Jakarta | LIPUTAN9NEWS
Bulan Sya’ban bulan yang istimewa dalam kalender Islam. Banyak peristiwa penting yang terjadi di bulan Sya’ban. Misalnya seperti perintah perubahan arah kiblat yang semula menghadap ke Baitul Maqdis Yerussalem lalu pindah ke Kakbah di Masjidil Haram, perintah melaksanakan puasa Ramadhan, perintah membaca sholawat dan peristiwa penting lainnya.
Bulan Sya’ban bulan mulia yang terletak diantara dua bulan yang sama-sama mulianya, yaitu bulan Rajab dan Ramadahan. Dalam tradisi masyarakat muslim, khususnya di Indonesia yang notabena penganut Islam ala Ahlusunnah wal jama’ah, setiap pertengahan (nishfu) Sya’ban mereka mengisinya dengan serangkaian amal ibadah, seperti membaca al-Quran, memperbanyak dzikir, dan memperbanyak doa. Bahkan masyarakat terkadang dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadhan, dalam setiap akhir bulan Sya’ban mereka mengisinya dengan kegiatan ziarah kubur (nyekkar, red.)
Meningkatnya relegiusitas masyarakat Muslim yang dimulai dari bulan Rajab, lalu Sya’ban hingga puncaknya nanti saat di bulan Ramadahan. Artinya, melatih diri untuk menjadi lebih dekat kepada Allah Swt (at-Taqarrub) dapat dimulai dari bulan Rajab sebagai tempat “pemanasanya”, lalu di bulan Sya’ban sebagai wahana “latihannya” dan lalu “puncaknya” di bulan Ramadhan untuk penempaan dirinya, melatih kesabaran, memperbanya dzikir, tadarus al-Quran, bersedekah dan amalan-amalan ibadah lainya untuk meningkatkan relegiusiatas dirinya.
Rasulullah Shollallahu alaihi wasallam banyak membaca doa khusus sepanjangan bulan Rajab hingga bulan Ramadahan dengan bacaan doa,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadlan.”
Lalu Amalan Apa untuk di Bulan Sya’ban?
Dalam tradisi masyarakat muslim Ahlussunah waljamaaah, khsusnya di Indonesia, setiap memasuki pertengahan (nishfu) bulan Sya’ban, mereka melakukan serangkaian amal ibadah seperti berdoa, dzikir, sholat sunah, puasa sunah dll.
Hal itu mereka lakukan dengan mendasari dari penjelasan beberapa riwayat hadis, penjelasan ulama serta teladan atau contoh dari para Kiai atau Gurunya.
Dalam hadis riwayat Ibnu Majah di jelaskan,
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ فِي اللَّيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ “
Artinya, Dari Mu’adz bin Jabal, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: ”Allah memperhatikan kepada semua mahkluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban. Makai Dia memberi ampunan kepada semua mahkluk-Nya, kecuali kepada orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan.”
Dalam riwayat yang lain disebutkan tentang
perintah anjuran memperbanyak ibadah pada saat malam nishfu (pertengahan) bulan Sya’ban dan di siang harinya,
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَصُوْمُوْا نَهَارَهَا (رَوَاهُ ابْنُ مَاجَه فِي السُّنَنِ وَالْبَيْهَقِيُّ)
Artinya: Apabila tiba malam nisfu Sya’ban, maka hidupkan malamnya dan berpuasalah di siang harinya (HR Ibnu Majah dalam as-Sunan dan al-Baihaqi).
إِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَان نَادَى مُنَادٍ هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ فَأَغْفِرَ لَهُ، هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَأُعْطِيَهُ (رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ)
Artinya: Apabila tiba malam nisfu Sya’ban, maka malaikat berseru menyampaikan dari Allah, Adakah orang yang memohon ampun maka aku ampuni, adakah orang yang meminta sesuatu maka aku berikan permintaannya (HR. Al-Baihaqi).
عن ابن عمر بن الخطاب ، قال: خمس ليال لا يرد فيهن الدعاء ليلة الجمعة، وأول ليلة من رجب، وليلة النصف من شعبان، وليلتا العيد
Dari Ibnu Umar Radiya Alllahu berkata, “Terdapat lima malam di mana doa tidak ditolak: 1) Malam Jum’at, 2) malam awal bulan Rajab, 3) malam Nishfu Sya’ban, 4) Malam Idul Fitri, 5) mala idul Adha”. (HR: Baihaqi)
Dalam Kitab Al Umm juz 1 halaman 231 Imam Syafi’i berkata,
( قَالَ الشَّافِعِيُّ ) وَبَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ إنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِيْ خَمْسِ لَيَالٍ فِيْ لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
“Imam Syafi’i berkata, ‘Telah sampai kepada kami bahwa doa akan dikabulkan pada lima malam, yaitu: malam Jumat, malam Idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama bulan Rajab, dan malam pertengahan bulan Sya’ban’.”
Dengan berharap keberkahan di bulan Sya’ban para ulama terdahulu hingga sekarang, setiap memasuki pertengahan bulan Sya’ban, tepatnya antara waktu Maghrib sampai Isya’ mereka mengisinya dengan pembacaan Surat Yasin sebanyak 3x lalu ditutup dengan doa.
Pembacaan Surat Yasin 3x tersebut diniatkan; pertama, untuk memohon panjang umur yang barokah, kedua diniatkan untuk memohon dijauhkan dari segala marabahaya lahir batin dan pembacaan Surat Yasin yang ketiga diniatkan untuk kaya hati dan tidak menggantungkan diri kepada selain Allah.
Setelah membaca Surat Yasin 3x dengan tiga niat diatas, kemudian dilanjutkan dengan membaca doa seperti doa berikut ini,
اَللّٰهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَلَا يُمَنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ يَا ذَا الطَوْلِ وَالإِنْعَامِ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ ظَهْرَ اللَّاجِيْنَ وَجَارَ المُسْتَجِيْرِيْنَ وَمَأْمَنَ الخَائِفِيْنَ اللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِيْ عِنْدَكَ فِيْ أُمِّ الكِتَابِ شَقِيًّا أَوْ مَحْرُومًا أَوْ مُقْتَرًّا عَلَيَّ فِي الرِزْقِ، فَامْحُ اللّٰهُمَّ فِي أُمِّ الكِتَابِ شَقَاوَتِي وَحِرْمَانِي وَاقْتِتَارَ رِزْقِيْ، وَاكْتُبْنِيْ عِنْدَكَ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ فِيْ كِتَابِكَ المُنْزَلِ عَلَى لِسَانِ نَبِيِّكَ المُرْسَلِ “يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الكِتَابِ” وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَــالَمِيْنَ
Sepanjang pertengahan bulan Sya’ban mulai dari waktu Maghrib, kita dapat mengisinya dengan serangkaian amalan-amalan sunah, seperti memperbanyak membaca istighfar, sholawat, membaca Al-Qur’an, sholat sunah dan besok harinya bisa juga dengan melakukan puasa sunah.
KH. Abdul Muiz Ali, Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat dan Pengurus LBM Pengurus Besar Nahdlatul Ulama