Banten, LIPUTAN 9 NEWS
“Dalam perayaan Maulid Nabi ada bacaan sholawat, karena baca sholawat adalah anjuran dan berdasarkan dalil-dalil yang mu’tamad, dari ayat Al-Qur’an yang sharih, dari hadits yang sahih dan masyhur. Di dalam perayaan Maulid tersebut ada bacaan riwayat kehidupan Rosulullah Muhammad S.a.w dari lahir hingga wafatnya, ini dimaksudkan untuk mengingatkan kita umatnya akan mulianya akhlak Rosulullah, sucinya pribadi Rosulullah, agungnya wibawa Rosulullah S.a.w.
Maulid itu artinya waktu lahirnya anak manusia di dunia dari kandungan ibunya. Maulid bisa juga diartikan tempat lahir anak manusia, di tempat ibunya tinggal. Maulid Nabi itu artinya kelahiran manusia agung, manusia mulia, hamba terpilih ( al-Musthofa ), Rasul akhir zaman yang bernama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib.
Perayaan itu artinya ekspresi rasa syukur, rasa cinta, rasa rindu pada Rosul akhir zaman Muhammad S.A.W. Umatnya ingin mengekspresikan itu dengan cara yang berbeda-beda, tidak ada keseragaman, karena setiap muslim terlahir dari negeri kelahirannya akan membawa budayanya sendiri, dan pasti budaya tersebut berbeda satu dengan lainnya.
Perayaan Maulid Nabi Muhammad S.a.w itu artinya mengekspresikan perasaan cinta, ketaatan, kerinduan, kekaguman, kebahagiaan menjadi umatnya. Merayakannya pun tidak bercampur dengan kemaksiatan, tidak ada unsur kemusyrikan, tidak ada hal-hal yang bertentangan dengan syari’at. Perayaan Maulid Nabi berisi bacaan sholawat bersama, pembacaan riwayat, melagukan syair-syair pujian atas Rosulullah Muhammad S.a.w, dan yang terpenting adalah terjalinnya silaturahmi umat.
Dalam perayaan Maulid Nabi ada bacaan sholawat, karena baca sholawat adalah anjuran dan berdasarkan dalil-dalil yang mu’tamad, dari ayat Al-Qur’an yang sharih, dari hadits yang sahih dan masyhur. Di dalam perayaan Maulid tersebut ada bacaan riwayat kehidupan Rosulullah Muhammad S.a.w dari lahir hingga wafatnya, ini dimaksudkan untuk mengingatkan kita umatnya akan mulianya akhlak Rosulullah, sucinya pribadi Rosulullah, agungnya wibawa Rosulullah S.a.w. Disamping itu ada doa yang dipanjatkan agar menjadi umat yang baik, istiqomah di jalan kebenaran, dan nilai silaturahmi yang terbangun untuk menghaluskan rasa kemanusiaan kita atas sesama umat manusia.
Ada budaya dalam perayaan Maulid Nabi, seperti gerebeg mulud, panjang mulud, marawis, qosidahan dan lainnya. Itu bukan Bid’ah, karena tidak merubah syari’at atau menambah-nambahi syari’at. Budaya itu berasal dari pri hidup manusia mengada di dunia ( Dasein in der welt ). Dikatakan Bid’ah jika apa yang sudah disyariatkan lalu dirubah atau dikurangi dan ditambahi, seperti baca alfatihah dalam sholat diganti dengan baca terjemahan tanpa alasan yang syar’i.
Tidak ada Bid’ah di dalam perayaan Maulid Nabi, semua ulama ( jumhur ulama ahli Sunnah wal Jama’ah) meski pendapat dan hujjahnya saling berbeda, tetapi mereka tidak memfatwakan haram atau makruh atas perayaan Maulid Nabi, bisa dilihat di kitab-kitab ulama yang menjelaskan terkait maulid Nabi.
Jikapun ada yang masih membid’ahkan perayaan Maulid Nabi, itu artinya mereka mengambil dasar semua yang baru sesudah Nabi itu adalah Bid’ah, ini artinya mereka pun tengah mengatakan bahwa kehidupannya sekarang tengah menjalankan Bid’ah, kesimpulannya bid’ah teriak Bid’ah.
Karena itu ramaikan Maulid Nabi Muhammad S.a.w dengan ikhlas, terukur, dan sesuai kemampuan. Cinta atas Rosulullah Muhammad tidak perlu dalil, sebab Cinta adalah dalil.
Tegal Papak, 10 September 2024
KHM. Hamdan Suhaemi, Pengajar Pesantren Ashhabul Maimanah Sampang Susukan Tirtayasa Serang, Wakil Ketua PW GP Ansor Banten, Ketua PW Rijalul Ansor Banten, Sekretaris komisi Haub MUI Banten, Sekretaris Tsani Idaroh wustho Jam’iyah Ahlith Thoriqah Mu’tabaroh An-Nahdliyah Jatman Banten, Ketua FKUB Kab Serang, dan Anggota Dewan Pakar ICMI Provinsi Banten.