(Disampaikan Dalam Acara Standardisasi Kompetensi Dai Lembaga Dakwah PBNU, Selasa, 03 Maret 2020)
Oleh: Drs. KH. Agus Salim HS
(Ketua Majelis Dakwah Nusantara (MADINA)
“Akhlak dulu baru ilmu, Ngamalin dulu baru dakwah”
Keberhasilan Rasulallah Saw dalam berdakwah merupakan fakta yang sangat mencengangkan. Betapa tidak, dalam waktu yang relatif singkat, Islam bisa tersebar di tengah masyarakat jahiliyah yang sangat kuat memegang budaya nenek moyang. Fakta sejarah ini tidak bisa dipungkiri oleh siapapun kecuali orang yang menyimpan dendam, kedengkian dan kebencian. Apa rahasia dan bagaimana metode dakwah Beliau Rasul adalah alkhlak.
Metode dakwah Rasulallah Saw adalah metode dakwah terbaik, metode dakwah yang sangat bijak dan memiliki pandangan jauh ke depan. Lihatlah sikap dan sabda Beliau Muhammad Saw yang diriwayatkan Sahabat Abu Hurairah RA.
“Seorang arab pedalaman berdiri lalu kencing di masjid lalu orang-orang melarangnya (dengan keras). Maka Nabi Muhammad Saw bersabda kepada mereka (para shahabat yang hendak melarangnya dengan keras), ‘Biarkanlah ia dan siramlah kencingnya dengan seember air. Sesungguhnya kalian diutus untuk mempermudah dan tidak diutus untuk mempersulit.” [HR. al-Bukhâri]
Sikap Rasulallah Saw ini meninggalkan kesan teramat indah yang menyebabkan orang tersebut memeluk Islam. Hal tersebut juga menjadi pelajaran yang sangat penting bagi semua shabat Rasul, dan menjadi teladan terbaik bagi kita dalam mengemban dan menyebarkan misi dakwah.
Seorang mukmin yang telah mendapat petunjuk dari Allah Swt. tentu menginginkan agar orang lain juga mendapat petunjuk. Sebab, keimanan seseorang tidak dianggap sempurna sampai dia mencintai untuk saudaranya kebaikan yang ia cintai bagi dirinya. Karena cintanya yang tulus kepada saudaranya seiman secara khusus dan belas kasihannya kepada seluruh manusia, ia berusaha sekuat tenaga untuk menunjuki dan membimbing manusia.
Akan tetapi, agar ajakannya mendapat sambutan positif, hendaknya dia mengerti faktor-faktor diterimanya dakwah. Setelah ketentuan dari Allah subhanahu wa ta’ala, ada beberapa faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu dakwah, yaitu baiknya akhlak dan budi pekerti pelaku dakwah.
Ketika kita membicarakan akhlak yang mulia, tentu tidak terbatas pada hubungan seorang dengan orang lain saja. Akan tetapi, termasuk di dalamnya ialah hubungan yang baik antara seorang hamba dan Penciptanya. Bahkan, hal ini tergolong yang paling pokok dan paling penting.
Akhlak Dai Kepada Allah
Akhlak kepada Allah Swt adalah kita sebagai makhluk ciptaan Allah harus mampu memahami tujuan dan tugas kita sebagai makhluk ciptaanya. Sudah jelas tujuan kita diciptakan oleh Allah Swt adalah untuk taat dan menghamba kepada Allah sang kholik. Selain itu tidak cukup hanya sekedar penghamba dan taat, akan tetapi harus mampu dan merusaha untuk bisa mengenal Allah, atau dalam bahasa tasawuf, harus ma’rifat dan bahwkan sampai ushul kepada Allah Swt.
Selain paham tujuan kita juga harus mengerti tugas dan fusngsi sebagai makhluk yang diciptakan, yaitu hanya menggunakan pakaian kita sebagai makhluk, dan meninggalkan pakaian yang mestinya hanya Allah yang berhak menggunakannya. Kita harus mampu menjadi wayang atau golek yang diperankan oleh Allah, dalam menjalani kehidupan yang telah Allah tetapkan bagi kita semua. Jika kita mampu menjadi makhluk yang baro’ah, melepaskan diri dari sifat ananiyah, maka kita termasuk pribadi yg berakhlak, karena Sifat pengakuan dan merasa-merasa akan mempertebal hjiab sampainya kita kepada kehadirat Allah Swt.
Orang yang tulus berdakwah, kalimat-kalimat yang keluar dari bibirnya yang manis benar-benar bersumber dari hati kecil yang terdalam. Terpampang di hadapannya kemungkaran dan penyakit kronis di tengah-tengah masyarakat sehingga hatinya tergerak untuk mengobati mereka. Ia tidak rela apabila masyarakatnya menjadi korban kejahatan setan dari bangsa jin dan manusia. Ia senantiasa memikirkan nasib umatnya agar bisa keluar dari kubangan kesesatan. Saat masyarakat menghadapi situasi yang rumit, dai yang tulus ikut mengawal dan mencarikan solusi. Pokoknya, ia bertekad untuk menyuguhkan yang terbaik bagi masyarakat. Dia pun tidak pantang menyerah kala mendapati rintangan dan tidak mudah mendoakan kejelekan kepada yang membangkang.
Selalu mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan beragam amal ketaatan. Sebab, orang yang selalu dzikir pada Allah Swt akan diingat oleh-Nya. Dia tidak mau menjadi seperti lilin, bisa menyinari orang tetapi dirinya sendiri habis melelh. Dia sangat takut dengan ancaman Allah:
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapakah kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan.” (ash-Shaf: 2-3)
Dai yang sukses akan menghiasi dirinya dengan amal kesalehan. Tidak cukup dengan mengerjakan hal-hal yang wajib saja, bahkan amalan-amalan yang sunnah juga dia lakukan. Demikian pula, di samping meninggalkan yang haram, dia menjauhi yang makruh. Ucapannya selaras dengan perbuatan, selau dzikrullah dalam setiap kesempatan. Orang yang seperti ini berhak mendapatkan kecintaan yang khusus dari Allah Swt.
Akhlak Dai Terhadap Sesama
Seorang dai yang berhasil, di samping baik hubungannya dengan Allah Swt, dia juga baik akhlaknya terhadap sesama manusia. Dia tahu mulianya tugas yang sedang dia emban sehingga dia berusaha mencontoh akhlak Saw.
Dari sejarah kehidupan Nabi yang ia gali, ia dapatkan bahwa kemuliaan akhlak beliau adalah faktor dominan untuk diterimanya ajakan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Indahnya kepribadian beliau baik terhadap kawan maupun lawan telah diabadikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam al-Qur’an. “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (al-Qalam: 4)
Berikut di antara akhlak seorang dai yang insya Allah akan mendapatkan penerimaan di tengah-tengah masyarakat.
Sikap Rendah Hati
Sebab, kesombongan dan keangkuhan adalah sikap yang sangat tidak disukai oleh manusia, terlebih menurut kacamata agama. Apabila sikap rendah hati telah menjadi akhlak yang menghiasi seseorang, akan terlihat darinya indahnya tingkah laku dan santunnya tutur kata. Seperti firman Allah yang berbunyi:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (Ali ‘Imran: 159)
Sikap rendah hati inilah di antara hal yang mendorong pemiliknya untuk menyangi manusia. Pada gilirannya, nanti manusia pun menaruh hormat kepadanya.
Sifat dermawan
Hal ini mencakup dermawan dengan harta, waktu, dan tenaganya, serta apa saja yang ia mampu untuk diberikan demi kebaikan masyarakatnya. Ini termasuk sifat yang menonjol pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidaklah Rasulullah Saw dimintai sesuatu dari harta kemudian beliau tidak memberi. Kedermawan dai menjadi faktor yang mendorong manusia untuk menyambut ajakannya. Sebab, pada dasarnya manusia itu diberi tabiat mencintai orang yang berbuat baik kepadanya.
Menjunjung Tinggi Kejujuran
Hal ini mencakup kejujuran dalam menyampaikan berita, dalam bertutur kata, dan menepati janji yang telah diikrarkannya, serta menjaga tali perjanjian yang diikat antara dia dan orang lain. Seorang dai yang biasa berdusta akan mendapatkan hukuman sosial. Ia tidak dipercaya lagi ucapan dan beritanya, meskipun berkata jujur.
Tutur Kata Yang Lembut
Sebab, kelemahlembutan tidaklah diletakkan pada sesuatu kecuali menjadikan sesuatu itu indah. Sebaliknya, apabila kelemahlembutan itu hilang dari sesuatu, sesuatu itu akan jelek. Kelembutan dalam tutur kata berpengaruh luar biasa untuk diterimanya suatu ajakan. Ia mengajak dengan tutur kata yang menyebabkan manusia merasa dihormati, diiringi dengan muka yang manis dan murah senyum.
Hal ini tidak bisa dianggap remeh. Sebab, kenyataannya senyuman mempunyai daya tarik tersendiri, bahkan bisa melelehkan keangkuhan lawan. Di samping itu, senyuman merupakan amalan yang mendatangkan kecintaan dari sisi Allah Swt.
Moralitas Dakwah
Orang yang sudah jatuh kewibawaannya di tengah masyarakat karena cacat moral, tidak akan dihormati oleh manusia. Secara umum, masyarakat kita tidak terlalu memandang sedalam apa ilmu seseorang. Mereka lebih cenderung memandang sisi kepribadian dari dai tersebut. Ini membuktikan bahwa akhlak yang mulia adalah faktor utama agar dakwah bisa diterima.
Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamith Thoriq
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakakut