Gresik | LIPUTAN9NEWS
Setiap kesempatan yang kita miliki adalah salah satu nikmat pemberian Allah SWT kepada umatnya Nabi Muhammad SAW. Untuk itu sebagai hamba Allah SWT yang saleh seharusnya berlomba-lomba memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mencari rida-Nya, dan beribadah dengan sebaik-baiknya. Dan, sebaliknya meninggalkan segala bentuk kemaksiatan.
Naskah materi khutbah dengan judul Khutbah Jumat: Mengenal Nafahaat Bulan Sya’ban ini, ditulis Oleh Dr. Heru siswanto, M.Pd.I, dalam bentuk PDF dapat di download dengan KLIK disini.
Khutbah Jumat Pertama
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jumat Rahimakumullah
Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kita shidqul iman, nurul ilmi, sholakhul amal, wa khusnul khuluq sehingga kita dapat memenuhi panggilan-Nya untuk menunaikan ibadah shalat Jumat pada siang hari ini.
Shalawat dan salam, tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, juga kepada para keluarganya, termasuk kepada para sahabatnya, dan semoga juga terlimpahkan kepada kita semua sebagai umatnya. Amîn…Amin.. Ya Mujibassailin.
Untuk itu di hari Jumat yang penuh berkah ini, mari kita tingkatkan ketakwaan kehadirat Allah Swt dengan selalu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan sunnah-sunnah nabi-Nya.
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jumat Rahimakumullah
Setiap kesempatan yang kita miliki adalah salah satu nikmat pemberian Allah SWT kepada umatnya Nabi Muhammad SAW. Untuk itu sebagai hamba Allah SWT yang saleh seharusnya berlomba-lomba memanfaatkan kesempatan tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mencari rida-Nya, dan beribadah dengan sebaik-baiknya. Dan, sebaliknya meninggalkan segala bentuk kemaksiatan.
Sebagaimana yang pernah disabdakan Rasulullah SAW, yang diriwayatkan Imam Thabrani dari Muhammad bin Maslamah:
إن لِرَبِّكُمْ فِي أَيَّامِ دَهْرِكُمْ نَفَحَاتٌ، فَتَعَرَّضُوا لَهُ، لَعَلَّهُ أَنْ يُصِيبَكُمْ نَفْحَةٌ مِنْهَا، فَلا تَشْقَوْنَ بَعْدَهَا أَبَدًا
“Sesungguhnya bagi Tuhan kalian di hari-hari sepanjang tahun kalian ada nafahat (tiupan), maka mendekatlah kepada-Nya, boleh jadi tiupan itu akan mengenaimu, sehingga kalian tidak akan pernah celaka selamanya.”
Semoga nafahaat (tiupan) itu selalu menyapa hari-hari kita selama ini hingga beberapa pekan ke depannya. Yakni tiupan kebaikan dalam bulan Sya’ban. Bulan yang terletak di antara bulan Rajab dan Ramadan ini digunakan oleh Nabi SAW sebagai momentum untuk meningkatkan ibadah, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jumat Rahimakumullah
Terkait keutamaan Sya’ban ini, telah tersebutkan dalam beberapa hadits Sya’ban.
Pertama, dari Aisyah RA, beliau mengatakan:
لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ
“Belum pernah Nabi SAW berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, dari Ummu Salamah RA, beliau berkata :
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ
“Saya belum pernah melihat Nabi SAW berpuasa dua bulan berturut-turut selain di bulan Sya’ban dan Ramadan.” (HR. Tirmizi)
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jumat Rahimakumullah
Oleh karena itu mari kita ambil sebagai pelajaran dari keterangan tersebut di atas, bahwa Rasulullah SAW adalah teladan yang indah bagi kita semua, semangatnya luar biasa dalam beribadah di bulan Sya’ban. Oleh karena itu, dalam hal ini setidaknya ada dua alasan yang mendasar yang bisa kita ambil sebagai pelajaran hidup, antara lain:
Pertama, bulan Sya’ban banyak dipandang sebelah mata dan banyak pula orang yang melalaikannya. Oleh karena itu, Nabi SAW memberikan contoh kepada kita agar tidak melupakannya, dengan beliau menghidupkan hari-hari di dalamnya dengan ibadah. Selain itu, beliau SAW ingin menunjukkan kepada umat keutamaan beribadah di saat sebagian manusia berada dalam kelalaian.
Secara umum kita sangat memerhatikan bulan Rajab yang diharamkan oleh Allah dengan segala keistimewaannya. Ketika bulan tersebut sudah lewat dan memasuki bulan Sya’ban, kita menganggap tidak mendapatkan lagi kesempatan yang istimewa sehingga melalaikan ibadahnya karena bosan atau putus asa.
Inilah yang diingatkan oleh Rasulullah SAW agar kita tidak terlena atau kendor semangatnya dalam menyambut bulan Sya’ban, karena bulan ini tidak kalah istimewanya dengan bulan sebelumnya.
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jumat Rahimakumullah
Kemudian alasan yang kedua adalah bulan Sya’ban bulan diangkatnya amal perbuatan sehingga beliau ingin amal-amal yang dilaporkan itu adalah amal-amal kebaikan bukan keburukan.
Sebagaimana Usamah bin Zaid, beliau pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya’ban.”
Nabi SAW bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadan. Ini adalah bulan di mana amal-amal diangkat menuju Rabb semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR. an-Nasa’i)
Menjadi suatu pengetahuan kita bersama, bahwa pada bulan itu seluruh amal manusia disaring, amal yang didasari ketulusan dan keikhlasan mencari rida-Nya maka akan diterima oleh Allah. Sebaliknya amal yang tidak didasari ketulusan dan keikhlasan maka akan dikembalikan kepada pemiliknya.
Suatu keberuntungan bagi hamba yang amalnya diterima oleh Allah SWT, maka pembawaannya dia akan terhindar dari rasa bosan atau jenuh sehingga akan selalu rajin mengerjakan amal salehnya dengan Ikhlas untuk mendapatkan ridho-Nya. Sehingga dia akan mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan kelak di akhirat karena amal perbuatannya di dunia tidak sia-sia.
Sebaliknya bagi hamba yang amal perbuatanya tertolak dan dikembalikan, maka amal-amal mereka hanyalah menghiasi mata mereka di dunia, mereka mengira amal yang telah dilakukan akan menyelamatkan mereka dari siksaan akhirat. Mereka juga mengira kalau amalnya akan mendapat pahala dari Allah, padahal dugaan mereka tidak sesuai dengan kenyataan yang diterimanya kelak.
Simpulnya, riwayat di atas sebetulnya memberikan isyarat kepada kita bahwa Nabi Muhammad SAW menggunakan waktunya dengan semaksimal mungkin dan juga mengerahkan tenaganya sekuat mungkin untuk beribadah pada bulan Sya’ban tersebut untuk mendapatkan ridho-Nya.
Dan, menjadi catatan kita bersama bahwa berpuasa bagi Nabi SAW merupakan rutinitas ibadah harian yang selalu menghiasi dalam hidupnya bahkan ketika keluarganya tidak mempunyai persediaan makanan, beliau meneruskan puasa sampai datang waktu magrib tiba.
Ma’asyiral Muslimin Jama’ah Jumat Rahimakumullah
Demikianlah cuplikan semangat Rasulullah SAW dalam mengisi masa kehidupannya dengan ketaatan kepada Allah SWT di dalam bulan Sya’ban, padahal dosa-dosa beliau yang lalu dan akan datang telah diampuni oleh Allah SWT. Lalu bagaimana dengan kita?
Mari kita bersama mengisi hari-hari dalam kehidupan ini khususnya di bulan Sya’ban seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW tersebut.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Jumat Kedua
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
Dr. Heru Siswanto, M.Pd.I, .Ketua Program Studi dan Dosen Tetap PAI-BSI (Pendidikan Agama Islam-Berbasis Studi Interdisipliner) Pascasarjana IAI Al-Khoziny Buduran Sidoarjo; Dosen Tetap PAI-Terapan Politeknik Pelayaran Surabaya; Pengurus LTMNU PCNU Sidoarjo; Ketua LDNU MWCNU Krembung.