Bab Kelima Bagian 4
فى آداب العالم فى حق نفسه
Tentang adabnya seorang alim terhadap diri sendiri
والسابع عشر ان يطهر باطنه ثم ظاهره من الاخلاق الرديئة، ويعمره بالاخلاق المرضية.
Ketujuh belas, hendaknya ia menyucikan batinnya terlebih dahulu, kemudian lahiriahnya, dari akhlak yang tercela, serta mengisinya dengan akhlak yang terpuji.
فمن الاخلاق الرذيلة الغل والحسد والبغي والغضب لغير الله تعالى والغش والكبر والرياء والعجب والسمعة والبخل والبطر والطمع والخيلاء والتنافس فى الدنيا والمباهاة والمداهنة والتزين للناس وحب المدح بما لم يفعل والعمى عن عيوب النفس والاشتغال عنها بعيوب الخلق والحمية والعصبية لغير الله تعالى والغيبة والنميمة والبهتان والكذب والفحش فى القول واحتقار الناس.
Maka di antara akhlak yang buruk adalah dendam, hasud (iri dengki), kezaliman, marah bukan karena Allah Ta’ala, menipu, sombong, riya, ujub (bangga diri), mencari popularitas, kikir, berlebihan dalam kenikmatan, rakus, angkuh, berlomba-lomba dalam urusan dunia, pamer, mencari muka, bersolek untuk manusia, mencintai pujian atas sesuatu yang tidak dilakukan, buta terhadap aib diri sendiri sementara sibuk dengan aib orang lain, fanatisme buta, membela kelompok tanpa dasar kebenaran, ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), fitnah, dusta, ucapan kotor, serta meremehkan orang lain.
فالحذر الحذر من هذه الصفات الخبيثة والاخلاق الرذيلة، فانها باب كل شر، بل هي الشر كله.
Maka waspadalah, waspadalah terhadap sifat-sifat buruk dan akhlak yang tercela ini, karena semua itu adalah pintu dari segala keburukan, bahkan itu adalah hakikat dari seluruh keburukan .
وقد بلي بعض اصحاب النفوس الخبيثة من فقهاء الزمان وعلمائه بكثير من هذه الصفات الا من عصمه الله تعالى، لا سيما الحسد والعجب والرياء والتكبر، وادوية هذه الامراض مستوفاة فى كتب الرقائق.
Sebagian orang-orang yang mempunyai hati yang jelek dari kalangan ulama dan ahli fikih di zaman ini—kecuali mereka yang dijaga oleh Allah Ta’ala— telah tertimpa banyak dari sifat-sifat tersebut, terutama hasud, ujub, riya, dan kesombongan. Obat dari penyakit-penyakit hati ini telah banyak dibahas dalam kitab-kitab tasawuf dan penyucian jiwa.
فمن اراد تطهير نفسه منها فعليه بتلك الكتب، ومن انفعها وألطفها كتاب بداية الهداية للامام الغزالى رحمه الله تعالى.
Barang siapa yang ingin membersihkan dirinya dari sifat-sifat tercela ini, hendaknya ia merujuk pada kitab-kitab tersebut. Di antara yang paling bermanfaat dan lembut dalam penyampaiannya adalah kitab Bidayah al-Hidayah karya Imam al-Ghazali rahimahullah .
ومن ادوية الحسد الفكر بانه اعتراض على الله تعالى فى حكمته المقتضية تحصيص المحسود بالنعمة مع ما فيه من تعب القلب وتعذيبه بما لا ضرر فيه على المحسود،
Diantara obat dari hasud adalah merenungkan bahwa hasud sejatinya merupakan bentuk protes terhadap kebijaksanaan Allah Ta’ala yang telah menetapkan pemberian nikmat kepada orang yang dihasudi, serta menyadari bahwa hasud hanya melelahkan dan menyiksa hati tanpa memberi mudarat kepada orang yang dihasudi.
ومن ادوية العجب تذكر ان علمه وفهمه وجودة ذهنه وفصاحته وغير ذلك من النعم فضل من الله تعالى عليه وامانة لديه ليرعاها حق رعايتها، وان معطيها اياه قادر على سلبها منه فى طرف عين، وما ذلك على الله بعزيز، افامنوا مكر الله فلا يامن مكر الله الا القوم الخاسرون.
Diantara obat untuk menghilangkan rasa ujub (bangga diri) adalah dengan mengingat bahwa ilmu, pemahaman, kecerdasan, kefasihan, dan berbagai nikmat lainnya adalah karunia dari Allah Ta’ala. Semua itu hanyalah titipan yang harus dijaga dengan baik. Allah yang telah memberikannya juga mampu mencabutnya dalam sekejap mata. Dan hal itu bukanlah sesuatu yang sulit bagi Allah. Oleh karena itu, tidakkah mereka merasa aman dari makar Allah? Padahal, tidak ada yang merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang merugi.
ومن ادوية الرياء الفكر بان الخلق كلهم لا يقدرون على نفعه بما لم يقضه الله له ولا على ضرره بما لم يقدره الله عليه فلم يحبط عمله ويضر دينه ويشغل نفسه بمراعاة من لا يملك له فى الحقيقة نفعا ولا ضرا مع ان الله يطلعهم على نيته وقبح سريرته كما صح فى الحديث من سمع سمع الله به ومن رآءى رآءى الله به.
Diantara obat dari penyakit riya adalah dengan menyadari bahwa semua makhluk tidak memiliki kuasa untuk memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat kecuali dengan ketetapan Allah. Maka, mengapa seseorang harus merusak amalnya, membahayakan agamanya, dan menyibukkan dirinya demi mendapatkan perhatian dari mereka yang sejatinya tidak memiliki kekuasaan atas manfaat maupun mudaratnya? Sedangkan Allah mengetahui niatnya dan melihat kejelekan dalam hatinya. Sebagaimana disebutkan dalam hadis: “Barang siapa yang beramal karena ingin dilihat manusia, Allah akan memperlihatkan keburukannya; dan barang siapa yang beramal karena ingin didengar manusia, Allah akan memperdengarkan keburukannya.”
ومن ادوية احتقار الناس تدبر قوله تعالى لا يسخر قوم من قوم عسى ان يكونوا خيرا منهم الاية، وقوله تعالى انا خلقناكم من ذكر وانثى الى قوله تعالى ان اكرمكم عند الله اتقاكم، وقوله تعالى فلا تزكوا انسكم هو اعلم بمن اتقى، فربما كان المحتقر اظهر قلبا عند الله وازكى عملا واخلص نية كما قيل :
Adapun diantara obat untuk sikap meremehkan orang lain adalah dengan merenungkan firman Allah Ta’ala: “Janganlah suatu kaum mencemooh kaum yang lain, boleh jadi mereka yang dicemooh lebih baik dari mereka yang mencemooh.” (QS. Al-Hujurat: 11). Dan firman-Nya: “Sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan… Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian.” (QS. Al-Hujurat: 13). Serta firman-Nya: “Maka janganlah kalian menganggap diri kalian suci, karena Allah lebih mengetahui siapa yang bertakwa.” (QS. An-Najm: 32). Bisa jadi orang yang diremehkan justru lebih bersih hatinya di sisi Allah, lebih baik amalnya, dan lebih ikhlas niatnya. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah syair:
لا تحتقر فى العالمين اقلهم + فلربما كان الحقير اجلهم
“Janganlah engkau meremehkan orang yang paling kecil di dunia,
karena bisa jadi yang kau anggap hina justru lebih mulia.”
ويقال ان الله اخفى ثلاثة فى ثلاثة، وليه فى عباده ورضاه فى طاعته وغضبه فى معاصيه.
Dikatakan pula bahwa Allah menyembunyikan tiga hal dalam tiga hal: wali-Nya di antara hamba-Nya, rida-Nya dalam ketaatan kepada-Nya, dan murka-Nya dalam kemaksiatan terhadap-Nya.
ومن الاخلاق المرضية اكثار التوبة والاخلاص واليقين والتقوى والصبر والرضا والقناعة والزهد والتوكل والتفويض وحسن السريرة وحسن الظن والتجاوز وحسن الخلق ورؤية الاحسان وشكر النعمة والشفقة على خلق الله والحياء من الله تعالى ومن الناس والخوف والرجاء،
Adapun diantara akhlak yang terpuji adalah memperbanyak taubat, ikhlas, yakin, takwa, sabar, rida, qana’ah (merasa cukup), zuhud (tidak terikat pada dunia), tawakal, menyerahkan urusan kepada Allah, menjaga hati, husnuzan (berprasangka baik), pemaaf, akhlak yang baik, menyadari kebaikan orang lain, bersyukur atas nikmat, menyayangi sesama makhluk, malu kepada Allah dan manusia, rasa takut dan harapan kepada Allah.
ومحبة الله تعالى هى الخصلة الجامعة لمحاسن الصفات كلها. وانما تتحقق بمتابعته صلى الله عليه وسلم لقوله تعالى :
Sifat yang paling utama dan menjadi sumber dari semua akhlak baik adalah cinta kepada Allah Ta’ala. Dan cinta itu hanya bisa terwujud dengan mengikuti Rasulullah ﷺ, sebagaimana firman Allah:
قل ان كنتم تحبون الله فاتبعونى يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم.
“Katakanlah (wahai Muhammad): Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS. Ali Imran: 31).
Bersambung >
Agus Amar Suchaemi AlBarbasy (Gus Amar), Nyantri di Lirboyo Alumni IKAHA (UNHASY) Tebuireng Jombang.
Comments 1