Bab Kelima Bagian 5 (terakhir)
فى آداب العالم فى حق نفسه
Tentang adab seorang alim terhadap dirinya sendiri
والثامن عشر ان يديم الخرص على ازدياد العلم والعمل بملازمة الجد والاجتهاد والمواظبة على وظائف الاوراد من العبادة قراءة واقراء ومطالعة ومذاكرة وتعليقا وحفظا وبحثا،
Kedelapan belas, hendaknya ia terus berusaha meningkatkan ilmu dan amal dengan bersungguh-sungguh, tekun, serta menjaga kebiasaan wirid dalam ibadah seperti membaca (ilmu), mengajarkan, menelaah, berdiskusi, menulis catatan, menghafal, dan melakukan penelitian.
ولا يضيع شيئا من اوقات عمره فى غير ما هو بصدده من العلم والعمل الا ما لا بد منه بقدر الضرورة من اكل وشرب او نوم او استراحة لملل او اداء حق زوجة او زائر او تحصيل قوت مما يحتاج إليه او لألم او غيره مما يتعذر معه الاشتغال،
Hendaknya ia tidak menyia-nyiakan waktu dalam hal yang tidak berhubungan dengan ilmu dan amal, kecuali dalam perkara yang benar-benar diperlukan seperti makan, minum, tidur, istirahat karena kelelahan, memenuhi hak istri, menjamu tamu, mencari nafkah yang dibutuhkan, atau karena sakit dan hal-hal lain yang menghalangi kesibukan belajar mengajar.
وكان بعضهم لا يترك الدرس لعروض مرض خفيف، بل كان يستشفى بالعلم ويشتغل به بقدر الإمكان،
Sebagian ulama bahkan tidak meninggalkan kegiatan belajar mengajar meskipun sedang mengalami sakit ringan. Mereka justru menjadikan ilmu sebagai obat dan tetap belajar sebisa mungkin.
وقد قال صلى الله عليه وسلم انما الأعمال بالنيات
Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat.”
لان درجة العلم درجة وراثة الأنبياء، ولا تنال المعالى الا بشق الأنفس،
Karena derajat ilmu adalah warisan para nabi, dan kemuliaan tidak dapat diraih kecuali dengan kerja keras.
وفى صحيح مسلم عن يحيى بن كثير قال لا يستطاع العلم براحة الجسم،
Dalam Shahih Muslim dari Yahya bin Katsir berkata : “Ilmu tidak akan bisa diperoleh dengan tubuh yang bersantai-santai.”
وفى الحديث :حفت الجنة بالمكاره،
Dalam hadits lain disebutkan: “Surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai (kesulitan dan ujian).”
وقيل شعرا :تريدون ادراك المعالى رخيصة + ولا بد دون الشهد من ابر النحل
Sebagaimana dikatakan dalam syair: “Kalian ingin meraih kemuliaan dengan mudah,
Tapi tak ada madu tanpa sengatan lebah.”
وقال الشافعى رضي الله عنه حق على اهل العلم بلوغ غاية جهده فى الاستكثار من علمه، والصبر على كل عارض دون طلبه، وإخلاص النية لله تعالى فى العون عليه
Imam Syafi’i radliyallahu anhu berkata: “Wajib bagi ahli ilmu untuk bersungguh-sungguh mencapai ilmu sebanyak-banyaknya, bersabar terhadap segala rintangan dalam mencarinya, serta mengikhlaskan niat kepada Allah dalam menuntutnya.”
وقد قال صلى الله عليه وسلم احرص على ما ينفعك واستعن بالله تعالى
Rasulullah ﷺ juga bersabda: “Bersemangatlah dalam hal yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah.”
والتاسع عشر ان لا يستنكف عن استفادة ما لا يعلمه ممن هو دونه منصبا او نسبا او سنا، بل يكون حريصا على الفائدة حيث كانت فان الحكمة ضالة المؤمن يلتقطها حيث وجدها،
Kesembilan belas, hendaknya ia tidak merasa enggan untuk belajar sesuatu yang belum ia ketahui dari seseorang yang memiliki kedudukan lebih rendah darinya dalam jabatan, keturunan, atau usia. Sebaliknya, ia harus selalu bersemangat dalam mencari manfaat ilmu di mana pun ia menemukannya. Karena hikmah adalah sesuatu yang hilang dari seorang mukmin, maka ia akan mengambilnya di mana pun ia menemukannya.
قال سعيد بن جبير : لا يزال الرجل عالما ما تعلم العلم فاذا ترك التعلم وظن انه قد استغنى واكتفى بما عنده فهو اجهل ما يكون،
Said bin Jubair berkata: “Seseorang akan tetap dianggap sebagai orang berilmu selama ia terus belajar. Tetapi jika ia berhenti belajar dan merasa dirinya sudah cukup serta tidak membutuhkan ilmu tambahan, maka saat itulah ia menjadi orang yang paling bodoh.”
وانشد بعض العرب :وليس العمى طول السؤال وانما + تمام العمى طول السكوت على الجهل
Sebagian orang Arab bersyair: “Bukanlah kebutaan itu karena banyak bertanya,
Tetapi kebutaan yang sejati adalah diam dalam kebodohan.”
وكان جماعة من السلف يستفيدون من طلبتهم ما ليس عندهم وصح رواية جماعة من الصحابة عن التابعين. وابلغ من ذلك قراءة النبى صلى الله عليه وسلم على ابى بن كعب رضي الله عنه، وقال امرنى الله ان اقرأ عليك لم يكن الذين كفروا،
Sejumlah ulama salaf bahkan mengambil ilmu dari murid-murid mereka tentang sesuatu yang belum mereka ketahui. Banyak pula sahabat yang meriwayatkan hadits dari para tabi’in. Yang lebih luar biasa lagi, Nabi Muhammad ﷺ sendiri membaca Al-Qur’an kepada Ubay bin Ka’b radliyallahu anhu . Nabi ﷺ bersabda kepadanya: “Allah memerintahkanku untuk membacakan surat Al-Bayyinah kepadamu.”
وقال العلماء : من فوائده انه لا يمتنع الفاضل من الاخذ عن المفضول،
Para ulama berkata : “diantara pelajaran dari hal ini adalah bahwa tidak ada larangan bagi seseorang yang lebih utama untuk mengambil ilmu dari orang yang kedudukannya lebih rendah”.
وقال الحميدى وهو تلميذ الشافعى رضي الله عنه صحبت الشافعى من مكة الى مصر فكنت استفيد منه مسائل وكان يستفيد منى الحديث،
Al-Humaydi, murid Imam Syafi’i radliyallahu anhu , berkata: “Aku menemani Imam Syafi’i dari Mekkah ke Mesir. Aku belajar banyak masalah fiqh darinya, sedangkan beliau belajar hadits dariku.”
وقال أحمد بن حنبل قال لنا الشافعى انتم اعلم بالحديث منى فاذا صح عندكم الحديث فقولوا لنا حتى نأخذ به
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah juga pernah berkata: “Imam Syafi’i pernah mengatakan kepada kami: ‘Kalian lebih mengetahui hadits dibanding aku. Maka, jika suatu hadits sahih menurut kalian, beritahukan kepadaku agar aku dapat mengamalkannya.’”
والعشرون ان يشتغل بالتصنيف والجمع والتأليف ان كان اهلا لذلك فانه يطلع على حقائق الفنون ودقائق العلوم للاحتياج الى كثرة التفتيش والمطالعة والمراجعة،
Dan yang kedua puluh, hendaknya ia menyibukkan diri dengan menulis, mengumpulkan tulisan, dan menyusun karya ilmiah jika ia memang layak untuk itu. Karena dengan menulis, seseorang akan lebih memahami hakikat ilmu dan seluk-beluknya, sebab ia perlu banyak meneliti, membaca, dan mengkaji ulang.
وهو كما قال الخطيب البغدادى يثبت الحفظ ويذكى القلب ويشحذ الذهن ويجيد البيان ويكسب جميل الذكر وجليل الاجر ويخلد الى اخر الدهر،
Sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Khatib Al-Baghdadi, bahwa menulis dapat menguatkan hafalan, meningkatkan kecerdasan, menajamkan pemikiran, memperindah cara penyampaian, memberikan reputasi yang baik, mendatangkan pahala yang besar, dan menjadikan ilmunya abadi sepanjang zaman.
والاولى ان يعتنى بما يعم نفعه وتكثر الحاجة اليه، ويترك التطويل الممل والايجاز المخل مع اعطاء كل مصنف ما يليق به، ولا يخرج تصنيفه من عنده قبل تهذيبه وتكرار النظر فيه وترتيبه،
Yang lebih utama adalah memperioritaskan menulis sesuatu yang manfaatnya luas dan sangat dibutuhkan. Ia juga harus menghindari tulisan yang terlalu panjang hingga membosankan atau terlalu ringkas hingga mengurangi pemahaman, serta memberikan setiap karya haknya yang layak. Ia tidak boleh menerbitkan karyanya sebelum memperbaikinya, menelaahnya berulang kali, dan menyusunnya dengan baik.
ومن الناس من ينكر التصنيف والتأليف فى هذا الزمان على من ظهرت اهليته وعرفت معرفته، ولا وجه لهذا الانكار الا التنافس بين اهل الاعصار،
Ada sebagian orang yang mengingkari kegiatan menulis dan menyusun buku di zaman ini, meskipun seseorang telah menunjukkan kemampuannya dan terbukti ilmunya. Tidak ada alasan yang sah untuk mengingkari hal ini, kecuali karena persaingan di antara sesama ahli ilmu.
والا فمن تصرف فى مداده وورقه بكتابة ما يشاء من اشعار او حكايات مباحة او غير ذلك لا ينكر عليه، فاذا تصرف فيهما بتسويدما ينتفع به من علوم الشرع وآلاتها فاولى ان لا ينكر عليه،
Padahal, jika seseorang menggunakan tinta dan kertasnya untuk menulis puisi, cerita, atau hal-hal mubah lainnya, tidak ada yang mengingkarinya. Maka, jika ia justru menggunakannya untuk menulis ilmu syar’i dan alat-alatnya yang bermanfaat, tentu lebih pantas untuk tidak diingkari.
اما من لا يتأهل لذلك فالانكار عليه متجه لما يتضمنه من الجهل وتغرير من يقف على ذلك التصنيف ولكونه يضيع زمانه فيما لم يتقنه ويدع الاتقان الذى هو احرى له.
Namun, bagi orang yang tidak memiliki kecakapan dalam menulis, maka pengingkaran terhadapnya adalah wajar, karena tulisan yang ia hasilkan penuh dengan kesalahan akibat ketidaktahuannya, ia justru menyesatkan orang yang membaca karyanya, ia membuang waktunya dalam sesuatu yang tidak ia kuasai, dan ia meninggalkan kesempurnaan dalam belajar, yang seharusnya lebih ia prioritaskan. Selesai
Agus Amar Suchaemi AlBarbasy (Gus Amar), Nyantri di Lirboyo Alumni IKAHA (UNHASY) Tebuireng Jombang.