قال المؤلف رحمه الله تعالى:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله على صلاته ¦ ثم سلام الله مع صلاته
على نبي جاء بالتوحيد ¦ وقد خلا الدين عن التوحيد
Aku memulai (mengarang kitab ini) dengan menyebut dan bertabarruk dengan nama Allah, Ar Rahmaan dan Ar Rahiim.
Segala puji bagi Allah atas nikmat-nikmat-Nya, kemudian salam beserta sholawat Allah semoga dianugerahkan pada seorang Nabi yang datang dengan membawa ajaran tauhid di saat agama telah kosong dari tauhid.
Penjelasan:
As Syaikh Ibrahim Al Laqqooni rahimahullah sebagimana tradisi para ulama dalam mengarang sebuah kitab, memulai penulisan kitab Jawharotut tauhid dengan basmalah/tasmiyah. Ini adalah untuk bertabarruk dengan al Qur’an al Karim, karena dalam madzhab Syafi’i, basmalah adalah ayat pertama dalam al Qur’an.
Dalam basmalah terdapat tiga nama Allah, yaitu:
- Allah, lafadz Jalalah Allah adalah nama bagi dzat yang disucikan dari menyerupai makhluk, yang berhak untuk disembah (diagungkan dengan puncak pengagungan).
- Ar Rahmaan, artinya Dzat yang banyak memberikan rahmat-Nya kepada orang-orang mukmin dan kafir di dunia dan hanya pada orang mukmin saja di akhirat. Ar Rahmaan adalah salah satu dari nama khusus bagi Allah, tidak boleh selain-Nya di namai dengan nama ini, baik dengan menggunakan ال ataupun tidak.
- Ar Rahiim, artinya Dzat yang banyak mengkhususkan rahmat-Nya kepada orang-orang mukmin baik di dunia maupun di akhirat.
Setelah membaca basmalah, selanjutnya mushonnif membaca hamdalah. Hamdalah artinya pujian dengan lisan pada Dzat yang menganugerahkan nikmat yang berhak untuk diagungkan dengan puncak pengagungan atas nikmat yang telah Dia anugerahkan kepada kita yang bukan merupakan kewajiban bagi-Nya (al Jamil al Ikhtiyariy).
- Lafdzul Jalalah adalah nama bagi Dzat yang disucikan dari menyerupai makhluk yang disifati dengan sifat ilahiyyah (ketuhanan), yaitu kekuasaan untuk menciptakan (mengadakan makhluk dari tiada menjadi ada).
- Lafdzul Jalalah adalah ismullah al A’dzam berdasarkan Ijma’.
- Lafdzul Jalalah adalah murtajal, tidak musytaq dari Fiil madzi ataupun mashdar, sebagaimana dikutip oleh al Fairuzzabadi dalam al Qomus dan Ibnu Ya’isy.
Lafadz صلاته adalah jama’ dari صلة yang artinya nikmat-nikmat Allah, baik nikmat dzahir maupun nikmat batin.
- Nikmat dzahir seperti sehatnya badan dan indera.
- Nikmat batin seperti iman kepada Allah, taufiq untuk berbuat ketaatan kepada Allah, mencintai Allah, pasrah kepada Allah dan lainnya.
Allah ta’ala berfirman:
اَلَمْ تَرَوْا اَنَّ اللّٰهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ وَاَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهٗ ظَاهِرَةً وَّبَاطِنَةً ۗوَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّجَادِلُ فِى اللّٰهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَّلَا هُدًى وَّلَا كِتٰبٍ مُّنِيْرٍ
“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan) mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.” [Surat Luqman 20]
Didahulukannya nikmat dzahir dari nikmat batin dalam ayat di atas, karena nikmat dzahir inilah yang diketahui oleh kebanyakan manusia.
Selanjutnya mushonnif membaca sholawat dan salam pada Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam.
- Sholawat Allah adalah rahmat Allah yang dibarengi dengan pengagungan.
- Salam Allah adalah penambahan kemulian dari Allah.
- Lafadz ثم tidak berfaidah tartib, tetapi berfaidah ma’iyyah (bersama).
- Nabi meliputi Nabi yang Rasul dan Nabi yang bukan Rasul.
Keduanya sama-sama diberi Wahyu dengan sebuah syariat dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada umatnya.
Perbedaannya, seorang Rasul datang dengan membawa syariat baru, sedangkan seorang Nabi yang bukan Rasul mengikuti syariat Rasul sebelumnya.
Allah ta’ala berfirman:
وَكَمۡ أَرۡسَلۡنَا مِن نَّبِیࣲّ فِی ٱلۡأَوَّلِینَ
“Dan betapa banyak nabi-nabi yang telah Kami utus kepada umat-umat yang terdahulu.” [Surat Az-Zukhruf 6]
Setiap nabi datang diutus oleh Allah kepada umat tertentu, kecuali nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam yang diutus pada seluruh manusia dan jin.
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda:
بعثت إلى الناس كافة
“Aku diutus pada manusia seluruhnya”
Nabi Muhammad dan seluruh para Nabi datang dengan membawa ajaran tauhid. Tauhid adalah adalah hanya beribadah kepada Allah dan tidak mensekutukan-Nya dengan sesuatu selain-Nya. Tauhid juga berarti meyakini wahdaniyahnya Allah, baik pada dzat, sifat maupun perbuatan-Nya.
Waspadalah terhadap kelompok Wahhabi yang membagi tauhid menjadi tiga macam, uluhiyyah, Rububiyyah dan Al Asma wa as Shifat.
Pembagian ini adalah bid’ah sayyiah yang tidak pernah disebutkan dalam Al Qur’an, hadits serta oleh para ulama salaf.
Pembagian tersebut bertentangan dengan hadits mutawatir yang diriwayatkan oleh 15 sahabat Nabi, di antaranya 10 orang yang dikabarkan akan masuk surga. Rasulullah shallallahu alayhi wasallam bersabda:
أمرت أن أقاتل الناس حتى يشهدوا أن لا إله إلا الله وأني رسول الله.
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada yang disembah dengan haq selain hanya Allah dan bahwa aku adalah Rasulullah”
Tujuan dari pembagian ini adalah untuk mengkafirkan umat Islam.
Rasulullah shallallahu alayhi wasallam datang pada saat agama kosong dari tauhid.
Artinya pada masa itu masa jahiliyah, manusia menyembah sesembahan batil yang bermacam-macam. Mereka tidak hanya memeluk satu agama yang batil saja, tetapi sangat banyak sekali agama yang batil.
Selengkapnya ikuti pengajian videonya dengan KLIK Tautan Pengajian Pengajian Kitab Matn Jauharotut Tauhid 02
والله اعلم بالصواب
Oleh: Dr. KH. Asy’ari Masduki, S.HI, MA., Ketua Lebaga Dakwah PCNU Kediri