Depok | LIPUTAN9NEWS
“Upaya Jokowi mempersiapkan pemerintahan selanjutnya tidak perlu dipuji sedemikian besar, justru harus dicurigai. Ini adalah bentuk cawe-cawe presiden yang akan lengser pada penggantinya. Bahkan sangat mungkin cawe-cawe Jokowi ini adalah upaya terakhir dia untuk mempertahankan pengaruh pada pemerintahan selanjutnya.”
Sejumlah kalangan memuji transisi kekuasaan Jokowi ke Prabowo yang dinilai berjalan mulus. Mereka sebut ini belum pernah terjadi sebelumnya di mana presiden yang akan lengser mempersiapkan sedemikian rupa transisi kekuasaan pada penggantinya. Ini mereka anggap sebagai prestasi Jokowi dan bukti kebesaran hati Prabowo.
Pergantian sejumlah menteri atau penunjukan beberapa wakil menteri dianggap sebagai persiapan untuk kabinet berikutnya. Jokowi seperti membimbing Prabowo dengan telaten agar peralihan kekuasaan berjalan baik atau dalam bahasa agitator mereka “agar bisa langsung tancap gas.”
Pujian tinggi ini sepintas ada realitas faktualnya. Tapi yang tidak mereka katakan adalah bahwa konteks politik sekarang dan sebelumnya (2014 dan 2004/2005) berbeda. Sebelumnya, memang ada peralihan kuasa antar kelompok politik yang berbeda. 2004, yang bersaing adalah Megawati melawan SBY. Keduanya mewakili kubu politik berbeda. Demikian pula di 2014. Saat itu, Jokowi diusung PDI Perjuangan yang selama 10 tahun menjadi kekuatan utama oposisi melawan pemerintahan SBY.
Sementara sekarang, pemenang Pilres adalah kelompok politik yang didukung oleh presiden yang sedang berkuasa, bahkan wakil presiden terpilih adalah anak kandungnya sendiri. Kalau muncul perlakukan khusus dari Jokowi pada presiden dan wakil presiden terpilih, itu sangat mudah dipahami. Lha mereka satu kubu politik, kok. Ini bukan sesuatu yang mesti dibesar-besarkan.
Upaya Jokowi mempersiapkan pemerintahan selanjutnya tidak perlu dipuji sedemikian besar, justru harus dicurigai. Ini adalah bentuk cawe-cawe presiden yang akan lengser pada penggantinya. Bahkan sangat mungkin cawe-cawe Jokowi ini adalah upaya terakhir dia untuk mempertahankan pengaruh pada pemerintahan selanjutnya.
Cinere, 5 Oktober 2024
Saidiman Ahmad, Alumnus Crawford School of Public Policy, Australian National University
























