasy. Barang siapa yang merajut silaturrahim dengan sesama, maka Allah akan memperhatikan orang tersebut dengan pandangan kasih sayang. Barang siapa yang ingin memperoleh kesan yang sangat terpuji di tengah-tengah masyarakatnya, memperoleh umur yang panjang, dan meraih rizki yang luas, maka hendaklah ia membudayakan untuk merajut silaturrahim.
Membiasakan bangun di waktu sahur akan mengantarkan seseorang untuk melaksanakan shalat tahajjud secara rutin dan teratur. Setelah itu, berdoa memohon ampunan kepada Allah s.w.t.. Itulah merupakan ciri dari manusia yang terpuji (QS. Ali Imran, 03:17). (QS. Al-Dzariyat, 51:18).
Zakat fitrah yang dilaksanakan oleh setiap individu muslim adalah merupakan bagian dari pensucian jiwa dan kalbu, sehingga hati yang dimiliki seseorang akan menjadi bening dan dapat menyerap pengetahuan yang datangnya dari Allah s.w.t.. Demikian pentingnya zakat fitrah ini sehingga digambarkan bahwa puasa seseorang bergelantungan di antara langit dan bumi, sehingga ia menunaikan zakat fitrahnya. Pensucian kalbu juga harus dilakukan secara terus menerus sehingga hati seseorang tetap jernih. Dengan hati yang jernih, maka ia akan terbiasa menerima petunjuk dan menyampaikan petunjuk kebenaran itu kepada orang lain. Dengan demikian dapat mewujudkan manfaat yang luas bagi kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dr. KH. Zakky Mubarok Syakrakh, MA., Dewan Pakar Lajnah Dakwah Islam Nusantara (LADISNU) dan Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
https://1-board.ru/